Monday, December 29, 2008

Advertising (Kelewat) Kreatif


Awal tahun 2008 lalu, Sonntags Zeitung, surat kabar ternama Switzerland mengeluarkan media campaign dengan tematik "The Insight Story". Menampilkan sisi visual print ad tanpa kata, menegaskan koran mereka adalah pengupas berita dari latar belakang terjadinya.

Ada 4 visual campaign-nya, Baby, Soldier, Vladimir Putin dan George Bush. Entah kenapa tampilannya seperti ini nggak perlu nanya, cerna aja, nggak suka tinggalin. Itu cara tergampang mencerna iklan...

Advertising Agency: Advico Young & Rubicam
Creative Directors: Philipp Skrabal, Christian Bobst
Copywriter: Martin Stulz
Art Director: Rob Hartmann
Photographer: Scheffold Vizner

Thursday, December 18, 2008

one heart, one life...



Global warming refers to the increase in the average temperature of the Earth's near-surface air and oceans in recent decades and its projected continuation.

The global average air temperature near the Earth's surface rose 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) during the last 100 years. The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) concludes, "Most of the observed increase in globally averaged temperatures since the mid-20th century is very likely due to the observed increase in anthropogenic greenhouse gas concentrations", via the greenhouse effect.

Natural phenomena such as solar variation combined with volcanoes probably had a small warming effect from pre-industrial times to 1950 and a small cooling effect from 1950 onward. These basic conclusions have been endorsed by at least 30 scientific societies and academies of science, including all of the national academies of science of the major industrialized countries. While individual scientists have voiced disagreement with some of the main conclusions of the IPCC, the overwhelming majority of scientists working on climate change are in agreement with them.

Climate model projections summarized by the IPCC indicate that average global surface temperature will likely rise a further 1.1 to 6.4 °C (2.0 to 11.5 °F) during the 21st century. The range of values results from the use of differing scenarios of future greenhouse gas emissions as well as models with differing climate sensitivity. Although most studies focus on the period up to 2100, warming and sea level rise are expected to continue for more than a millennium even if greenhouse gas levels are stabilized. The delay in reaching equilibrium is a result of the large heat capacity of the oceans.

Increasing global temperatures will cause sea level to rise, and is expected to increase the intensity of extreme weather events and to change the amount and pattern of precipitation. Other effects of global warming include changes in agricultural yields, glacier retreat, species extinctions, and increases in the ranges of disease vectors.

Remaining scientific uncertainties include the amount of warming expected in the future, and how warming and related changes will vary from region to region around the globe. There is ongoing political and public debate worldwide regarding what, if any, action should be taken to reduce or reverse future warming or to adapt to its expected consequences. Most national governments have signed and ratified the Kyoto Protocol, aimed at reducing greenhouse gas emissions.

one heart, one life, save the earth!


Note: Picture is my courtesy, taken by Canon 300D in a year ago. Made by Greenpeace volunteer form that was folded to create origami birds to symbolize desolated life in this century.

Tuesday, December 16, 2008

Bakat


Bakat itu cuma 10% dari awal mula penentu kehidupan seseorang, selebihnya yang 90% adalah bentukan faktor lingkungan. Setidaknya dalam sudut pandang ilmu yang mempelajari karakteristik manusia, hal itu yang sering digaung-gaungkan. Sering terjadi di kehidupan, orang yang sepertinya berbakat, dalam perjalanannya malah melenceng jauh, tidak menjadi seperti apa yang seharusnya mereka jadi.

Berawal dari cerita anak saya Annisa Zahra Hakim yang hobi menyanyi. Saat masih di kandungan, istri saya sering mendengarkan lagu-lagu kontemplatif, lagu-lagu klasik di perutnya meski terkadang saya rusak suasana itu dengan memutarkan lagu-lagu Sepultura, Metallica, Megadeth yang membuatnya sebal. Ketika lahir, besar dan kini beranjak 6 tahun, Zahra jauh lebih cepat menghafal sesuatu yang berasal dari nyanyian atau lagu. Saya dan istri sering kelimpungan mengajarkan pelajaran sekolah dalam bahasa nyanyian, karena itu cara tercepatnya memahami sesuatu.

Pun setiap mendengar lagu, Zahra cenderung mengikuti lirik, bait dan nada serta melantunkan dalam suara anak-anaknya. Suara saya yang fals, jauh dari mendingan, lebih baik mendengar bunyi kaleng dipukul-pukul ketimbang mendengar saya bernyanyi, begitu kata istri. Sebaliknya, cengkok yang hancur ketika menyanyi, lagu pop yang berubah jadi dangdut yang saya dengar dari setiap lagu yang dinyanyikan istri. Intinya kami berdua tak ada yang punya kebisaan di seni musik, dalam hal ini seni suara.

Dari situ istri berpikir menyalurkan keinginan anak kami ke sekolah musik. Mendaftarlah ke Elfa's Music Studio, tak cocok untuk ukuran idealisme istri, tak jadilah masuk. Mendaftar di Farabi Dwiki Dharmawan Music School, ketika merasa cocok, melihat biaya yang tak masuk kocek anggaran, Rp 600 ribu sebulan dan sebulan ada 4 pertemuan, sekali pertemuan 30 menit, saya dan istri berpikir panjang untuk memasukkannya. Kelewat mahal dan masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk jadi pengeluaran keluarga.

"Tugas Ayah tuh buat nyari uang yang 'berkah' dan lebih lagi, biar Zahra bisa sekolah musik di Farabi." Begitu kata istri yang sampai sekarang mengganjali pikiran saya. Bukannya apa-apa, saya penganut faham otodidak, semua bisa dipelajari asal kita mau. Tapi apa bisa pola pemikiran begini diterapkan ke anak-anak?

Farabi. Itu jadi kata kunci dan tergiang-ngiang di pikiran saya. Cerita ini distop dulu di sini, nanti disambungkan dengan cerita lainnya.

* * * * *

Saya punya tetangga, namanya Muhammad Yasin. orang tergeblek yang saya kenal, hidupnya melulu berisi bercandaan, ketawaan dan kelucuan. Lucunya, dia satu kantor pula, dulu sempat satu departemen, namun saat saya pindah divisi, kami tak satu bagian lagi. Dari jaman masih tinggal di Depok II, kami tetanggaan, pun saat saya pindah ke Studio Alam Depok, tanpa pernah mau janjian bakal tetanggaan lagi, nyata-nyatanya kami malah tetanggaan lagi. Duh...

Yasin, begitu orang mengenalnya. Namun suka mengenalkan dengan nama yang 'sok' kebarat-baratan, 'Robert'. Ada kisahnya kenapa ia suka nama 'Robert', ia suka permen Trebor, dalam bahasanya, bila dibalik kata 'Trebor' itu jadi 'Robert'. Itu juga yang membuatnya dipanggil dengan sebutan nama itu. Diplesetkan jadi Aa' Obet dan ia juga yang 'menyeret' saya ke arus Komunitas 80-an. Di sini teman-teman mengenalnya dengan sebutan itu, Aa' Obet, tanpa mengenal nama aslinya. (Maaf Aa' Obet, saya bongkar sedikit biodatamu di sini, he he he...)

Cerita ini juga distop sampai di sini, dikorelasikan di bawah.

* * * * *

Kepusingan saya mencari uang untuk bisa menyekolahkan anak di sekolah musik, agar bila Zahra berbakat, ia punya komunitas yang bisa mengarahkan bakatnya tanpa harus membentuknya menjadi penyanyi-penyanyi seperti sekarang. Saya tak rela bila ia nanti jadi seperti itu, seperti mereka yang ada di tayangan infotainment. Na'udzu billah min zallik!

Satu waktu, saya cerita kepusingan pikiran tentang Farabi itu pada Aa' Obet.

"Kacau Mas, gimana nyari duit segitu buat sekolah musiknya Zahra ya? Kemaren gw daftarin di
Farabi, gw ame bini udeh cocok, giliran cocok, duitnye yang nggak cocok. Pusing gw..."


"Ngapain lo pusing? Gitu aje pake pusing. Kalo di Farabi mahal, mending Zahra masukin ke Forkabi aje. Keren tau..."

Siiiaaaaaaaalllllaaaaaaaaaaaaaaaaannnnn...!!!

* * * * *

Dan selesailah cerita ini, cerita bodoh yang sampai sekarang saya masih tertawa-tawa mengingatnya. Sulit mencari korelasi antara Farabi dengan Forkabi (Forum Komunikasi Anak Betawi), salah satu organisasi massa yang relatif besar di Jakarta.Dapat dari mana pula pikiran aneh itu, mengkorelasikan kata Farabi dengan Forkabi.

Ide yang orisinil! Wajib dikabarkan di blog ini, he he he...



Tertawa punya resiko, kelihatan bodoh
Menangis punya resiko, kelihatan sentimentil
Mengulurkan tangan punya resiko, terlibat
Meluapkan perasaan punya resiko, mengungkapkan diri sejenak
Meletakkan ide dan impian di hadapan orang punya resiko, disambar orang
Mencintai punya resiko, tidak dicintai lagi
Hidup punya resiko, mati
Berharap punya resiko, kecewa
Mencoba punya resiko, gagal
. [Anonymous]


Sunday, December 14, 2008

Tokoh-Tokoh Ternama di Bidang Matematika dan Ilmu Alam

Rating:★★★★★
Category:Other

Thales
Yunani, 624-546 SM

Thales adalah seorang ahli filsafat. Pada zamannya seorang ahli filsafat mempelajari matematika, astronomi, fisika dan ilmu pengetahuan alam. Thales lahir di Yunani kemudian pergi ke Mesir untuk belajar. Ia mengukur tinggi piramida dengan menggunakan pengertian kesebangunan dan meramalkan waktu peredaran matahari. Tak heran jika ia disebut sebagai Bapak Awal Ilmu Matematika dan Astronomi.

Dalam sebuah cerita, di suatu malam ia berjalan sambil menatap bintang di langit. Tiba-tiba ia terperosok masuk selokan. Seorang wanita budak yang sudah tua melihat kejadian itu berkata kepadanya, "Tuanku, bila anda tidak dapat melihat jalan bagaimana anda dapat menceritakan sesuatu tentang bintang-bintang?"


Phytagoras
Yunani, 582-493 SM

Meskipun Phytagoras adalah seorang ahli filsafat namun ia juga mempelajari musik dan ilmu-ilmu lain. Ia lahir di Yunani dan kemudian ke Mesir dan Babylonia untuk belajar.

Phytagoras terkenal dengan dalilnya yang menerangkan bahwa dalam suatu segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya. Segitiga siku-siku yang sisi-sisinya berbanding 3 : 4 : 5 merupakan dasar dari dalil matematika untuk perhitungan sudut-sudut dalam segitiga a2 + b2 = c2 dan pertama kali digunakan oleh para perentang tali di Mesir untuk tanah dengan tali-tali bersimpul. Menurut hikayat, ia menemukan dalil itu ketika ia sedang mengamati susunan lantai bersegitiga di rumah salah seorang temannya.

Di lain cerita, ketika ia sedang melewati bengkel pandai besi ia mendapat ide dari berbagai jenis suara yang dihasilkan oleh pukulan martil. Bahwa semakin pendek pegangan martil semakin tinggi frekuensi nada yang dihasilkan. Dengan menggunakan ide ini ia menciptakan jenis-jenis kecapi dan seruling.


Euclides
Yunani, Kira-kira 300 SM

Euclides menulis 13 jilid buku tentang geometri. Dalam buku-bukunya ia menyatakan aksioma (pernyataan-pernyataan sederhana) dan membangun semua dalil tentang geometri berdasarkan aksioma-aksioma tersebut. Contoh dari aksioma Euclides adalah, "Ada satu dan hanya satu garis lurus garis lurus, di mana garis lurus tersebut melewati dua titik". Buku-buku karangannya menjadi hasil karya yang sangat penting dan menjadi acuan dalam pembelajaran Ilmu Geometri.

Bagi Euclides, matematika itu penting sebagai bahan studi dan bukan sekedar alat untuk mencari nafkah. Ketika ia memberi kuliah geometri pada raja, baginda bertanya, "Tak adakah cara yang lebih mudah bagi saya untuk mengerti dalam mempelajari geometri?". Euclides menjawab, "Bagi raja tak ada jalan yang mudah untuk mengerti geometri. Setiap orang harus berpikir ke depan tentang dirinya apabila ia sedang belajar".


Archimedes
Yunani, 287-212 SM

Archimedes mempelajar matematika, fisika dan membuat banyak penemuan. Ia menemukan prinsip tuas yang dapat menggerakkan benda berat hanya dengan sedikit usaha. Ia memperagakan prinsip ini dengan menggerakkan kapal dengan memakai tuas. Eucildes pun berkata, "Bila saya diberi sebuah tuas yang cukup panjang dan titik penumpu, saya dapat menggerakkan bumi".

Euclides menggunakan pengetahuan tentang kepadatan untuk menemukan bahwa mahkota yang dibuat untuk raja tak dibuat dengan emas murni. Ia juga mempelajari lingkaran dan menemukan rumus untuk keliling lingkaran (2πr) dan luas lingkaran (πr2).

Dalam hikayat ketika Archimedes sudah tua, Yunani dikalahkan oleh Romawi. Sewaktu serdadu musuh masuk ke dalam rumahnya dan di kamar ia sedang mempelajari sebuah lingkaran yang digambarnya di lantai, ia berteriak, "Jangan injak lingkaran saya!" Tapi serdadu itu tak memperdulikan teriakan Archimedes malah menikammya sampai mati.


Ali bin Abi Thalib
Arab Saudi, 658-695 Masehi

Sejak kecil Ali bin Abi Thalib menyukai berbagai ilmu dan ikut dengan Nabi Muhammad SAW. Kelak Ali dinikahkan dengan putri Rasul, Fatimah R.A. dan hidup dalam kesederhanaan yang teramat sangat. Meskipun hidup dalam kesederhanaan Ali tidak surut dalam mencari ilmu pengetahuan, tak heran bila Rasul pernah bersabda, "Apabila aku kota ilmu maka Ali adalah gerbangnya".

Ketika awal lambang bilangan dalam matematika menggunakan huruf-huruf seperti yang pernah diajarkan oleh bangsa Romawi tergolong rumit, Ali mempopulerkan lambang bilangan dalam huruf Arab dengan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 0. Ali juga yang menyederhanakan penulisan lambang bilangan Romawi di mana sepuluh dengan "X", seratus dengan "C", seribu dengan "M" dan seterusnya dipermudah dengan menambahkan angka nol di belakang angka puluhan, ribuan dan satuan dengan bilangan 10, 100, 1000 dan seterusnya, di mana angka "0" dalam bilangan Arab diwakili dengan titik.


Leonardi Da Vinci
Italia, 1452-1519

Sejak kecil Leonardi Da Vinci telah memperlihatkan kemampuan khusus dalam bidang matematika, musik, seni lukis dan bidang-bidang lain. Secara khusus ia mencintai lukisan dan mengikuti pelajaran tentang seni. Sebagai pelukis dan pemahat ia banyak menghasilkan karya agung, salah satunya yang terkenal adalah lukisan Monalisa. Sebagai sebagai arsitek terkemuka ia juga banyak meninggalkan karya-karya besar dan monumental.

Leonardo Da Vinci juga mempelajari geometri dan menggunakan metode membuat bagian-bagian pokok suatu lukisan jatuh di atas segitiga khayal. Metode ini disebut komposisi piramida. Untuk melukis gambar ruang pada kanvas datar ia menggunakan metode semua garis sejajar yang horizontal kelihatan menuju titik tertentu. Metode ini dikenal dengan nama perspektif. Contoh lukisannya yang menggunakan metode ini adalah lukisan Perjamuan Malam Terakhir.


Copernicus
Polandia, 1473-1543

Copernicus mempelajari astronomi, matematika, fisika, ilmu hukum dan kedokteran. Pada zamannya secara umum orang percaya bahwa matahari, bulan dan bintang bergerak mengelilingi bumi karena saat itu bumi dianggap sebgai pusat tata surya. Akan tetapi Copernicus yakin bahwa pusat alam semesta bukanlah bumi, melainkan matahari di mana seluruh benda-benda langit berputar mengelilingi matahari. Pikiran Copernicus ini menentang filsafat tradisional dan agama.

Teorinya yang terkenal dikemukakan dalam bukunya yang berjudul "Perputaran Benda-Benda Langit". Di mana pada waktu itu ia takut menerbitkan bukunya karena adanya ancaman hukuman mati dari pihak gereja terhadap doktrin keilmuan yang menentang dogma-dogma yang dikeluarkan pihak gereja. Hanya karena desakan rekan-rekannya Copernicus setuju untuk menerbitkan buku itu sepenuhnya. Tetapi sayang, buku itu baru dicetak setelah pengarangnya meninggal dunia.


Galileo Galilei
Italia, 1564-1642

Galileo mempelajari matematika, fisika dan astronomi. Dulu orang percaya bahwa kecepatan benda jatuh tergantung pada bobot benda yang dijatuhkan tersebut. Dalam teori tersebut disebutkan bahwa jatuhnya benda yang lebih berat akan lebih cepat daripada benda yang lebih ringan. Galileo membantah teori tersebut dengan dasar keyakinan bahwa kecepatan jatuhnya sebuah benda tidak tergantung pada bobotnya. Ia membuktikannya dengan menjatuhkan dua buah logam yang satu lebih berat dari yang lain dari atas Menara Pisa yang miring. Biarpun pada saat ini setiap orang menyetujui teorinya adalah benar, namun pada zamannya teori dengan pembuktiannya itu diterima orang dengan keheranan yang besar.

Sewaktu-waktu ketika ia sedang mengamati tempat lilin yang berayun-ayun di gereja, ia mencatat bahwa berapapun jauhnya benda itu berayun ke samping, waktu yang diperlukan untuk setiap 1 gerakan bolak-balik (1 getaran) adalah sama. Di kemudian hari ia menemukan bahwa hukum ini adalah suatu hal yang umum yang akhirnya hukum ini disebut dengan hukum isokhronisme suatu bandul.

Di akhir hidupnya Galileo Galilei dijatuhi hukuman mati oleh gereja karena mendukung ide Copernicus yakni bumi berputar mengelilingi matahari.


Rene Descartes
Perancis, 1596-1650

Descartes mempelajari Matematika, Fisika, Politik dan Filsafat. Ia adalah orang yang pertama kali menggunakan sistem dua atau tiga bilangan seperti (A, B) atau (A, B, C) sebagai koordinat untuk menggambarkan titik-titik pada suatu bidang atau dalam ruang. Dengan cara ini pernyataan-pernyataan mengenai gambar-gambar dalam geometri tentang titik yang dijabarkan oleh Euclides dapat diterjemahkan menjadi pernyataan-pernyataan yang menyangkut bilangan.

Menurut hikayat, Descartes mendapat ide itu ketika sedang terbaring sakit di tempat tidur. Ia mengamati laba-laba yang berjalan di langit-langit dan kemudian turun dengan benangnya. Hal ini memberikan ide kepadanya untuk menyatakan titik-titik dalam ruangan dengan (A, B, C).

Ia juga orang pertama kali yang menggunakan huruf-huruf abjad seperti a, b, c, ... , x, y, z untuk mewakili bilangan-bilangan. Ia pula orang pertama kali yang mengemukakan ide tentang bilangan negatif.


Blaise Pascal
Perancis, 1623-1662

Blaise Pascal adalah seorang ahli matematika, fisika, teologi sekaligus pujangga. Pascal menjadi sangat tertarik pada matematika khususnya geometri ketika berumur 6 atau 7 tahun. Ketika itu ayahnya menyingkirkan buku-buku matematikanya karena ia percaya bahwa anak kecil seharusnya tidak mempelajari buku yang sedemikian sukar. Namun Pascal tetap saja mempelajarinya secara sembunyi-sembunyi.

Saat berusia 12 tahun tanpa memperoleh bantuan orang lain ia menemukan bahwa jumlah semua sudut-sudut pada suatu segitiga selalu 180º. Ia memperlihatkan hal tersebut kepada ayahnya dan menerangkannya dengan jelas. Ayahnya demikian tertegun sampai akhirnya mengizinkan anaknya terus belajar matematika dengan bebas. Di saat berusia 19 tahun Pascal sudah menemukan suatu mesin hitung yang menggunakan roda-roda gigi. Dalam bidang fisika ia menemukan prinsip tentang tekanan dalam zat cair yang kemudian prinsip ini diabadikan sesuai dengan namanya. Ia juga meninggalkan suatu ungkapan yang terkenal, "Manusia adalah lalang yang lemah, akan tetapi ia adalah lalang yang berpikir".


Seki Takakazu
Jepang, 1642-1708

Pada zaman hidupnya, Jepang menggunakan sistem lambang bilangan Cina yang berbelit-belit daripada sistem angka Arab untuk melambangkan bilangan. Mereka juga menggunakan alat-alat yang terbuat dari kayu (yang disebut Sangi) yang mula-mula dikembangkan di Tiongkok kuno untuk metode pengukuran luas bangunan. Di masa itu Seki menemukan metode mengukur luas suatu bangunan yang dibatasi oleh kurva-kurva atau volume benda-benda ruang yang tak teratur dengan metode yang sekarang dikenal dengan nama "integral".

Matematika bangsa Jepang ini sebut Wasan. Sampai saat matematika Barat diperkenalkan di Jepang menjelang akhir abad ke-19, Wasan-lah yang lebih dahulu populer di Jepang. Seki Takakazu adalah salah seorang dari pengajar Wasan yang terkenal.


Isaac Newton
Perancis, 1642-1727

Isaac Newton adalah salah seorang di antara ahli matematika besar dan juga mempelajari fisika. Ia menemukan hukum gravitasi dan menyimpulkan teori bahwa gravitasi adalah gaya tarik suatu benda terhadap benda lainnya. Semakin jauh jarak antara dua benda semakin lemahlah gaya gravitasi di antara kedua benda tersebut. Gerak bulan mengelilingi bumi dapat diterangkan dengan hukum gravitasi ini.

Newton juga menemukan hukum gerak yang merupakan dasar dinamika. Ia tertarik dengan astronomi dan menemukan suatu jenis teleskop pemantul yang akhirnya diabadikan dengan namanya.


Gottfried Wilhelm Leibniz
Jerman, 1646-1716

Ayah Gottfried Wilhelm Leibniz adalah seorang guru besar di sebuah universitas tetapi meninggal ketika Leibniz menginjak usia 6 tahun. Sejak saat itu Leibniz muda belajar sendiri dan dibantu dengan bimbingan ibunya. Belajar sendiri membuat Leibniz bebas dari cara berpikir tradisional.

Ia dan Newton merumuskan pengertian dasar tentang "kalkulus differensial". Masing-masing menyatakan bahwa dirinyalah yang mula-mula memikirkan hal tersebut. Untuk memutuskan siapa sebenarnya yang pertama merumuskannya mereka saling mengajukan soal-soal kalkulus. Hal ini dikenal sebagai perang matematika antara Leibniz dengan Newton. Akhirnya mereka menyadari bahwa mereka masing-masing menggunakan pikiran mereka sendiri-sendiri, dan perumusan dasar tentang "kalkulus differensial" tersebut adalah kebetulan sama. Leibniz juga menemukan suatu jenis mesin hitung.


Ino Tadataka
Jepang, 1745-1818

Ino Tadataka adalah anak seorang petani dari golongan kelas sosial yang rendah. Ia tidak mendapat pendidikan formal tetapi belajar sendiri. Ketika berusia 18 tahun ia diangkat menjadi seorang anak oleh seorang saudagar dan harus berhenti belajar demi untuk bekerja. Ketika berusia 45 tahun saudagar tersebut membiarkan Ino mengurus urusan rumah tangganya sehingga Ino mempunyai waktu untuk menyelesaikan pelajarannya di bawah bimbingan seorang pembimbing.

Pada waktu itu ia mempelajari astronomi, matematika, sejarah dan pengukuran tanah. Ketika berusia 55 tahun ia mendapat izin dari pemerintahan Jepang untuk mengukur bagian Utara Jepang. Ia tak henti-hentinya mengumpulkan informasi untuk membuat peta-peta seluruh negara sampai saat meninggalnya. Sampai akhir abad ke-19 peta-peta yang dibuat oleh Ino digunakan sebagai dasar peta-peta administrasi pemerintah Jepang.


Johan Gauss
Jerman, 1777-1885

Menurut hikayat, Johann Gauss adalah seorang jenius dalam aritmetika. Ketika ia berusia 9 tahun seorang guru menyuruh murid-murid di kelasnya untuk menjumlahkan deretan bilangan 1 + 2 + 3 + ... + 40. Gauss hanya memerlukan waktu beberapa saat saja tanpa menuliskan sesuatu apapun untuk memperoleh jawabannya yaitu 820. Ia mendapat jawaban dalam otaknya dengan menyadari bahwa jumlah itu dapat dipikirkan penyelesaiannya sebagai berikut: 
(1 = 40) + (2 + 39) + ... + (20 + 21) = 41 + 41 + ... + 41 = 41 X 20 = 820.

Ayah Gaus hanyalah seorang tukan batu dan tak sanggup memberikan pendidikan universitas kepadanya. Tetapi raja tertegun akan kemampuan Gauss muda dan raja bersedia membiayai pendidikannya. Kelak Gauss menjadi salah satu ahli matematika terkemuka di dunia. Ia juga banyak meninggalkan hasil karyanya dalam bidang astronomi, pengukuran tanah dan elektromagnetisme.



Sumber: John Rowan Wilson, Pikiran (terjemahan: The Mind), Alihbahasa Hardoputranto, Tira Pustaka, Jakarta, 1979

Wednesday, December 3, 2008

Di Udara [Lagu untuk Aktivis]


Rating:★★★★
Category:Music
Genre: Indie Music
Artist:Efek Rumah Kaca

Susahnya mencerna musik sekarang (musik Indonesia tentunya. Pasar menciptakan selera musik yang makin nggak jelas korelasi antara asal-muasal lirik, musikalisasi dan popularitas. Nggak usah ngomong intelektualitas bermusik, sulit ditemui di musik-musik sekarang. Masih mending denger lirik-lirik lagunya The Misfits yang isinya ngajak orang ngebunuh bayi atau merkosa ibunya temen ketimbang lagu cengeng dan mendayu-dayu. Toh The Misfits ini band idolanya Metallica. Paling nggak kita tau kalo yang nyanyi itu orang gila, ketimbang waras tapi nyanyiin lagu cengeng...

Beda dengan musik Indonesia yang ini, "Efek Rumah Kaca". Namanya saja aneh, musik yang idealis, musik yang dekonstruktif di tengah serbuan band-band yang dituntut mengikuti selera pasar. Mendengarnya saya malah kepikiran nyari chord gitarnya. Lagu untuk aktivis, sepintas seperti mengenang tokoh HAM, Alm. Munir, tapi sesungguhnya ini ode satir bagi para aktivis.

Sumber foto: Efek Rumah Kaca Flickr

Lagu lama tahun 2007, tapi tetep layak didengarkan. Tengok juga video klipnya yang satir namun tetap berkelas dan digarap dengan sangat artistik...


Di Udara
[Efek Rumah Kaca]


Am    F                       Am     F 
Aku sering diancam, juga teror mencekam,
Am       F                    
  Am        F
Kerap ku disingkirkan, sampai di mana kapan
 
Am                                          
  F                                      Am                           F
Ku bisa tenggelam di lautan, aku bisa diracun di udara, aku bisa terbunuh di trotoar jalan
 
 [chorus]
  F   C      G      Am          
     F    Em    Am
tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti
 
 [intro] Am F 2x
 
 Am      F                   
  Am     F

Aku sering diancam, juga teror mencekam
 Am                                     
F                                                Am                            F

Ku bisa dibuat menderita Aku bisa dibuat tak bernyawa, di kursi-listrikkan ataupun ditikam
 
 F      C     G      Am          
     F    Em    Am
Tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti
 F      C     G      Am           
     F    Em    Am

Tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti
 
 [intro] Am F 2x
 
Am                                      F                                                Am                            F

Aku bisa dibuat menderita Aku bisa dibuat tak bernyawa, di kursi-listrikkan ataupun ditikam

Am                                          
  F                                      Am                           F
Ku bisa tenggelam di lautan, aku bisa diracun di udara, aku bisa terbunuh di trotoar jalan

 [chorus]
 F      C     G      Am         
     F    Em    Am
Tapi aku tak pernah mati  tak akan berhenti








Jual Diri Caleg


Pemilu tinggal beberapa bulan lagi. Para caleg terdaftar berlomba-lomba menarik simpati masyarakat agar memilihnya dalam pesta demokrasi akbar tahun 2009 nanti. Tak perlu dijabarkan berapa dana yang dihamburkan untuk menarik simpati, tak sedikit harta yang diumbar untuk merebut perhatian calon pemilih.

Media yang jadi alat propaganda simpat beragam bentuk. Dari yang berbentuk tradisional seperti poster, spanduk, baliho, billboard, leaflet, selebaran, dlsbg sampai ke bentuk digital seperti membuat account di facebook, myspace, multiply, friendster, blogspot bahkan membuat DNS atas nama sendiri dlsbg serta menyebarkan misi serta visinya agar dibaca khalayak ramai.

Tak ada yang salah, ini teramat sah, toh namanya saja jualan. Sama seperti pedagang kaki lima menjual dagangannya, sama seperti penjaja obat meneriakkan khasiatnya, sama seperti para pedagang-pedagang lain menjual produknya. Caleg menjual program, menjual titipan aspirasi, amanah yang akan dijalankannya saat jadi wakil rakyat.

* * * * *

Membahas alat propaganda tradisional yang agak besar berbentuk spanduk, baliho atau malah billboard, saya sempat terbengong-bengong melihat semua data ditampilkan lengkap dalam satu media singkat yang hanya dilirik orang sekian detik yang dipampang di pinggir jalan. Dalam spanduk, baliho atau billboard itu digambarkan lengkap 'jual diri'-nya dengan menyebutkan program-programnya, saya sampai bingung, caleg ini memaparkan program tapi malah menghina caleg lain meski tak menyebutkan nama orang dan partainya. Belum lagi disebutkan jelas profil serta latar belakang pendidikan, sama persis seperti Curriculum Vitae para pencari kerja.

Saat saya melihat spanduk, baliho atau billboard itu lumayan lama, yang harusnya hanya sekian detik, ini bisa satu menit lebih di tengah motor yang masih saya kendarai. Sampai akhirnya saya menabrak motor yang ada di depan saya persis dan yang mengendarai motor itu marah ke saya!

Kayaknya, para caleg memang harus buka buku teori komunikasi dan alat-alat penyampaian informasi yang jitu. Setidaknya biar saya nggak nabrak lagi motor atau malah mobil orang terbingung-bingung melihat informasi yang serba aneh dipirnggir jalan.

Liat saja salah satu contoh spanduk, baliho atau billboard di bawah ini.

Aneh kan?


Saturday, November 29, 2008

Drakula; Fakta atau Mitos?


Kenapa Drakula menghisap darah manusia?
 
Pertanyaan yang kerap dilontarkan oleh anak-anak tentang Drakula. Persepsi anak-anak dan mungkin kebanyakan orang tentang Drakula adalah sosok makhluk yang menyeramkan. Berjubah hitam, bertaring tajam, menghisap darah manusia, bengis tak berperikemanusiaan dan cerita pengantar tidur yang menakutkan.
 
"Dracula" berasal dari bahasa Rumania kuno yang merupakan kesatuan arti dari beberapa suku kata. 'Drac' berarti naga atau iblis, 'ul' adalah arti definitif dari kata penghubung dan 'ulea' adalah kata akhir yang berarti anak dari. Cerita Drakula, bermula dari keluarga kerajaan di Wallachia (Rumania Selatan) lewat Raja Vlad III Dracul (1431-1476) yang dikenal dengan nama Vlad Tepes.

Kata 'Dracul' di sini menunjukkan bahwa Vlad Tepes merupakan keturunan ketiga bangsawan Vlad, kelurga kerajaan Wallachia yang menggunakan lambang negara berupa naga. Tepes memerintah Wallachia selama tahun 1456-1476 dan terkenal akan kekejamannya sebagai penguasa. Penjahat, perampok dan tawanan perang adalah orang-orang yang menjadi korban kekejaman raja berwajah cekung dan berkumis tebal ini.

Saat Wallachia berperang melawan invasi Ottoman (Turki) yang dipimpin oleh Raja Muhammad II, Tepes menjadi tokoh yang paling ditakuti oleh para prajurit Ottoman. Tak jarang Tepes menyiksa habis musuh-musuhnya selain penjahat dan perampok. Mereka diikat, tubuh yang dibelah hingga keluar bagian organ tubuhnya. Usus, limpa, hati bahkan jantung musuh-musuh Tepes dibiarkan menggelantung di tubuh korban hingga mereka berteriak kesakitan dan mati secara mengenaskan. Cara lain Tepes menyiksa korban adalah menusuk anus korban dengan besi tajam yang panjangnya sekitar 2-3 meter hingga tembus ke kepala. Ini dilakukan Tepes pada korban dalam keadaan hidup. Kesukaan lain Tepes dalam menyiksa korban adalah menampung darah korban yang digunakannya untuk mandi. Menurut hikayat, kebiasaan ini dilakukan untuk menjaganya agar tetap awet muda.

Timbul pertanyaan, apa hubungan antara Drakula dengan Vampir?

Vampir dalam legenda Rumania merupakan makhluk penghisap darah dan cerita ini sudah mengakar sebagai bagian dari mitos dan budaya negara tersebut. Namun cerita yang menghubung-hubungkan Drakula sebagai makhluk penghisap darah tak pernah bisa dipertanggungjawabkan sebagai fakta nyata.

Berawal dari sebuah buku yang terbit tahun 1463 di Jerman berjudul "The History of Voivode Dracula" yang mengisahkan tentang kekejaman Vlad III Dracul. Dalam sejarah, buku ini terbit sebagai bagian dari politik Jerman yang saat itu diinvasi oleh Rumania. Tak diketahui pasti siapa penulis buku tersebut.

Empat abad kemudian di tahun 1897 Bram Stoker, penulis novel klasik kelahiran Dublin 1847 menulis sebuah novel klasik, "Dracula". Novel tersebut mengisahkan seorang Raja Rumania yang bengis, kejam dan tak berperikemanusiaan namun pembela rakyat. Kisah ini kemudian dibumbui oleh Stoker dengan legenda dan mitos tentang Vampir. Sepintas mirip dengan kisah Vlad III Dracul, namun tambahan legenda dan mitos inilah yang membuat banyak orang salah persepsi tentang Drakula dan Vampir.


Luqman Hakim
Tulisan Lama, November 2002

Monday, November 24, 2008

Mario Teguh; Motivator atau Stand Up Comedian?


Bisa jadi saya sangat terheran-heran. Bukan cuma saya, tapi 1300 orang yang menyaksikan Mario Teguh bukan dalam format yang biasanya seperti di Metro TV pun O Channel. Mario Teguh dalam format yang berbeda, Mario Teguh as a stand up comedian.

Benar begitu?

Senin, 24 November 2008, sekitar pukul 7 Malam, antv, tvOne dan vivanews.com mengadakan gathering yang menyatukan visi dan misinya bersama. Mungkin saja sialnya buat dia, yang namanya orang media, satu saja sudah menyulitkan karena skeptis, kritis, banyak tanya dan tak bisa langsung menerima logika, apalagi ini 1300 orang!

Itulah yang terjadi. Mario Teguh didaulat untuk memberikan motivasi kebersamaan bagi kami, kumpulan orang-orang media yang kreatif, kritis, skeptis, membayangkannya dalam dilematis dan pragmatis, banyak juga yang berkumis dan tak sedikit yang sinis (Haiyah!) Acara ini memang tidak ditayangkan, lebih ke internal kami, intinya membuat kami termotivasi dengan kesatuan ini. Saya sendiri sempat skeptis akan kalimat, kata dan wejangan mengenai motivasi, bertanya pada Subhan rekan di samping saya.

"Gw bingung Han, apa yang hebat dari Mario Teguh ya, kok banyak orang terbius sama kata-katanya?"

"Kita liat aja Man, apa kehebatan dia."

Mulailah ia maju ke pentas di Balai Sarbini. Panggung besar yang dibuat dadakan seperti Sangkuriang membuat taman di Bumi Parahyangan. Kurang dari 1 hari, panggung megah itu jadi dan Mario Teguh berdiri tepat di hadapan kami, siap dengan 1300 pasang mata yang memandangnya.

Apa yang akan disampaikannya?

Apakah kalimat-kalimat basi dan hal-hal yang sama saja seperti di Metro TV dan O Channel?

Kalau memang iya, siap-siap saja menerima protesan kami, dari yang paling kritis sampai yang paling skeptis.

Di luar dugaan, ia membius kami semua dengan segala kata-katanya. Mario Teguh berdiri bak Dane Cook, stand up comedian terkenal di Amerika, seperti Alm. Taufik Savalas membawakan geguyonannya namun dalam format yang berbeda. Ia menyajikannya dalam lawakan yang berbobot dan bermutu, menembus seluruh kesadaran akan pentingnya sebuah kebersamaan dalam segala perbedaan.

Ia bukan Tukul yang menghina-hina dirinya sendiri untuk dibilang lucu, ia juga bukan Komeng, Desta atau Vincent Clubeighties yang terkadang melontarkan humor-humor saru, ia Mario Teguh, pribadi unik, aneh dan edannya saya tak pernah menemukan sosok ini di tayangan dua TV tadi. Pribadi yang bisa saya acungkan jempol sebagai motivator sejati, mampu menyelami audience-nya secara universal.

Sempat saya melihat Pak Karni Ilyas, Direktur Pemberitaan tvOne yang tergolong susah ketawa dan pelit senyum bisa tertawa terbahak-bahak di podium Direksi. Pun MC-nya sendiri, Farid (presenter antv) dan Grace (presenter tvOne) sampai sakit perut menyaksikan polah Mario Teguh yang benar-benar beda dari yang sering tergambarkan oleh media.

Saya tak sedang mempromosikan dia, saya hanya bingung, saya tak pernah belajar ilmu Psikologi tapi ada satu sosok yang bisa berbeda karakter dalam waktu yang relatif cepat. Saya hanya berpikir, orang ini pastilah pintar, bukan orang sembarangan. Saya yang pernah beberapa kali meng-MC pun punya banyak kesulitan menguasai massa, tapi Mario Teguh dengan mudahnya membaca mata audience, merangkul, melontarkan joke yang lucu, menyindir dan menyentil kami sampai ke titik kontemplasi.

Tapi bukan juga berarti efektivitas cara memotivasi seperti ini yang kena sasaran. Selesai acara timbul pertanyaan seperti judul tulisan ini, Mario Teguh itu Motivator atau Stand Up Comedian? Banyak temen-temen yang tak bisa menangkap maksud yang disampaikannya namun lebih mencerna geguyonannya yang benar-benar lucu, segar dan berbeda dari pelawak yang pernah ada.

Lepas dari apapun, salut buat anda Pak Mario Teguh!

Tulisan ini adalah penghargaan saya untuk anda, semoga membacanya...


Sumber foto: MTSuperClub

Sunday, November 23, 2008

Tuhan Bukan Kata Makian


Setiap terbangun di pagi hari, selalu ada rencana yang tersusun di dalam benak diri, akan ke manakah hari ini. Melakukan sesuatu, beraktivitas dan pergi keluar rumah. Menyusuri waktu, mengisinya dengan hal-hal berguna. Berangkat ke kantor bagi karyawan, menuju kampus atau sekolah bagi pelajar, pergi ke pasar bagi ibu rumah tangga dan terus berpeluang bagi yang belum berpenghasilan tetap.


"Cinta" dari album Swami 1989, courtesy of Swami

Tapi apakah pernah terpikir, bangun di satu pagi tanpa rancangan dan susunan rencana?

Bangun dalam kondisi bingung mau berbuat apa karena memang tak ada yang bisa dikerjakan akibat keterbatasan kemampuan. Tatapan mata kosong, memandang waktu yang terus bergulir sampai di penghujung, menjalani hari tanpa ekspresi juga pikiran yang sehat, memadati sudut-sudut jalan dan ujung-ujung gang dengan ketidakmampuan diri dalam berkompetisi di kehidupan.

Sampai ada yang menghampiri, mengulurkan tangan untuk dijadikan orang yang berguna.

Diajari segala kebaikan dalam format agama.

Apapun adanya, segala kebaikan itu harus berguna bagi orang banyak, tak hanya kebaikan dalam sudut pandang sendiri, golongan, apalagi pribadi.

Namun anehnya, ketika kebathilan terpampang gamblang di muka bumi, semuanya diperangi. Dibabat habis atas nama kebenaran dan agama. Berteriak lantang menyebut-nyebut nama Tuhan lantas memukul orang, membakar tempat, bahkan membunuh jiwa-jiwa yang masih labil dan bingung dengan kehidupan di masa sekarang.

Lantas apa bedanya dengan kalimat geram yang dilontarkan saat melakukan?

Tak beda dengan perkelahian jalanan di mana sebelum memukul, sang jagoan harus mengeluarkan kalimat makian dan umpatan kotor demi melumat nyali sang lawan.

"Anjing!"

"Setan!"

"Bangsat!"

"Kont***!"
(Sensor!)

"Ngent***!"
(Sensor!)


Dan sebagainya, dan sebagainya, lantas aksi itu dilakukan. Memukul, menghantam, menganiaya, membakar tempat, juga membunuh banyak jiwa, seolah kebenaran hanya ada dalam dirinya sendiri tanpa kompromi. Kebenaran subyektif yang tidak mau memperhatikan bahwa objek penderitanya juga masih bingung menghadapi kehidupan yang serba semu, menjalani hari dan waktu dalam labil, berada di tengah-tengah kegalauan masa yang serba membingungkan antara yang baik dan yang buruk, antara yang halal dan yang haram.

Format apa pula yang membuat kita harus mengambil-alih peran Tuhan dalam bentukan penghakiman?

* * * * *

Dalam satu riwayat dikisahkan ada seorang murid dari sebuah pesantren. Satu ketika ia berubah total dari aturan pesantren. Bila di keseharian seragam pesantren adalah putih-putih sebagai simbol kesucian, ia berganti rupa memakai kostum warna hitam-hitam. Hari-hari dilewati dengan selalu menunduk, diam dan tak banyak bicara.

Sampai ada salah seorang temannya yang peduli, bertanya;

"Kamu ini ada apa? Hari-harimu diisi dengan banyak diam dan murung, ditambah lagi kenapa kamu berpakaian hitam-hitam begitu? Kamu mengerti 'kan kalau seragam pesantren kita itu putih-putih? Nanti kalau Kyai marah bagaimana? Ada apa sebenarnya? Bila ada apa-apa ceritakan ke aku saja, aku ini sahabatmu, siapa tahu aku bisa membantu..."

"Tak ada apa-apa, saya hanya sedang bersedih, saya sedang berkabung..."

"Innalillahi wa inna illaihi roji'un! Siapa yang meninggal? Siapa?"

"Yang meninggal bukan siapa-siapa, kamu pasti takkan mau tau siapa yang meninggal..."

"Eh, kita ini Muslim, sebagai Muslim kita ini bersaudara dan sudah sewajarnya juga kita sebagai sesama Muslim harus saling bantu-membantu dalam kebaikan. Siapa yang meninggal? Aku harus tahu dong!"

"Itu... Tuhanku yang meninggal..."

"Astaghfirullah al adzim! Murtad kamu!"

Si teman itu berlalu meninggalkan santri yang masih saja terdiam dan tertunduk sedih, mengadukan pada Sang Kyai perihal kemurtadan rekannya yang berbaju hitam-hitam. Muka Kyai merah padam mendengarnya dan ia langsung memanggil santrinya yang dianggap sudah menyimpang, menyidangnya, lalu menanyakan segala alasan-alasan atas kemurtadan itu.

"Saya dengar kamu mengatakan tuhan kamu sudah meninggal. Kamu tau resikonya menjadi murtad dengan perkataan itu?"

"Saya tahu Kyai, saya sadar atas apa yang sudah saya ucapkan. Saya juga siap menerima resiko atas apa yang sudah saya ucapkan itu..."

Berdasarkan hukum yang berlaku, santri berseragam hitam-hitam yang dianggap murtad itu lalu dikubur sebatas kepala dan siap untuk dihukum rajam, dihadiri oleh murid-murid lainnya di pesantren. Namun sebelum hukuman dilaksanakan, Kyai yang berusaha menyelami pikirannya, menanyakan lagi ketegasan atas perkataan itu.

"Sebelum hukuman dilaksanakan, saya ingin menanyakan alasan perkataan itu juga permintaan kamu terakhir kali. Apa maksud kamu mengatakan tuhan itu sudah mati? Apa benar menurutmu Tuhan sudah mati? Sebenarnya siapa Tuhan kamu? Apa permintaan terakhirmu sebelum hukuman ini dilaksanakan?"

"Benar Kyai. Tuhan saya sudah mati. Selama ini saya salah memilih Tuhan dan tuhan yang saya sembah itu sudah mati. Saya tak ada permintaan apa-apa. Silahkan bila Kyai ingin menghukum. Saya ikhlas, saya rela..."

Sang Kyai menggeleng-gelengkan kepala. Ada geram karena ilmu yang diajarkannya tak masuk ke otak dan hati muridnya ini. Ia berkata pada santri berbaju hitam-hitam itu sebelum hukuman dilaksanakan.

"Sekarang! Sebutkan kalimat Ilahiyah sebelum hukuman ini dijalankan untuk memudahkan kematianmu! Lancang sekali kamu mengatakan bahwa Tuhan itu sudah mati! Siapa sebenarnya Tuhan yang kamu sembah?!"

"Tuhan yang saya sembah selama ini bukan Allah SWT, tuhan yang saya sembah selama ini adalah iri, dengki, kebencian, kehasutan, kesombongan, dan kebenaran atas dasar subyektivitas pribadi. Tuhan-tuhan saya itu sekarang sudah mati. Silahkan bila Kyai ingin menghukum. Saya sudah siap, saya ikhlas dan saya rela... Asyhadu alla illaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah..."

Batu-batu yang dipegang oleh para guru dan murid di pesantren, yang sekiranya siap dilontarkan untuk santri yang dianggap murtad, terjatuh lunglai dari tangan mereka. Genangan air yang ada di pelupuk mata makin membuncah, tumpah membasahi pipi mereka masing-masing. Sang Kyai dengan hati tak karuan, mengangkat santri yang terkubur sebatas kepala yang dianggapnya murtad tadi, memeluknya erat, lalu menciumnya dengan penuh haru.

"Terima kasih ya Allah, sudah memberikan kami pelajaran yang sangat berharga di pagi ini..."

Sumber cerita: Kisah-kisah sufi, judul bukunya lupa, udah lama banget soalnya...

* * * * *

Susahnya hidup di dunia yang serba semu, segala sesuatu didasarkan kebenaran atas subyektifitas pribadi. Kehidupan yang kibriya, kehidupan yang tak mengenal batas antara halal dan haram menjadi sulit untuk dipilih.

Hal-hal apa pula yang membuat manusia ingin menghapus keberagaman yang ada hingga segala sesuatu itu harus dibentuk menjadi sama warna dan serupa?

Ya Tuhan, berikanlah kami selalu hal-hal yang terbaik, meski kami teramat sering menjauhi-Mu, membuang-Mu dalam kata-kata makian kami, menjadikan-Mu simbol-simbol belaka dalam kehidupan. Dekatkan hati kami dengan-Mu ya Tuhan...


Catatan: Tulisan ini diikutsertakan untuk Writing Contest Pesta Blogger 2010



Sumber lagu: "Cinta" dari album Swami 1989, courtesy of Swami

Luqman HakimSenin 24 November 2008, jam 09.00WIB
Pagi-pagi masih di rumah! Belom ke kantor!


Saturday, November 22, 2008

Where in The World is Osama Bin Laden?

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Independent
Film Tolol yang Mencerdaskan

Apa jadinya apabila ada seorang ayah yang khawatir akan kehidupan anaknya sementara si anak sendiri masih ada di dalam kandungan ibu? Pengaruh buruk lingkungan, narkoba, kekerasan di jalan, bencana alam dan ancaman terorisme takkan bisa lepas dari kehidupan sehari-hari.

Itulah yang dikhawatirkan Morgan Spurlock, apalagi ia warga Amerika yang secara khusus sangat dibenci oleh golongan Islam Radikal, dianggap sebagai orang kafir, penyebab segala kerusakan di muka bumi yang pantas untuk diperangi juga dibunuh. Morgan juga tak habis pikir dengan Pemerintah Amerika, tergolong negara maju dari segi teknologi tapi tak bisa mengetahui keberadaan orang yang paling bertanggung jawab atas tragedi Jumat kelabu di tanggal 11 September 2001.

Berbekal kemampuan seadanya sebagaimana orang kebanyakan, tanpa pengetahuan intelejen, tak punya kemampuan militer dan tak banyak pengalaman investigasi, Morgan menyelidiki keberadaan Osama bin Laden. Sederhana saja, ia hanya ingin menanyakan pada pemimpin Al Qaeda ini kenapa membom negaranya dan apa tujuan dari aksi terorisme itu sendiri.

Beragam pertanyaan muncul di kepala, ia mulai merancang tempat dan tujuan di mana keberadaan Osama dengan meminta izin pada istrinya, Alexandra Jamieson untuk bertemu dengan orang yang distempeli teroris besar sepanjang jaman oleh Presiden Amerika masa itu, George W. Bush.

Restu diberikan sang istri, Morgan memulai penyelidikan dari Mesir. Asumsinya, orang nomer dua Al Qaeda, Ayman Muhammad Rabaie Al Zawahiri berasal dari negara ini, ia juga tokoh yang paling berpengaruh bagi Osama dan dikenal dengan sebutan Syekh Qutb. Bilamana dapat bertemu Ayman, pastilah mudah berjumpa dengan Osama. Morgan mendatangi rumah Mahfuz, paman dari Ayman yang menyambutnya dengan baik, namun sayang Mahfuz tak tahu keberadaan Ayman apalagi Osama Bin Laden. Morgan juga bertanya-tanya di jalan pada masyarakat kenapa orang-orang membenci Amerika. Orang Mesir menjawab bahwa Amerika itu jahat, memerangi umat Muslim di Palestina, di Afganistan juga di Irak, Amerika tak hanya membunuh tapi juga memperkosa wanita.

Dari Mesir, Morgan berlanjut ke Morocco, Jordan dan Arab Saudi. Tetap dengan pertanyaannya, "Where is Osama Bin Laden?" Ditanyakannya ke orang-orang yang ditemui di jalan juga dengan pertanyaan kenapa mereka membenci Amerika, pertanyaan itu dijawab dengan beragam jawaban. Ada yang menganggapnya gila, ada yang meladeni, bahkan ada yang menganjurkan untuk bertanya pada keluarga Osama saat ia berada di Arab Saudi. Tololnya, anjuran itu juga ia laksanakan, dicarinya semua nama belakang 'Bin Laden' di buku yellow pages dan diteleponnya satu persatu. Ia juga mencari ke Saudi Binladin Group. Morgan tetap tak menemukan jawabannya.

Kemudian Morgan beranjak ke Israel, negeri dari bangsa Yahudi dan ia masih tetap dengan pertanyaan "Where is Osama Bin Laden?" yang dilontarkan pada setiap orang yang ditemuinya di jalanan. Sampai di satu tempat yang memang dikhususkan bagi para penganut Yahudi Ortodoks, para penganutnya memakai jas hitam, memanjangkan janggut dan jambang serta topi klasik, ia mendapat perlawanan karena kekonyolan pertanyaannya, sampai polisi Israel harus membubarkan kumpulan penganut Yahudi Ortodoks yang tak suka dengan kehadiran Morgan yang mengusirnya dari tempat itu.

Tak puas dengan jawaban yang ada, Morgan pergi ke Jalur Gaza, daerah perbatasan Palestina dan Israel. Di sana ia melihat banyak hal yang tak bisa ditemui di kehidupan normal, orang-orang di sana hidup dalam ancaman teror, bahkan ia sempat mendatangi Sekolah Dasar Sha'ar Hanegev di daerah Sderot, Israel yang baru saja dibom 8½ jam yang lalu. Duduk di salah satu kelas yang rusak berat, membayangkan apabila kejadian seperti ini dialami oleh anaknya.

Ia berlalu ke Afganistan, negeri tempat persembunyian Osama. Di sini Morgan juga mendatangi Tora Bora, satu daerah berbukit batu tempat persembunyian pemimpin Al Qaeda. Dengan tololnya ia berteriak di dalam gua, "Yuhuuu... Osaaamaaa..." tapi tetap, Osama tak diketemukan. Sampai ia bertemu salah seorang yang anggota keluarganya adalah pengikut Al Qaeda dan jadi pelaku bom bunuh diri. Ia memandang Morgan dengan tatapan tajam namun masih mau meladeni pertanyaan itu. Morgan bertanya banyak tentang bom bunuh diri, tentang kebenciannya terhadap Amerika yang dijawab dengan lugas di kediaman orang itu dan sosok wajahnya tergambar kebencian terhadap Amerika, namun masih berusaha mewajarkan sikap serta berbuat adil atas pertanyaan yang dilontarkan. Lucunya, saat mereka tengah berdialog, anak dari orang itu justru asik menonton tayangan gulat Amerika yang memang digemari di negara-negara Timur Tengah.

Tetap dengan pencariannya, sampailah ia ke Taliban, mendatangi penduduk di sana yang menyambutnya dengan baik. Masih dengan pertanyaan tolol, "Where is Osama Bin Laden?" juga faktor kebencian Amerika. Sampai ada salah seorang tua yang mengatakan sesuatu yang membuatnya sadar akan pencariannya kelewat jauh sampai ke beberapa negara.

* * * * *

Apa perkataan itu?

Cari sendiri jawabannya di film gila ini, film dokumenter yang berkisah tentang hal sederhana, ketakutan seorang ayah akan kehidupan anaknya di jaman yang seperti ini. Bukan film investigasi jurnalistik yang apik, lebih ke arah film kreatif yang memandang Osama Bin Laden yang dianggap teroris dalam sudut pandang lain yang netral. Sebuah film sentimentil konyol, sebuah kado indah dari seorang ayah untuk anak yang baru dilahirkan di bumi.

Kelebihannya ada pada sisi yang menghibur, dibuka dengan prolog yang memikat dan motion graphic animation yang baik, membuat tokoh Osama Bin Laden sebagai M.C. Hammer, penyanyi rap tahun 80-an dan juga mengkarakterkan dirinya sebagai tokoh game laga seperti di permainan Play Station. Dibuat dengan grafis yang relatif baik, Animasi 3D yang rapi dan selanjutnya adalah perjalanan akan pencarian jawaban atas pertanyaan seorang ayah dengan gaya Morgan yang konyol.

Kekurangannya ada pada sisi otentifikasi data. Saat menontonnya saya sempat bertanya, apakah benar Mahfuz adalah paman dari Ayman Muhammad Rabaie Al Zawahiri, yang juga dikenal sebagai Syekh Qutb, guru dari Osama? Tidak disebutkan data pendukungnya. Kemudian beberapa adegan dirancang tidak natural. Sangat wajar, dalam pembuatan film dokumenterpun istilah membuat brief, mengarahkan pemain itu tetap ada hanya sangat disayangkan beberapa adegan di sini kelihatan dipaksakan.

Secara keseluruhan film ini layak tonton. Lucu, menghibur sekaligus membuat kita berpikir bahwa kehidupan yang berbeda di seluruh dunia itu jadi bahan komparasi, bahwa kehidupan yang kita jalani sekarang ini jauh lebih indah.

Saling menghormati dan menghargai orang lain yang berbeda keyakinan, serta tetap selalu ceria dalam menghadapi setiap masalah di kehidupan.