Monday, December 26, 2011

Depresi dan Perilaku Bunuh Diri


"Avoid popularity if you would have peace"
Abraham Lincoln (1809 – 1865)
The 16th President of the United States

Menjadi populer adalah dambaan banyak orang, terutama bagi mereka yang sedang menapaki karir di dunia hiburan. Menjadi populer bukan satu kesalahan, tapi adalah sebuah impian.

Tapi apa yang terjadi bila popularitas yang dikejar tersebut seperti yang dialami oleh Jang Ja Yeon, pemeran Sunny di drama seri Korea, 'Boys Before Flowers' (꽃보다 남자) yang pernah ditayangkan di Indosiar 2008-2009 lalu. Di tengah kesuksesannya, tanggal 7 Maret 2009 lalu, wanita cantik ini mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. 

Surat terakhir Jang Ja Yeon sebelum mati bunuh diri.
Kematian Jang Ja Yeon mengisi catatan kelam dunia hiburan. Di dalam buku hariannya ia menulis tentang kekosongan hidup di dunia entertainmen yang telah membesarkan namanya. Di sana ia juga menulis, untuk memuluskan karirnya di dunia hiburan, ia harus melayani nafsu birahi 31 orang sebanyak 100 kali dan ia sangat dendam sebab perilaku orang-orang itu terhadapnya.

"Karena saya telah membuat daftarnya (orang-orang yang memaksakan kehendak seks), saya akan membalasnya sampai mati. Bahkan jika aku mati, aku akan membalas dendam sampai ke liang kubur!", tulisnya. 

Jang Ja Yeon
Tidak cuma Jang Ja Yeon, tapi banyak deretan artis Korea Selatan yang mati bunuh diri sebab depresi, sulit menerima kenyataan dari dampak popularitas yang mereka terima, juga kewajiban-kewajiban lain dari yang masuk akal hingga tak masuk akal. Dalam catatan organisasi kesehatan PBB yakni WHO, Korea Selatan masuk dalam peringkat pertama bunuh diri terbanyak dengan jumlah 15.413 orang yang mati di tahun 2009 (data dari WHO bisa dilihat di sini).

Lantas apa yang menyebabkan seseorang jadi berminat mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara bunuh diri?

WHO pernah memaparkan data bahwa setiap tahun hampir satu juta orang di seluruh dunia mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri dan dalam 45 tahun terakhir angka ini meningkat sebesar 60% di seluruh dunia. 

Penyebab utamanya adalah depresi, beban mental, dan gangguan penggunaan alkohol.

Bunuh diri adalah hal kompleks yang erat hubungannya dengan masalah psikologis, faktor sosial, biologis, budaya dan peran lingkungan. Menurut WHO, diperkirakan bunuh diri mewakili 1,8% dari beban global penyakit total pada tahun 1998, dan 2,4% di negara-negara dengan pasar dan ekonomi mantan sosialis pada tahun 2020 di seluruh dunia.

Di Korea Selatan sendiri, orang merasa malu bila mereka terlihat depresi dan mendatangi psikater untuk memeriksakan diri. Mereka berusaha untuk tampil tegar dan tampak normal, meski di dalam kejiwaannya punya banyak masalah. 

Sejak tahun 2009, lewat lembaga yang berada di bawah naungan WHO yakni IASP (International Association for Suicide Prevention), ditetapkan tanggal 10 September sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri (World Suicide Prevention Day). Program-programnya adalah membuat penyadaran kepada sesama akan pentingnya kehidupan, membentuk kebersamaan di kalangan sesama manusia untuk melakukan pencegahan bila ada yang berniat bunuh diri.

Dari sini LSM-LSM pencegahan bunuh diri (suicide prevention) bermunculan di banyak negara di seluruh dunia, entahlah Indonesia. Pentingnya kesadaran akan menghargai kehidupan akan mencegah perilaku bunuh diri. 

Adapun faktor agama dan hubungan sosial masyarakat sangat penting dalam pencegahan perilaku bunuh diri. 

* * * * *

Perilaku bunuh diri merupakan hal yang kompleks hingga WHO memperhatikannya secara khusus. Dilihat dari berbagai sisi, beragam pendapat tentang bunuh diri pun banyak mewarnai zaman.


Di Jepang, bunuh diri dianggap sebagai cara terhormat mengakhiri hidup. Istilah-istilah itu seperti harakiri atau seppuku (切腹) yakni merobek perut dengan pisau tajam di kalangan para samurai, kamikaze (神風) di kalangan tentara Jepang saat Perang Dunia II yaitu menabrakkan pesawat mereka yang penuh berisi bom ke musuh.

Bunuh diri bahkan menjadi hal yang sangat biasa di Jepang dan dipandang sebagai tindakan tanggung jawab moral. Hal ini banyak terjadi terutama di dunia politik seperti yang dilakukan oleh:
  • Toshikatsu Matsuoka, Menteri Pertanian Jepang gantung diri tanggal 28 Mei 2007 karena dituduh korupsi sebesar 28 juta yen.
  • Shinichi Yamazaki Kepala Korporasi Publik yang menangani bidang kehutanan, bunuh diri lompat dari apartemennya karena terlibat kasus yang sama dengan Matsuoka sehari sesudahnya, 29 Mei 2007. 
  • Hisayasu Nagata, politisi dari Partai Demokrat Liberal, mati bunuh diri terjun bebas dari apartemen di barat daya Kota Kitakyushu, Jepang tanggal 3 Januari 2009 karena dituduh menerima suap dari Takafumi Horie, CEO perusahaan internet terkemuka, Livedoor.
Dalam agama Hindu ada tradisi 'Sati', yakni bunuh diri perempuan sebagai istri yang suaminya meninggal dunia. Di mana saat upacara pembakaran mayat ia ikut terbakar bersama sebagai bentukan bakti istri kepada suami. Meski praktek bunuh diri lewat tradisi Sati ini sudah dilarang di India sejak tahun 1829 oleh pemerintahan Inggris, namun tradisi ini masih saja ada meski jarang terjadi.

Fenomena tradisi 'Sati':
  • Di desa Tuslipar di negara bagian tengah Madhya Pradesh, India, seorang perempuan berusia 95 tahun bernama Janakrani mati di kayu pembakaran jenazah suaminya Prem Sagar Narayan Agustus 2006 lalu.
  • Di Bali sendiri sudah sulit ditemui tradisi ini, yang paling terkenal adalah ketika meninggalnya Raja Gianyar 20 Desember 1847, saat dikremasi lewat upacara Ngaben, 3 janda selirnya lompat ke api pembakaran jenazah suaminya dari tempat tinggi. Cerita ini tercatat dalam 'Pionering in the Far East and Journeys to California in 1849 and to White Sea in 1848' karya Ludvig Verner Helms.
Bunuh diri yang dibantu orang lain di dunia kedokteran dikenal dengan nama euthanasia, atau hak untuk mati. Namun cara ini sudah banyak ditentang dan dilarang oleh banyak negara di seluruh dunia.

Metode lainnya adalah bunuh diri altruistik (altruistic suicide), atau bunuh diri untuk kepentingan orang lain, seperti dalam perang, ketika sebuah granat dilempar, seorang tentara yang menutup granat dengan perutnya agar efek meledaknya granat tersebut tidak mematikan bagi yang lain, cukup untuk dirinya sendiri.

Secara umum orang menganggap bahwa bunuh diri adalah wujud dari tindakan tidak menghargai kehidupan.

* * * * *

Jang Ja Yeon
Di dunia entertainmen yang gemerlap banyak menyimpan sisi lain dari popularitas. Contoh dari angka kematian yang tinggi di Korea Selatan, banyaknya berita-berita yang memaparkan fenomena bunuh diri di kalangan artisnya, menyembunyikan sisi lain dari wujud depresi, bila tidak ditemukan cara penyelesaiannya, depresi berujung bunuh diri.

Tak perlu menuntut diri untuk jadi orang populer, cerita Jang Ja Yeon sudah jadi pembelajaran berharga dari sisi lain popularitas. Jadi orang biasa itu menyenangkan, biasakan untuk selalu tersenyum dan gembira. Stres adalah pangkal dari depresi, bila iman tidak kuat, bunuh diri jadi alternatif penyelesaiannya.

Keep smiling!