Saturday, November 29, 2008

Drakula; Fakta atau Mitos?


Kenapa Drakula menghisap darah manusia?
 
Pertanyaan yang kerap dilontarkan oleh anak-anak tentang Drakula. Persepsi anak-anak dan mungkin kebanyakan orang tentang Drakula adalah sosok makhluk yang menyeramkan. Berjubah hitam, bertaring tajam, menghisap darah manusia, bengis tak berperikemanusiaan dan cerita pengantar tidur yang menakutkan.
 
"Dracula" berasal dari bahasa Rumania kuno yang merupakan kesatuan arti dari beberapa suku kata. 'Drac' berarti naga atau iblis, 'ul' adalah arti definitif dari kata penghubung dan 'ulea' adalah kata akhir yang berarti anak dari. Cerita Drakula, bermula dari keluarga kerajaan di Wallachia (Rumania Selatan) lewat Raja Vlad III Dracul (1431-1476) yang dikenal dengan nama Vlad Tepes.

Kata 'Dracul' di sini menunjukkan bahwa Vlad Tepes merupakan keturunan ketiga bangsawan Vlad, kelurga kerajaan Wallachia yang menggunakan lambang negara berupa naga. Tepes memerintah Wallachia selama tahun 1456-1476 dan terkenal akan kekejamannya sebagai penguasa. Penjahat, perampok dan tawanan perang adalah orang-orang yang menjadi korban kekejaman raja berwajah cekung dan berkumis tebal ini.

Saat Wallachia berperang melawan invasi Ottoman (Turki) yang dipimpin oleh Raja Muhammad II, Tepes menjadi tokoh yang paling ditakuti oleh para prajurit Ottoman. Tak jarang Tepes menyiksa habis musuh-musuhnya selain penjahat dan perampok. Mereka diikat, tubuh yang dibelah hingga keluar bagian organ tubuhnya. Usus, limpa, hati bahkan jantung musuh-musuh Tepes dibiarkan menggelantung di tubuh korban hingga mereka berteriak kesakitan dan mati secara mengenaskan. Cara lain Tepes menyiksa korban adalah menusuk anus korban dengan besi tajam yang panjangnya sekitar 2-3 meter hingga tembus ke kepala. Ini dilakukan Tepes pada korban dalam keadaan hidup. Kesukaan lain Tepes dalam menyiksa korban adalah menampung darah korban yang digunakannya untuk mandi. Menurut hikayat, kebiasaan ini dilakukan untuk menjaganya agar tetap awet muda.

Timbul pertanyaan, apa hubungan antara Drakula dengan Vampir?

Vampir dalam legenda Rumania merupakan makhluk penghisap darah dan cerita ini sudah mengakar sebagai bagian dari mitos dan budaya negara tersebut. Namun cerita yang menghubung-hubungkan Drakula sebagai makhluk penghisap darah tak pernah bisa dipertanggungjawabkan sebagai fakta nyata.

Berawal dari sebuah buku yang terbit tahun 1463 di Jerman berjudul "The History of Voivode Dracula" yang mengisahkan tentang kekejaman Vlad III Dracul. Dalam sejarah, buku ini terbit sebagai bagian dari politik Jerman yang saat itu diinvasi oleh Rumania. Tak diketahui pasti siapa penulis buku tersebut.

Empat abad kemudian di tahun 1897 Bram Stoker, penulis novel klasik kelahiran Dublin 1847 menulis sebuah novel klasik, "Dracula". Novel tersebut mengisahkan seorang Raja Rumania yang bengis, kejam dan tak berperikemanusiaan namun pembela rakyat. Kisah ini kemudian dibumbui oleh Stoker dengan legenda dan mitos tentang Vampir. Sepintas mirip dengan kisah Vlad III Dracul, namun tambahan legenda dan mitos inilah yang membuat banyak orang salah persepsi tentang Drakula dan Vampir.


Luqman Hakim
Tulisan Lama, November 2002

Monday, November 24, 2008

Mario Teguh; Motivator atau Stand Up Comedian?


Bisa jadi saya sangat terheran-heran. Bukan cuma saya, tapi 1300 orang yang menyaksikan Mario Teguh bukan dalam format yang biasanya seperti di Metro TV pun O Channel. Mario Teguh dalam format yang berbeda, Mario Teguh as a stand up comedian.

Benar begitu?

Senin, 24 November 2008, sekitar pukul 7 Malam, antv, tvOne dan vivanews.com mengadakan gathering yang menyatukan visi dan misinya bersama. Mungkin saja sialnya buat dia, yang namanya orang media, satu saja sudah menyulitkan karena skeptis, kritis, banyak tanya dan tak bisa langsung menerima logika, apalagi ini 1300 orang!

Itulah yang terjadi. Mario Teguh didaulat untuk memberikan motivasi kebersamaan bagi kami, kumpulan orang-orang media yang kreatif, kritis, skeptis, membayangkannya dalam dilematis dan pragmatis, banyak juga yang berkumis dan tak sedikit yang sinis (Haiyah!) Acara ini memang tidak ditayangkan, lebih ke internal kami, intinya membuat kami termotivasi dengan kesatuan ini. Saya sendiri sempat skeptis akan kalimat, kata dan wejangan mengenai motivasi, bertanya pada Subhan rekan di samping saya.

"Gw bingung Han, apa yang hebat dari Mario Teguh ya, kok banyak orang terbius sama kata-katanya?"

"Kita liat aja Man, apa kehebatan dia."

Mulailah ia maju ke pentas di Balai Sarbini. Panggung besar yang dibuat dadakan seperti Sangkuriang membuat taman di Bumi Parahyangan. Kurang dari 1 hari, panggung megah itu jadi dan Mario Teguh berdiri tepat di hadapan kami, siap dengan 1300 pasang mata yang memandangnya.

Apa yang akan disampaikannya?

Apakah kalimat-kalimat basi dan hal-hal yang sama saja seperti di Metro TV dan O Channel?

Kalau memang iya, siap-siap saja menerima protesan kami, dari yang paling kritis sampai yang paling skeptis.

Di luar dugaan, ia membius kami semua dengan segala kata-katanya. Mario Teguh berdiri bak Dane Cook, stand up comedian terkenal di Amerika, seperti Alm. Taufik Savalas membawakan geguyonannya namun dalam format yang berbeda. Ia menyajikannya dalam lawakan yang berbobot dan bermutu, menembus seluruh kesadaran akan pentingnya sebuah kebersamaan dalam segala perbedaan.

Ia bukan Tukul yang menghina-hina dirinya sendiri untuk dibilang lucu, ia juga bukan Komeng, Desta atau Vincent Clubeighties yang terkadang melontarkan humor-humor saru, ia Mario Teguh, pribadi unik, aneh dan edannya saya tak pernah menemukan sosok ini di tayangan dua TV tadi. Pribadi yang bisa saya acungkan jempol sebagai motivator sejati, mampu menyelami audience-nya secara universal.

Sempat saya melihat Pak Karni Ilyas, Direktur Pemberitaan tvOne yang tergolong susah ketawa dan pelit senyum bisa tertawa terbahak-bahak di podium Direksi. Pun MC-nya sendiri, Farid (presenter antv) dan Grace (presenter tvOne) sampai sakit perut menyaksikan polah Mario Teguh yang benar-benar beda dari yang sering tergambarkan oleh media.

Saya tak sedang mempromosikan dia, saya hanya bingung, saya tak pernah belajar ilmu Psikologi tapi ada satu sosok yang bisa berbeda karakter dalam waktu yang relatif cepat. Saya hanya berpikir, orang ini pastilah pintar, bukan orang sembarangan. Saya yang pernah beberapa kali meng-MC pun punya banyak kesulitan menguasai massa, tapi Mario Teguh dengan mudahnya membaca mata audience, merangkul, melontarkan joke yang lucu, menyindir dan menyentil kami sampai ke titik kontemplasi.

Tapi bukan juga berarti efektivitas cara memotivasi seperti ini yang kena sasaran. Selesai acara timbul pertanyaan seperti judul tulisan ini, Mario Teguh itu Motivator atau Stand Up Comedian? Banyak temen-temen yang tak bisa menangkap maksud yang disampaikannya namun lebih mencerna geguyonannya yang benar-benar lucu, segar dan berbeda dari pelawak yang pernah ada.

Lepas dari apapun, salut buat anda Pak Mario Teguh!

Tulisan ini adalah penghargaan saya untuk anda, semoga membacanya...


Sumber foto: MTSuperClub

Sunday, November 23, 2008

Tuhan Bukan Kata Makian


Setiap terbangun di pagi hari, selalu ada rencana yang tersusun di dalam benak diri, akan ke manakah hari ini. Melakukan sesuatu, beraktivitas dan pergi keluar rumah. Menyusuri waktu, mengisinya dengan hal-hal berguna. Berangkat ke kantor bagi karyawan, menuju kampus atau sekolah bagi pelajar, pergi ke pasar bagi ibu rumah tangga dan terus berpeluang bagi yang belum berpenghasilan tetap.


"Cinta" dari album Swami 1989, courtesy of Swami

Tapi apakah pernah terpikir, bangun di satu pagi tanpa rancangan dan susunan rencana?

Bangun dalam kondisi bingung mau berbuat apa karena memang tak ada yang bisa dikerjakan akibat keterbatasan kemampuan. Tatapan mata kosong, memandang waktu yang terus bergulir sampai di penghujung, menjalani hari tanpa ekspresi juga pikiran yang sehat, memadati sudut-sudut jalan dan ujung-ujung gang dengan ketidakmampuan diri dalam berkompetisi di kehidupan.

Sampai ada yang menghampiri, mengulurkan tangan untuk dijadikan orang yang berguna.

Diajari segala kebaikan dalam format agama.

Apapun adanya, segala kebaikan itu harus berguna bagi orang banyak, tak hanya kebaikan dalam sudut pandang sendiri, golongan, apalagi pribadi.

Namun anehnya, ketika kebathilan terpampang gamblang di muka bumi, semuanya diperangi. Dibabat habis atas nama kebenaran dan agama. Berteriak lantang menyebut-nyebut nama Tuhan lantas memukul orang, membakar tempat, bahkan membunuh jiwa-jiwa yang masih labil dan bingung dengan kehidupan di masa sekarang.

Lantas apa bedanya dengan kalimat geram yang dilontarkan saat melakukan?

Tak beda dengan perkelahian jalanan di mana sebelum memukul, sang jagoan harus mengeluarkan kalimat makian dan umpatan kotor demi melumat nyali sang lawan.

"Anjing!"

"Setan!"

"Bangsat!"

"Kont***!"
(Sensor!)

"Ngent***!"
(Sensor!)


Dan sebagainya, dan sebagainya, lantas aksi itu dilakukan. Memukul, menghantam, menganiaya, membakar tempat, juga membunuh banyak jiwa, seolah kebenaran hanya ada dalam dirinya sendiri tanpa kompromi. Kebenaran subyektif yang tidak mau memperhatikan bahwa objek penderitanya juga masih bingung menghadapi kehidupan yang serba semu, menjalani hari dan waktu dalam labil, berada di tengah-tengah kegalauan masa yang serba membingungkan antara yang baik dan yang buruk, antara yang halal dan yang haram.

Format apa pula yang membuat kita harus mengambil-alih peran Tuhan dalam bentukan penghakiman?

* * * * *

Dalam satu riwayat dikisahkan ada seorang murid dari sebuah pesantren. Satu ketika ia berubah total dari aturan pesantren. Bila di keseharian seragam pesantren adalah putih-putih sebagai simbol kesucian, ia berganti rupa memakai kostum warna hitam-hitam. Hari-hari dilewati dengan selalu menunduk, diam dan tak banyak bicara.

Sampai ada salah seorang temannya yang peduli, bertanya;

"Kamu ini ada apa? Hari-harimu diisi dengan banyak diam dan murung, ditambah lagi kenapa kamu berpakaian hitam-hitam begitu? Kamu mengerti 'kan kalau seragam pesantren kita itu putih-putih? Nanti kalau Kyai marah bagaimana? Ada apa sebenarnya? Bila ada apa-apa ceritakan ke aku saja, aku ini sahabatmu, siapa tahu aku bisa membantu..."

"Tak ada apa-apa, saya hanya sedang bersedih, saya sedang berkabung..."

"Innalillahi wa inna illaihi roji'un! Siapa yang meninggal? Siapa?"

"Yang meninggal bukan siapa-siapa, kamu pasti takkan mau tau siapa yang meninggal..."

"Eh, kita ini Muslim, sebagai Muslim kita ini bersaudara dan sudah sewajarnya juga kita sebagai sesama Muslim harus saling bantu-membantu dalam kebaikan. Siapa yang meninggal? Aku harus tahu dong!"

"Itu... Tuhanku yang meninggal..."

"Astaghfirullah al adzim! Murtad kamu!"

Si teman itu berlalu meninggalkan santri yang masih saja terdiam dan tertunduk sedih, mengadukan pada Sang Kyai perihal kemurtadan rekannya yang berbaju hitam-hitam. Muka Kyai merah padam mendengarnya dan ia langsung memanggil santrinya yang dianggap sudah menyimpang, menyidangnya, lalu menanyakan segala alasan-alasan atas kemurtadan itu.

"Saya dengar kamu mengatakan tuhan kamu sudah meninggal. Kamu tau resikonya menjadi murtad dengan perkataan itu?"

"Saya tahu Kyai, saya sadar atas apa yang sudah saya ucapkan. Saya juga siap menerima resiko atas apa yang sudah saya ucapkan itu..."

Berdasarkan hukum yang berlaku, santri berseragam hitam-hitam yang dianggap murtad itu lalu dikubur sebatas kepala dan siap untuk dihukum rajam, dihadiri oleh murid-murid lainnya di pesantren. Namun sebelum hukuman dilaksanakan, Kyai yang berusaha menyelami pikirannya, menanyakan lagi ketegasan atas perkataan itu.

"Sebelum hukuman dilaksanakan, saya ingin menanyakan alasan perkataan itu juga permintaan kamu terakhir kali. Apa maksud kamu mengatakan tuhan itu sudah mati? Apa benar menurutmu Tuhan sudah mati? Sebenarnya siapa Tuhan kamu? Apa permintaan terakhirmu sebelum hukuman ini dilaksanakan?"

"Benar Kyai. Tuhan saya sudah mati. Selama ini saya salah memilih Tuhan dan tuhan yang saya sembah itu sudah mati. Saya tak ada permintaan apa-apa. Silahkan bila Kyai ingin menghukum. Saya ikhlas, saya rela..."

Sang Kyai menggeleng-gelengkan kepala. Ada geram karena ilmu yang diajarkannya tak masuk ke otak dan hati muridnya ini. Ia berkata pada santri berbaju hitam-hitam itu sebelum hukuman dilaksanakan.

"Sekarang! Sebutkan kalimat Ilahiyah sebelum hukuman ini dijalankan untuk memudahkan kematianmu! Lancang sekali kamu mengatakan bahwa Tuhan itu sudah mati! Siapa sebenarnya Tuhan yang kamu sembah?!"

"Tuhan yang saya sembah selama ini bukan Allah SWT, tuhan yang saya sembah selama ini adalah iri, dengki, kebencian, kehasutan, kesombongan, dan kebenaran atas dasar subyektivitas pribadi. Tuhan-tuhan saya itu sekarang sudah mati. Silahkan bila Kyai ingin menghukum. Saya sudah siap, saya ikhlas dan saya rela... Asyhadu alla illaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah..."

Batu-batu yang dipegang oleh para guru dan murid di pesantren, yang sekiranya siap dilontarkan untuk santri yang dianggap murtad, terjatuh lunglai dari tangan mereka. Genangan air yang ada di pelupuk mata makin membuncah, tumpah membasahi pipi mereka masing-masing. Sang Kyai dengan hati tak karuan, mengangkat santri yang terkubur sebatas kepala yang dianggapnya murtad tadi, memeluknya erat, lalu menciumnya dengan penuh haru.

"Terima kasih ya Allah, sudah memberikan kami pelajaran yang sangat berharga di pagi ini..."

Sumber cerita: Kisah-kisah sufi, judul bukunya lupa, udah lama banget soalnya...

* * * * *

Susahnya hidup di dunia yang serba semu, segala sesuatu didasarkan kebenaran atas subyektifitas pribadi. Kehidupan yang kibriya, kehidupan yang tak mengenal batas antara halal dan haram menjadi sulit untuk dipilih.

Hal-hal apa pula yang membuat manusia ingin menghapus keberagaman yang ada hingga segala sesuatu itu harus dibentuk menjadi sama warna dan serupa?

Ya Tuhan, berikanlah kami selalu hal-hal yang terbaik, meski kami teramat sering menjauhi-Mu, membuang-Mu dalam kata-kata makian kami, menjadikan-Mu simbol-simbol belaka dalam kehidupan. Dekatkan hati kami dengan-Mu ya Tuhan...


Catatan: Tulisan ini diikutsertakan untuk Writing Contest Pesta Blogger 2010



Sumber lagu: "Cinta" dari album Swami 1989, courtesy of Swami

Luqman HakimSenin 24 November 2008, jam 09.00WIB
Pagi-pagi masih di rumah! Belom ke kantor!


Saturday, November 22, 2008

Where in The World is Osama Bin Laden?

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Independent
Film Tolol yang Mencerdaskan

Apa jadinya apabila ada seorang ayah yang khawatir akan kehidupan anaknya sementara si anak sendiri masih ada di dalam kandungan ibu? Pengaruh buruk lingkungan, narkoba, kekerasan di jalan, bencana alam dan ancaman terorisme takkan bisa lepas dari kehidupan sehari-hari.

Itulah yang dikhawatirkan Morgan Spurlock, apalagi ia warga Amerika yang secara khusus sangat dibenci oleh golongan Islam Radikal, dianggap sebagai orang kafir, penyebab segala kerusakan di muka bumi yang pantas untuk diperangi juga dibunuh. Morgan juga tak habis pikir dengan Pemerintah Amerika, tergolong negara maju dari segi teknologi tapi tak bisa mengetahui keberadaan orang yang paling bertanggung jawab atas tragedi Jumat kelabu di tanggal 11 September 2001.

Berbekal kemampuan seadanya sebagaimana orang kebanyakan, tanpa pengetahuan intelejen, tak punya kemampuan militer dan tak banyak pengalaman investigasi, Morgan menyelidiki keberadaan Osama bin Laden. Sederhana saja, ia hanya ingin menanyakan pada pemimpin Al Qaeda ini kenapa membom negaranya dan apa tujuan dari aksi terorisme itu sendiri.

Beragam pertanyaan muncul di kepala, ia mulai merancang tempat dan tujuan di mana keberadaan Osama dengan meminta izin pada istrinya, Alexandra Jamieson untuk bertemu dengan orang yang distempeli teroris besar sepanjang jaman oleh Presiden Amerika masa itu, George W. Bush.

Restu diberikan sang istri, Morgan memulai penyelidikan dari Mesir. Asumsinya, orang nomer dua Al Qaeda, Ayman Muhammad Rabaie Al Zawahiri berasal dari negara ini, ia juga tokoh yang paling berpengaruh bagi Osama dan dikenal dengan sebutan Syekh Qutb. Bilamana dapat bertemu Ayman, pastilah mudah berjumpa dengan Osama. Morgan mendatangi rumah Mahfuz, paman dari Ayman yang menyambutnya dengan baik, namun sayang Mahfuz tak tahu keberadaan Ayman apalagi Osama Bin Laden. Morgan juga bertanya-tanya di jalan pada masyarakat kenapa orang-orang membenci Amerika. Orang Mesir menjawab bahwa Amerika itu jahat, memerangi umat Muslim di Palestina, di Afganistan juga di Irak, Amerika tak hanya membunuh tapi juga memperkosa wanita.

Dari Mesir, Morgan berlanjut ke Morocco, Jordan dan Arab Saudi. Tetap dengan pertanyaannya, "Where is Osama Bin Laden?" Ditanyakannya ke orang-orang yang ditemui di jalan juga dengan pertanyaan kenapa mereka membenci Amerika, pertanyaan itu dijawab dengan beragam jawaban. Ada yang menganggapnya gila, ada yang meladeni, bahkan ada yang menganjurkan untuk bertanya pada keluarga Osama saat ia berada di Arab Saudi. Tololnya, anjuran itu juga ia laksanakan, dicarinya semua nama belakang 'Bin Laden' di buku yellow pages dan diteleponnya satu persatu. Ia juga mencari ke Saudi Binladin Group. Morgan tetap tak menemukan jawabannya.

Kemudian Morgan beranjak ke Israel, negeri dari bangsa Yahudi dan ia masih tetap dengan pertanyaan "Where is Osama Bin Laden?" yang dilontarkan pada setiap orang yang ditemuinya di jalanan. Sampai di satu tempat yang memang dikhususkan bagi para penganut Yahudi Ortodoks, para penganutnya memakai jas hitam, memanjangkan janggut dan jambang serta topi klasik, ia mendapat perlawanan karena kekonyolan pertanyaannya, sampai polisi Israel harus membubarkan kumpulan penganut Yahudi Ortodoks yang tak suka dengan kehadiran Morgan yang mengusirnya dari tempat itu.

Tak puas dengan jawaban yang ada, Morgan pergi ke Jalur Gaza, daerah perbatasan Palestina dan Israel. Di sana ia melihat banyak hal yang tak bisa ditemui di kehidupan normal, orang-orang di sana hidup dalam ancaman teror, bahkan ia sempat mendatangi Sekolah Dasar Sha'ar Hanegev di daerah Sderot, Israel yang baru saja dibom 8½ jam yang lalu. Duduk di salah satu kelas yang rusak berat, membayangkan apabila kejadian seperti ini dialami oleh anaknya.

Ia berlalu ke Afganistan, negeri tempat persembunyian Osama. Di sini Morgan juga mendatangi Tora Bora, satu daerah berbukit batu tempat persembunyian pemimpin Al Qaeda. Dengan tololnya ia berteriak di dalam gua, "Yuhuuu... Osaaamaaa..." tapi tetap, Osama tak diketemukan. Sampai ia bertemu salah seorang yang anggota keluarganya adalah pengikut Al Qaeda dan jadi pelaku bom bunuh diri. Ia memandang Morgan dengan tatapan tajam namun masih mau meladeni pertanyaan itu. Morgan bertanya banyak tentang bom bunuh diri, tentang kebenciannya terhadap Amerika yang dijawab dengan lugas di kediaman orang itu dan sosok wajahnya tergambar kebencian terhadap Amerika, namun masih berusaha mewajarkan sikap serta berbuat adil atas pertanyaan yang dilontarkan. Lucunya, saat mereka tengah berdialog, anak dari orang itu justru asik menonton tayangan gulat Amerika yang memang digemari di negara-negara Timur Tengah.

Tetap dengan pencariannya, sampailah ia ke Taliban, mendatangi penduduk di sana yang menyambutnya dengan baik. Masih dengan pertanyaan tolol, "Where is Osama Bin Laden?" juga faktor kebencian Amerika. Sampai ada salah seorang tua yang mengatakan sesuatu yang membuatnya sadar akan pencariannya kelewat jauh sampai ke beberapa negara.

* * * * *

Apa perkataan itu?

Cari sendiri jawabannya di film gila ini, film dokumenter yang berkisah tentang hal sederhana, ketakutan seorang ayah akan kehidupan anaknya di jaman yang seperti ini. Bukan film investigasi jurnalistik yang apik, lebih ke arah film kreatif yang memandang Osama Bin Laden yang dianggap teroris dalam sudut pandang lain yang netral. Sebuah film sentimentil konyol, sebuah kado indah dari seorang ayah untuk anak yang baru dilahirkan di bumi.

Kelebihannya ada pada sisi yang menghibur, dibuka dengan prolog yang memikat dan motion graphic animation yang baik, membuat tokoh Osama Bin Laden sebagai M.C. Hammer, penyanyi rap tahun 80-an dan juga mengkarakterkan dirinya sebagai tokoh game laga seperti di permainan Play Station. Dibuat dengan grafis yang relatif baik, Animasi 3D yang rapi dan selanjutnya adalah perjalanan akan pencarian jawaban atas pertanyaan seorang ayah dengan gaya Morgan yang konyol.

Kekurangannya ada pada sisi otentifikasi data. Saat menontonnya saya sempat bertanya, apakah benar Mahfuz adalah paman dari Ayman Muhammad Rabaie Al Zawahiri, yang juga dikenal sebagai Syekh Qutb, guru dari Osama? Tidak disebutkan data pendukungnya. Kemudian beberapa adegan dirancang tidak natural. Sangat wajar, dalam pembuatan film dokumenterpun istilah membuat brief, mengarahkan pemain itu tetap ada hanya sangat disayangkan beberapa adegan di sini kelihatan dipaksakan.

Secara keseluruhan film ini layak tonton. Lucu, menghibur sekaligus membuat kita berpikir bahwa kehidupan yang berbeda di seluruh dunia itu jadi bahan komparasi, bahwa kehidupan yang kita jalani sekarang ini jauh lebih indah.

Saling menghormati dan menghargai orang lain yang berbeda keyakinan, serta tetap selalu ceria dalam menghadapi setiap masalah di kehidupan.

Thursday, November 20, 2008

Emas, Loyang atau Kaleng?


Bersikap bodohlah agar hidup enak
di zaman ini akal sehat menjadi musuh
Orang berakal justru tenggelam
dan si bodoh disanjung-sanjung
.
Abu Ja’far Muhammad, Tokoh Sufi

Emas itu logam mulia, simbol dari keabadian dan kekayaan. Terbentuk dari unsur mineral langka yang dilambangkan dalam unsur kimia sebagai atom urutan 79 dengan simbol Au (Bahasa Latinnya 'Aurum'). Di beberapa negara emas digunakan sebagai standar keuangan, nilai ekstrinsiknya jauh berharga ketimbang uang kertas yang menggunakan nilai intrinsik. Jangan tanya harganya, satu gram saja bila dikonversikan ke dalam nilai uang kertas, mahalnya minta ampun.

Loyang kebanyakan terbuat dari aluminium, dibentuk sedemikian rupa sesuai kegunaan. Ada yang berbentuk panci, wajan, cetakan kue, bahkan pispot untuk buang hajat. Harganya masih bisa dijangkau karena utilitas yang hanya pada satu-dua kegunaan. Semahal-mahal harga loyang hanya pada bentuk yang dirupakan sedemikian ragamnya.

Kaleng adalah lembaran baja yang dilapisi timah, pengembangan dari penemuannya Nicolas François Appert (1749-1841) orang Perancis yang diminta Napoleon Bonaparte untuk mencari metode pengawetkan makanan bagi pasukannya yang akan berperang. Secara umum kaleng dipakai sebagai tempat makanan yang dikeluarkan pabrik. Saat makanan sudah dikeluarkan darinya, benda ini tak lagi terpakai, hanya ada beberapa orang yang membuatnya jadi pot bunga, tempat menyimpan benda dan beberapa lainnya. Kaleng anti bersentuhan dengan air karena dapat menyebabkan karat, apalagi sampai tergenangi, bisa jadi sumber bibit penyakit dengan jentik nyamuknya. Jangan tanya harganya! Murah, malah tak ada harganya sama sekali!

* * * * *

Tiga kategori logam di atas adalah analogi manusia.

Siapa saya?

Emas, loyang atau kaleng?

Kelewat sering terlintas loyang ingin berupaya jadi emas, begitu juga kaleng yang bermimpi menjadi logam mulia. Namun lihat si emas sendiri, diam di satu sudut menunggu ditemukan dan dimanfaatkan. Sedikit orang yang jeli bisa melihat potensinya, apalagi yang ada di kumpulan kotoran, sementara kilaunya makin tertutup oleh kotoran. Beda dengan loyang yang selalu mengkilapkan badan agar makin bersinar, kaleng juga tak mau ketinggalan, ikut mengkilapkan diri supaya bisa ikut berkilau meski karat dan jentik adalah bagian dari dirinya yang siap menyebarkan penyakit.

Singkatnya, siapa diri ini?

Emas, loyang atau kaleng?

Bila emas, tak perlu menunggu orang lain menemukan untuk dimanfaatkan, segera keluar dari kotoran dan menjadi emas yang memang sepantasnya logam mulia yang mahal. Bila loyang, tetap menjadi loyang yang memiliki utilitas, bukan seperti pispot yang berubah kegunaan menjadi panci untuk memasak makanan. Sesialnya menjadi kaleng, jaga diri agar tidak berkarat dan membawa bibit penyakit.

Catatan Pinggir:
Dengan segala keheranan yang dalam, tulisan ini diperuntukkan untuk seseorang (dua, tiga atau malah lebih) yang menjalani kehidupan dengan filosofi kaleng. Orang itu bisa jadi adalah... AKU!


Luqman Hakim
Jumat, 21 November 2008Jam 2:25 WIB, nggak bisa tidur!

Saturday, November 8, 2008

Kekuatan Karakter[?] Perlukah Itu?


Kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung, Jasman Panjaitan mengumumkan eksekusi terpidana mati kasus Bom Bali I (ANTARA/Jefri Aries)
Dari laporan Kepala Pusat Penerangan dan Hukum Kejaksaan Agung, Jasman Panjaitan, dalam jumpa persnya di Kejaksaan Agung, Minggu, 9 November 2008 pukul 02.30 WIB, mengatakan bahwa Imam Samudra alias Abdul Azis, Amrozi, Ali Gufron alias Muklas dieksekusi mati Minggu dini hari di Lembah Nirbaya, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah pada pukul 00.15 WIB.

Polemik panjang waktu pelaksanaan eksekusi terjawab sudah. Sejak kejadian Bom Bali I di malam hari pukul 23.10 WITA pada tanggal 12 Oktober 2002.  202 orang tewas dan 325 luka-luka, terdiri dari warga asing, orang Indonesia dan umat Muslim sendiri. Lewat berbagai usaha dan didampingi AFP (Australian Federal Police), tanggal 5 November 2002 ditangkap 15 orang para para pelaku termasuk ketiganya yang dieksekusi hari ini.

Pro-kontra mewarnai berita Indonesia selama kurun waktu 6 tahun sampai eksekusi dilaksanakan. Banyak yang geram dengan ulah mereka sebagai teroris yang mengatasnamakan jihad, tapi tak sedikit yang membela dan menyayangkan pihak Indonesia yang lebih mengakomodir keinginan dan intervensi dunia internasional dalam kasus ini.

Apapun adanya, perbedaan pendapat yang menjurus kesalahkaprahan dalam penerapan syariat Islam ini perlu dikaji.


Kekuatan Karakter, Benar atau Salah?

Ada dua cara untuk menjalani hidup ini dengan mudah,
percaya pada segala sesuatu atau meragukan segala sesuatu;
kedua cara tersebut membebaskan kita dari berpikir.
Theodore Rubin

Sudah seharusnya setiap manusia memiliki kekuatan karakter yang akan membantunya di dalam hidup. Tengok kehidupan sehari-hari, begitu banyak orang-orang yang tak mempunyai kekuatan karakter hanya jadi pembeo, mengikuti arus dan jadi bulan-bulanan kehidupan yang keras dan tak bersahabat. Kalaupun diberi kesempatan memegang jabatan atau kekuasaan, bisa jadi ia terbawa arus ikut-ikutan, terpengaruh keinginan untuk menyelewengkan jabatan, memanfaatkannya untuk kepentingan sendiri. Ketika dihadapkan pada hukum dan jadi tersangka, alasan klise yang keluar, saya khilaf, saya terpengaruh, dlsbg.

Kekuatan karakter yang dimiliki oleh Imam Samudra alias Abdul Azis, Amrozi, Ali Gufron alias Muklas, mereka begitu yakin akan perbuatan membom daerah di Jl. Legian, Kuta Bali sebagai tindakan jihad fi sabilillah memerangi musuh-musuh Allah. Sampai pada eksekusinya, mereka memilih tidak memakai penutup mata demi melihat sendiri kematiannya. Menghadapi kematian dengan berani, sebagaimana keharusan setiap orang untuk menghadapi kehidupannya juga harus dengan berani.

Tapi apakah tindakan tersebut dibenarkan?

Dalam kacamata awam secara luas jelas sangat tidak dibenarkan. Dalam kacamata agama sekalipun, tindakan yang merugikan orang banyak jelas-jelas dilarang. Tapi apa dasar yang meyakini tindakan itu sebagai jihad fi sabilillah?

Dalam satu hadist, umat Islam jelas dianjurkan untuk memerangi kebatilan dalam rangka Amar Ma'ruf Nahi Munkar, lawanlah dengan tanganmu (kekuatanmu), lawan dengan mulutmu, apabila tidak bisa lawanlah dengan hati dan itu selemah-lemahnya iman. Imam Samudra cs lebih memilih melawan dengan kekuatan, meski pada akhirnya berujung tewasnya ratusan orang termasuk juga Muslim sendiri. Dalam salah satu jumpa pers ia mengatakan tidak menyesal melakukan itu, ia hanya menyesalkan kenapa ada Muslim yang pergi ke tempat-tempat maksiat hingga terbunuh oleh bom itu.

Pun sampai akhir hayatnya, kekuatan karakter itu juga yang mengantarkannya pada kematian. Dengan berani ia hadapi kematian karena hidup hanya sekali, seolah menerapkan perkataan Kabir, seorang tokoh sufi;

Ia yang datang, akan pergi.
Seorang penguasa, pengemis atau pertapa, setiap orang yang lahir pasti mati. Menghembuskan nafas terakhir di atas tahta, atau diseret ke dalam kubur dengan kaki dan tangan terikat, apa bedanya?
Kabir


Kekuatan Karakter, Berguna atau Tidak Berguna?

Dalam satu diskusi, saya pernah membandingkan karakter Vincent Van Gogh dengan Pablo Picasso, dua-duanya seniman besar dan karya keduanya tergolong paling mahal saat ini. Tapi bandingkan kehidupan keduanya ketika masih hidup.

Vincent Van Gogh baru mulai melukis di usia 27 tahun setelah gagal jadi pendeta, menghabiskan hari-harinya dengan melukis. Namun sampai pada satu titik ia mengidap psikosis dan tak mampu memisahkan dunia ide dengan realita, ia harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa Arles, sampai pada kematiannya, hanya satu lukisannya yang terjual semasa hidup, itupun dengan harga yang murah. Van Gogh tak memiliki keturunan dan karya-karyanya kini jadi incaran banyak kolektor, harga karyanya yang dilelangpun jadi mahal. Namun sangat disayangkan keuntungan dari situ tak ada yang mengalir ke keluarga sebab ia memang tak memilikinya.

Pablo Picasso tergolong seniman nyentrik, pelopor aliran dadais dan surealis dengan lukisan-lukisannya yang menggambarkan alam bawah sadar. Termasuk orang yang egois dan akan melakukan apa saja demi keinginannya. Pernah dalam satu cerita ia ingin memiliki sebuah mangkuk di sebuah toko, saat ia sudah mengambilnya dan ingin membayar ia lupa membawa uang, tapi mangkuk itu sangat diinginkannya. Dihampiri kasir toko itu, bertanya apakah ia kenal dengan salah satu pejabat yang disebutkan namanya, kasir itu mengiyakan. Ia juga bertanya apakah tau kalau pejabat itu di rumahnya banyak koleksi lukisan Pablo Picasso, kasir itu terlongo-longo tapi mengiyakan. Ia lalu bertanya, apakah tau siapa Pablo Picasso itu? Tak lain dan tak bukan dirinya sendiri yang membawa mangkuk itu. Kasir itu cuma melongo, tak mengerti tapi mengiyakan. Tiba-tiba Pablo Picasso berkata bahwa ia sedang mendapat inspirasi untuk melukis di daerah ini di sekitar toko, tapi butuh mangkuk itu dan memintanya. Si kasir mengiyakan. Pablo Picasso hanya melingkari mangkuk itu di tembok, lantas membubuhkan tanda tangan di situ, lantas pergi. Itulah inspirasi yang dikatakannya pada kasir yang melongo tadi. Pablo Picasso terkenal banyak didampingi perempuan, tapi di akhir hayatnya, ia mewarisi harta yang tak ternilai harganya dari karya-karyanya, tujuh turunannya sekalipun tak akan kekuranganan materi lewat yayasan yang mengurusi hak cipta karya-karyanya.

Benang merah yang diambil dari dua cerita di atas, setiap orang harus memiliki kisahnya tersendiri, tanpa membeo, tanpa ikut-ikutan. Membentuk karakter itu dalam format yang ideal. Van Gogh dalam format keidealannya meski hidup sendiri dan sepi, hingga akhir hayatnya ia cuma dikenang dan tak ada yang mewarisi yang ia punyai. Sebaliknya Pablo Picasso dengan kenyentrikannya, hidup tak sendiri dan ia mewarisi yang ia miliki untuk keturunannya dan tak akan kekurangan dari segi materi.

Pertanyaannya, bergunakah kita untuk kehidupan?

Minimal untuk keluarga, syukur-syukur berkembang ke lingkungan sampai ke seluruh kehidupan. Orang akan melihatnya sebagai orang yang memiliki kekuatan karakter dan dikenang dalam sejarah.

* * * * *

Eksekusi terpidana mati kasus Bom Bali I ini juga menimbulkan pelajaran tersendiri. Kontroversi yang mengatakan bahwa tindakan ini adalah tindakan sedang MUI lewat ketuanya Umar Shihab mengatakan bahwa tindakan itu bukan jihad. Saya takkan membahas kontroversi ini, sesuai judul, saya hanya membahas kekuatan karakter dalam konteks benar atau salah. Kasus yang baru saja terjadi adalah sebuah pelajaran diam untuk dicermati.

Tulisan ini dibuat dengan ajakan bersama untuk sama-sama memiliki kekuatan karakter tanpa membela atau mencela kejadian yang baru terjadi. Menghujat itu saya hindari juga bersimpati, saya  berpaling pada Pasal 221 KUHP yang melarang kita melindungi atau bersimpati pada tersangka pidana. Saya hanya membahasnya dari segi kekuatan karakter yang memang perlu dimiliki meski itu bisa benar, bisa saja salah.

Kekuatan karakter perlu dimiliki agar tak terseret arus ikut-ikutan dan membeo tanpa dasar yang jelas. Namun kekuatan karakter harus dikembalikan ke masyarakat apalagi diri sendiri, berguna atau tidak, kekuatan karakter itu?


NB:
Mohon maaf, Foto Bareng Imam Samudra'[?] saya hilangkan dari peredaran, mengingat tak pantas memajangnya pada hal-hal yang memang satir adanya.

Luqman Hakim
9 November 2008

Thursday, November 6, 2008

Awal Mula Masturbasi & Onani



Seorang wanita Yunani bernama Metro, memiliki teman wanita bernama Coritto. Mereka adalah dua sahabat yang saling mendukung satu sama lain. Di suatu hari Metro bermaksud meminjam dildo, sebuah alat berbentuk alat kelamin laki-laki milik sahabatnya itu. Namun sayang, Coritto telah meminjamkannya pada orang lain. Metro begitu terobsesinya pada dildo, ia menanyakan pada sahabatnya di mana alat itu dibuat dan ia terinspirasi untuk membuatnya sendiri. Kemudian ia mendatangi ahli pembuat dildo dan minta dibuatkan yang sama seperti Coritto.

Masyarakat Yunani kuno mengenal legenda itu yang ditukilkan dalam karya seni serta buah tangan tulisan. Di dalam cerita Mesir dan Mesopotamia, Dewa Enki dari Mesopotamia melakukan masturbasi dan mengalirkannya melalui Sungai Tigris. Alirannya mengalir hingga Sungai Nil di mana bangsa Mesir sangat tergantung pada sungai ini. Di dalam budaya Mesir kuno sendiri masturbasi dilakukan sebagai proses ritual penyembahan pada Dewa Matahari.

Dalam Kitab Kejadian (Genesis) yang merupakan buku pertama kitab Taurat Musa dan menjadi Perjanjian Lama (Tanakh), disebutkan bahwa tokoh Onan, anak dari Yehuda disuruh ayahnya untuk menikahi janda almarhum kakaknya. Ia keberatan karena kelahiran anak itu akan dianggap sebagai keturunan kakaknya. Maka setiap kali berhubungan badan, Onan menumpahkan spermanya di luar, ia berharap dengan cara itu janda almarhum kakaknya tak akan memiliki anak darinya. Namun Tuhan murka dan Onan mati.

[Disarikan dari berbagai sumber]

Ilustrasi foto: http://www.metro.co.uk