Terima kasih sebelumnya atas konfirmasi dari temen-temen PERTAMINA atas "air dingin"-nya untuk masalah ini. Masalah yang sebetulnya sangat bisa diselesaikan dengan pemahaman komunikasi yang baik dari keduabelah pihak.
Perlu saya tegaskan di sini, saya tak pernah menggiring opini publik ke arah mendiskreditkan PERTAMINA, silahkan dibaca komentar-komentar saya buat temen-temen yang ikut memberikan opini, lebih saya arahkan pada khusnuzon dalam menyikapi masalah. Pro-kontra yang terjadi lebih pada chains reaction dari sumber masalah yang utama. Saya hanya menulis berdasarkan apa yang saya rasa sebagai ketergangguan saya dalam menjalankan kehidupan beragama yang seharusnya tak perlu terjadi.
Secara pribadi saya juga harus meminta maaf apabila saya memang keras menyikapi masalah ini, tapi setelah membaca tulisan
Mas Priyo dan
Mas Hudie, kepala dan dada saya seperti disiram air dingin yang menyejukkan, satu bentuk persaudaraan sesama Muslim yang memang harus kita kuatkan lagi erat-erat.
Juga ketika saya menuliskan izzul Islam wal muslimin (menjunjung tinggi kemuliaan Islam dan umat muslim) atau rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi dunia), saya hanya mempertanyakan segala perbedaan itu, sekelumit pertanyaan yang sebenarnya ditujukan pada diri kita semua sebagai sesama Muslim.
Berikutnya, saya copy di sini konfirmasi dan klarifikasi "air dingin" dari temen-temen PERTAMINA mengenai insiden Jumat, 12 September 2008 M bertepatan dengan tanggal 12 Ramadhan 1429 H dengan harapan, insiden tersebut sudah tak perlu lagi diperpanjang.
Biar ini jadi catatan perjalanan kita ke depan untuk saling menguatkan Ukhuwah Islamiyah itu sendiri.
Salam hangat untuk temen-temen semua!
Mas, sebagai muslim yang karyawan Pertamina, saya pribadi minta maaf...
kalau saya mengalaminya pasti jengkel juga, atau lebih tepatnya sedih, koq satpam itu pemahamannya dangkal atau picik sekali. Atau mungkin malah dia non muslim, bahkan non muslim pun kadang akan lebih tahu sopan santun.
kalau shalat jumat, tidak ada itu yang namanya kapling-kaplingan, aturan yang datang duluan dialah yang dapat shaf di depan, pahalanya lebih banyak.
di milis kami, postingan anda sudah dibaca, dan tindakan satpam itu disesalkan.
kalo boleh komen, menurut saya dikotomi izzul islam wal muslimin dengan islam rahmatan lil alamin tidak ada, dua-duanya sama dan sebangun, jadi menurut saya tidak pas diarahkan kesitu. Atau diarahkan oleh para komentator bahwa ada Islam perusahaan A, islam perusahaan B.
sebagai sebuah perusahaan tentu hal seperti ini menjadi pelajaran, juga mengganggu upaya perbaikan citra perusahaan, kalo kami sekedar bilang itu hanya oknum, tentu cuma lari dari tanggung jawab, harusnya perusahaan introspeksi, bahwa tindakan satpam tadi menunjukkan upaya meningkatkan citra masih belum dipahami oleh orang-orang yang berada di ujung tombak yang seharusnya menjadi Public relation bagi perusahaan.
hudie wrote today at 2:52 AM
Saya pribadi, yang orang Pertamina juga sangat menyesalkan hal ini. Saya pribadi minta maaf.
Saya sedih membaca tulisan mas Luqman di atas, 3 hal kesedihan yang saya rasakan. Pertama karena Mas Luqman tidak bisa sholat jumat disatu tempat yang jelas-jelas disitu diselenggarakan ibadah Jumat. Baru sekali ini saya mendengarnya, ada penolakan untuk sholat. Tidak hanya itu, ini jelas melukai kebersamaan dan persaudaraan (ukhuwah). Salah satu ke"istimewaan" Islam adalah egaliter (tidak membeda-bedakan) apalagi untuk melaksanakan ibadah. Apalagi kemudian menunggu segolongan "kaum" sementara yang datang duluan di tolak. Secara syar'i hal ini jelas tidak benar.
Kesedihan yang kedua, kejengkelan Mas Luqman, telah memberikan gambaran, bahwa upaya kami di Pertamina untuk melakukan transformasi belum berhasil.
Misalnya Program Pasti Pas, hal ini merupakan upaya kami untuk mengembangkan nilai-nilai Perusahaan. Diantaranya Clean (tidak hanya clean dalam melakukan kegiatan bisnis, termasuk di dalamnya juga dalam berperilaku), Customer Focused (kami ingin agar selalu berorientasi pada pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan) ternyata hal ini belum terlaksana dengan baik. Padahal moto kami Always there (selalu melayani).
Kesedihan ketiga, bahwa gambaran “perbuatan perseorangan”, bagaimanapun akan mencitrakan dan mewakili seluruh komunitas yang dia berada di dalamnya. Jadi apa yang dilakukan “ security” terebut memberikan impressi bahwa Pertamina dan orang-orangnya memang dmeikian. Hal ini tergambar dengan jelas dari ungkapan-ungkapan Mas Luqman. Mudah-mudahan Mas Lukman bisa me "lokalisir" nya, hanya di tempat itu saja. Karena tempat-tempat lain tidak demikian. Sholat jumat di masjid masjid Pertamina baik di ujung Sumatera, di Jawa, bali, Sulawesi, Papua dan di seantero Indonesia yang jumlahnya ratusan masjid, dipenuhi oleh warga sekitar, dan dengan ramah kami menerimanya sebagai satu bagian Islam.
Bukan berarti perbuatan di Jl Satrio itu benar, (saya akan mencari tahu kepada kawan-kawan disana sebenarnya seperti apa penyelenggaraan sholat jumatnya), namun kami secara keseluruhan, yang jumlahnya 16.000 pegawai pertamina ditambah keluarga kami, baik di kota maupun di pelosok-pelosok Indonesia, dalam berkomunitas tidaklah demikian. Kami membuka diri dan senantiasa bersama-sama lingkungan sekitar. Seperti misalnya di Balikpapan, justeru Masjid “Pertamina” dijadikan Icon kota balikpapan, kegiatan-kegiatan keagamaan Kota Balikpapan, dilaksanakan disini, apa lagi sholat Jumat. Ini hanya satu contoh saja.
Kesedihan yang ketiga, betapa berat tugas kami, orang-orang Pertamina, dalam memberikan sumbangsih kami kepada bangsa, rakyat dan negara, sementara banyak stigma-stigma negatif yang muncul disekitar kami.
BTW. yang terjadi di Satrio itu, sesuatu yang mestinya tidak terjadi. Mudah-mudahan di internal kami segera menyelesaikannya. Saya sekali lagi minta maaf. Selamat shauum, semoga tercapai taqwa.
Wassalam
Hudi Darminto
hudie wrote today at 4:51 AM
---Mas Luqman, ini ada pernyataan dari Manajer Humas Pertamina EP :
..........., kami telah konfirmasi hal ini dengan Security dan BDI EP, sebenarnya tidak ada larangan untuk sholat jumat di tempat kita. Perlu kami sampaikan bahwa telah terjadi mis komunikasi karena memang tempat yang kita sewa untuk sholat jumat ini sangat terbatas besar ruangannya, bahkan sebagian karyawan Pertamina sendiri juga harus jumatan di luar. Hal ini mungkin yang menjadi dasar teman-teman Security memproritaskan karyawan Pertamina. Tidak ada pembedaan aliran, tetapi memang karena gedung tersebut menggunakan Sucurity Card, maka yang bisa meng access ke Lt 29 hanya karyawan Pertamina, seperti hal nya kita juga tidak bisa meng access lantai lain (punya standard chartered, TV One, atau AnTv) selain 21-29. Terima kasih dan saya sudah sampaikan hal ini ke Security untuk tidak melarang mereka yang sudah masuk ke Lt 21.........