Sunday, August 17, 2008

Teks Proklamasi [Revisi]


Kami bangsa Indonesia dengan ini meragoekan kemerdekaan rakjat Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pengambilan kekoeasaan dari rakjat d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama, mendjaoehkan rakjat dari nasionalismenja, mendjadikan politik sebagai alat pemetjah-belah dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja, akan teroes kami hindari dan kami lawan semampoe-mampoenja.



Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 2008.
Atas nama bangsa Indonesia.
Seloeroeh rakjat Indonesia.

Saturday, August 16, 2008

Keimanan dan Atheisme [Sebuah Kontemplasi]

Saat Adam tersingkir dari Surga, peradaban manusia dimulai di bumi, di sini pula penyimpangan pertama kalinya mulai tumbuh. Aturan terpinggirkan, pembunuhan Qabil menjadi contoh generasi, kaum Luth menjadi tren sekarang. Entah siapa yang bertanggung jawab, hingga orang Yunani Kuno (2000 s.d. 300 S.M.) mengatakan “Sic Transit Gloria Mundi” (Betapa cepat lenyapnya keagungan dunia). 
 
Akal yang dipunyai berusaha menjangkau semua, namun tak semua dapat dijangkau akal. Lalu timbul pikiran yang lebih mendalam; filsafat. Dengan alat ini seakan-akan semua kegelisahan dapat terjawabkan.

Namun Tuhan tetap tersembunyi dan manusia semakin kehilangan diri. Descartes, Shang Yang, Benito Mussolini, J.J. Russeau, Hegel, Immanuel Kant, Nieztche, Karl Marx, Lenin semakin tertancap dalam sejarah. Faridud’din Attar, Jalalluddin Rumi, Hasan Al Bashri, bahkan Al-Hallaj pun menjadi semakin terlupakan. Tak salah apabila orang Islam yang berjihad menjadi terkutuk di zaman ini (Muhammad Iqbal; Parlemen Setan).
Ada yang terlupakan. Orang yang kurang mendalami filsafat akan dibawa terbang oleh atheisme, sebaliknya orang yang mendalami filsafat akan dibawa kembali kepada agama (Francis Bicon). Tetapi ada pemikiran tersendiri tentang Atheisme; pengakuan akan ketidakpercayaan adalah jalan menuju Tuhan. Para Atheis tak ingin orang lain tahu hubungannya dengan Tuhan.
Sempat terekam dalam sebuah riwayat di hadits Qudsi;
Alam raya tak cukup untuk tempat-Ku, hati manusialah singgasana-Ku.”

Hingga ada seorang darwis berdoa, “Ya Tuhanku, di tengah keinginan yang begitu banyak akan dunia, hanya satu keinginanku; Aku tak ingin punya keinginan itu.”

Saturday, August 2, 2008

Matinya Seorang Pemabuk

Diceritakan dalam satu riwayat, ada seorang pemabuk di Bashrah yang mati. Orang-orang daerah situ yang mengenal tabiatnya tidak ada yang mau membantu menguburkan karena moral yang dianggap rusak bagi masyarakat setempat.

Sang istri kesulitan mencari orang yang mau mengurus mayat suaminya hingga ia mengupah tukang pikul untuk membawanya ke masjid di daerah itu. Namun sesampainya di sana tak ada seorangpun yang mau menshalatkan jenazah mayat suaminya. Dengan perasaan sedih sang istri menyuruh tukang pikul untuk membawa mayat tersebut ke hutan untuk dikuburkan di sana karena tanah pemakaman umum juga tak mau menerima.

Di dekat hutan, ada sebuah bukit yang didiami oleh seorang zahid yang terkenal sebagai pertapa. Tiba-tiba zahid itu turun dari pertapaannya untuk menshalatkan jenazah mayat si pemabuk. Berita itu pun tersiar luas sehingga banyak orang yang berdatangan untuk ikut menshalatkan jenazah mayat si pemabuk.

Orang-orang merasa takjub terhadap zahid, karena ia menyempatkan diri turun dari pertapaannya, menshalatkan jenazah mayat yang dianggap mereka sudah sangat rusak moralnya hingga orang lain jadi ikut-ikutan menshalatkan jenazah mayat si pemabuk.

Bertanyalah orang-orang itu kepada zahid, "Mengapa engkau menyempatkan diri turun dari pertapaanmu untuk menshalatkan jenazah mayat ini?"

"Aku diperintahkan turun ke tempat ini karena ada jenazah orang yang telah diampuni oleh Allah SWT. Sedangkan di situ tak ada seorang pun yang ridha kepadanya kecuali istrinya," kata Zahid.

Orang-orang bertambah heran mendengar keterangan zahid itu, karena mereka yang mengerti tabiat dan kelakuan si pemabuk menganggap orang itu sudah rusak moralnya. Dalam anggapan mereka, pastilah Allah SWT telah menjauhkan si pemabuk itu dari rahmat-Nya, namun anggapan itu malah berbeda dengan si zahid.

Zahid yang tidak mengetahui perihal semasa hidup orang yang dishalatkan jenazahnya, bertanya kepada istri si mati, "Apa yang dikerjakannya semasa ia hidup?"

Sang istri menjawab, "Sebagaimana yang diketahui banyak orang, sepanjang hari sepanjang waktu, di kedai minum ia hanya sibuk mencekik botol khamr dan mabuk-mabukan."

"Apakah ada amalnya yang baik?" tanya zahid.

"Tidak ada. Hanya bila sadar di waktu Shubuh ia segera mengganti pakaian dan berwudhu, lalu Shalat Shubuh. Kemudian ia kembali lagi ke tempat khamrnya. Hanya saja di rumah tidak pernah kosong dari satu-dua anak yatim yang sangat disayangi melebihi anak kandungnya sendiri.

Ada kalanya bila ia tersadar, ia menangisi dirinya sambil berkata,

Ya Allah ya Tuhanku, di Neraka Jahannam manakah yang akan Engkau isi dengan pemabuk hina macam aku ini..."



Illustration: "Dream Bottle", Husam Elfaki


Friday, August 1, 2008

Kisah Lima Perkara Aneh

Abu Laits as-Samarqandi, seorang ahli fiqh termashur, suatu ketika pernah berkata;

"Ayahku menceritakan bahwa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul, ada yang menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara saja."

Dari salah seorang Nabi yang menerima wahyu lewat mimpi di suatu malam, sebangunnya dari tidur ia diperintahkan untuk keluar rumah di saat pagi menghala ke barat. Ia diharuskan untuk melakukan lima perkara:

•    Pertama; apa yang dilihat maka makanlah

•    Kedua; apa yang dihadapi maka sembunyikanlah

•    Ketiga; apa yang diberi maka terimalah

•    Keempat; apa yang diharap maka jangan putuskan harapannya

•    Kelima; apa yang ditemui maka larilah daripadanya

Keesokan harinya, Nabi itu keluar rumahnya menuju barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan lalu menggumam, "Aku diperintahkan memakan yang pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil aku lakukan, memakan bukit ini. Sesuatu yang tidak bisa kulaksanakan."

Nabi itu terus berjalan menghampiri bukit itu, mencari-cari siapa tahu ada yang bisa di makannya. Sampai di sana, tiba-tiba saja, seperti sulit diterima akal sehat, bukit itu mengecil hingga menjadi sebesar buku roti. Nabi itu mengambilnya lalu disuapkan ke mulut. Saat ditelan, rasanya manis bagai madu. Di situ ia mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya, lalu ia bertemu sebuah mangkuk emas. Teringat akan mimpinya Nabi itu menggali lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu,untuk menyembunyikan, lantas meninggalkannya. Namun tiba-tiba saja mangkuk emas itu menyembul keluar dari tanah, ia menguburkannya lagi seperti semula sampai tiga kali berturut-turut.

Sampai dirasa mangkuk emas itu tidak keluar lagi dari tanah, ia pun pergi meninggalkan tempat itu dan berlalu ke Barat. Setelah jauh dari tempatnya berjalan, ia menengok ke belakang, dilihatnya dari jauh mangkuk itu menyembul lagi keluar dari tanah dan berkilauan tertimpa sinar matahari. Mau kembali rasanya tak mungkin, maka Nabi itu berkata, "Ya Allah, setidaknya aku telah melaksanakan perintahmu."

Ia berjalan lagi ke Barat. Di tengah perjalanan ia melihat seekor burung kecil yang tengah dikejar seekor burung elang besar, mendatanginya sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."

Mendengar itu, hatinya merasa simpati lantas menyembunyikannya di dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, burung elang mendatanginya sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."

Nabi itu teringatkan pesan mimpinya untuk tidak memutuskan harapan. Ia kebingungan menyelesaikan perkara itu, akhirnya diambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada si burung elang. Setelah mendapat daging, burung elang itu terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.

Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari karena tidak tahan menghirup bau yang menyakitkan hidung.

Setelah menemui kelima peristiwa itu, maka Nabi itu kembali ke rumahnya. Di malam itu, Sang Nabi berdoa, "Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semuanya ini."

Sesudah itu ia beranjak tidur. Kemudian dalam tidurnya ia bermimpi akan jawaban lima perkara aneh tersebut

Pertama yang dimakan itu ialah amarah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu menjadi lebih manis daripada madu.

Kedua, semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia akan tetap tampak.

Ketiga, jika menerima amanah seseorang, maka janganlah berkhianat padanya.

Keempat, jika ada orang yang meminta bantuan, usahakanlah untuk membantu meski diri-sendiri sedang berhajat dan memerlukan.

Kelima, bau busuk itu adalah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah.



Note: Mohon maaf, (kayaknya) emang lagi tumben (sok) posting tentang agama...