Sabtu, 30 Juni 2007
Jam 3 pagi...
Pulang dari kantor baru sampe rumah. Ambil wudhu buat Sholat Isya, berencana tidur sekitar jam 3:30 pagi buta setelah Sholat Isya... Tapi tiba-tiba tepon bunyi, berdering tak mau berhenti. Campur semua rasa mendengarnya. Bingung, kesel plus mangkel, siapa pula yang pagi-pagi buta begini telepon! Ah, paling berita keluarga mendadak, pikirku. Telpon diangkat bapak mertua, entah apa yang dibicarakan, yang pasti kulanjutkan lagi tidurku yang sudah sangat kurang dari 8 jam sehari dari hari ke hari itu...
Menjelang Shubuh...
Tengah berusaha keras buat tertidur, terbangun oleh teriakan tetangga beberapa blok... Kupikir rumah tangga tetangga yang sedang berkelahi sebagaimana berkali-kalinya sering kudengar suara seperti itu di lingkungan rumah di petak-petak Perumnas di Depok... Ternyata bukan teriakan berkelahinya tetangga suami dan istri. Ada satu rumah keluarga kecil yang mana suami dan istrinya seumuranku, sang istrinya menangis keras membangunkan suaminya yang masih saja tertidur lelap tanpa bergeming sehabis menonton pertandingan bola yang aku pun tak tau pertandingan sepak bola apa melawan apa... Suaminya dibangunkan tak bangun-bangun. Keluarku dari rumah, melihat apa gerangan...
Di luar rumah beberapa tetangga sudah berkerumun di rumah keluarga itu. Ada yang berkerumun di depan, ada yang berkerumun di dalam. Bertanyaku ke salah satu tetangga, "Ada apa Pak Anwar?"
"Itu, abis nonton bola nggak bangun-bangun. Badannya diem aja dibangunin istrinya..."
"Jadi..." Kataku sambil terputus omongan karena tak bisa melanjutkan.
"Iya, mungkin sudah meninggal dunia. Tapi kok ya tiba-tiba. Tadi sore masih ngobrol-ngobrol kok di sini." Jawabnya...
Istrinya menangis sesunggukan di hadapan suaminya yang tertidur di kasur bawah. Ada tetanggaku yang dokter yang memeriksanya pun mengatakan, denyut nadinya sudah tak ada. Namun istrinya masih bersikeras kalo badannya masih hangat. Menolak sambil menangis bila dikatakan suaminya telah meninggal. Sampai ada inisiatif dari salah satu tetangga memanggil dokter 24 jam dari DMC (Depok Medical Center) dan dibawanya ke rumah itu. Dokter datang, dan mengatakan hal yang sama. Telah meninggal dunia...
Inna lillahi Wa inna ilaihi Roji'un...
Anak pertamanya perempuan, yang duduk di bangku kelas 6 SD menangis saat mendapat kabar itu. Istrinya pingsan. Anak keduanya laki-laki, seumuran anakku sekitar 5 tahunan, hanya terbengong-bengong bingung, tak mengerti apa yang terjadi dengan bapaknya.
Mendekati Shubuh...
Para tetangga berinisiatif ke Masjid. Membawa segala peralatan. Dari tempat tidur jenazah, keranda jenazah, tempat memandikan jenazah, selang, sampe bak plastik besar untuk memandikan jenazah... Sampai di rumahnya, 'ku ikut mengangkat mayatnya itu ke tempat tidur jenazah yang diambil dari Masjid. Jenazahnya masih memakai kaos dan sarung. Mukanya pucat membiru. Kupegang kakinya, sudah mulai mendingin dan tak ada kehangatan sebagaimana manusia umumnya. Selesai itu semua, aku keluar dari rumah itu. Masih melihat istrinya berpelukan dengan anak pertamanya dan anak keduanya masih terbingung-bingung melihat ibu dan kakaknya berpelukan sambil menangis...
Shubuh...
Adzan shubuh berkumandang. Aku yang masih pusing karena belum sempat tidur, langsung pulang ke rumah, mengambil sarung dan mengganti pakaian sholat, langsung ke masjid. Selesai Sholat Shubuh, Imam Masjid memberitahukan lewat pengeras suara bahwa ada yang meninggal dunia dari warga RT 007, yaitu tetanggaku itu...
Aku sudah tak bisa lagi menahan kantuk, langsung pulang ke rumah untuk tidur. Sambil mewanti-wanti ke istri kalau-kalau ada dari pihak keluarga yang sedang berduka yang minta bantuan ke warga dan sekiranya bisa kubantu, bangunkan aku. Ketika keluarga-keluarganya mulai berdatangan satu-persatu, 'ku berpikir, ini sudah urusan keluarga, tetangga hanya membantu awal-awal saat keluarga belum datang. Pun bila membantu apabila memang diperlukan.
Anakku yang juga sudah bangun dari jam 4 pagi itu bingung, "Ada apa sih Ayah? Papanya Arkam meninggal ya? Meninggal itu apa?"
Istriku menjelaskan, "Meninggal itu hilangnya nyawa dari badan Nak. Di dalam badan kita itu ada nyawa yang membuat kita hidup. Ketika lepas dari badan, itu yang disebut meninggal dunia."
"Lalu, nyawa itu apa ibu?" Tanyanya lagi.
"Nyawa itu yang bikin kita hidup..." jawab istriku singkat.
Anakku mengangguk-angguk. Entah mengerti atau tidak, tapi yang pasti kami sudah berkomitmen, untuk selalu menjelaskan apapun yang ditanya anak tanpa menganggapnya sebagai anak kecil dan menyembunyikan jawaban atas pertanyaannya. Selesai itu, aku pun tidur...
Jam 10 pagi...
Bangun dengan kepala masih pusing karena memang sangat-sangat kurang tidur. Keluar rumah, melihat rumah duka sudah dipasang tenda, sudah dikerumuni oleh sanak saudara serta kerabat mereka. Bergegas mandi karena harus ke kantor lagi untuk mengerjakan pekerjaan yang memang belum selesai.
Jam 10:30 pagi...
Berangkat ke kantor. Tetangga yang tengah berduka itu masih penuh dengan lawatan orang, keluarga dan kerabatnya. Agak menyesal tak bisa ikut mengantar sampai tempat pemakaman karena ke kantor hari itu tak bisa ditunda demi selesainya kerjaan.
Di kantor, ku berkerja sampai keesokan harinya dan baru bisa pulang Minggu Pagi jam 8. Di kantor saat bekerja, ku sempatkan mencari keterangan mengenai istilah angin duduk yang diomong-omongkan para tetangga saat tetanggaku itu meninggal. Dalam keadaan sehat, bisa saja nyawa terlepas dari badan. Apa ada gerangan dengan istilah angin duduk itu?
Berikut, sepetik tulisan mengenai angin duduk yang didapat dari internet...
Angin Duduk = Sindroma Serangan Jantung Koroner Akut
Angin Duduk, dalam bahasa kedokteran itu adalah Sindroma Serangan Jantung Koroner Akut (SSKJA). Hanya dalam waktu 15 menit sampai 30 menit setelah serangan pertama, orang yang terserang angin duduk bisa meninggal. Padahal, orang yang sebelumnya terlihat sehat-sehat saja bisa meninggal bila terkena penyakit ini.
Tanda-tanda terkena penyakit SSKJA itu seperti masuk angin berat, merasa nyeri di dada dan badan merasa sangat tidak enak. Apabila terkena tanda-tanda itu, sangat disarankan untuk tidak melakukan aktivitas fisik apalagi berhubungan seksual. Tenangkan diri dan pikiran. Apabila merasakan tanda-tanda itu, tidak boleh lebih dari 15 menit, segera pergi ke Rumah Sakit menyediakan fasilitas penanganan gawat darurat jantung.
Gejalanya:
Muncul keluhan nyeri ditengah dada, seperti
- Rasa ditekan
- Rasa diremas-remas, menjalar ke leher, lengan kiri dan kanan, serta ulu hati.
- Rasa terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin.
- Keluhan nyeri ini bisa merambat ke kedua rahang gigi kanan atau kiri, bahu, serta punggung.
- Lebih spesifik, ada juga yang disertai kembung pada ulu hati seperti masuk angin atau maag.
Sumber Penyakitnya:
Terletak pada penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh empat hal :
- Adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi kolesterol tinggi.
- Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).
- Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh.darah akibat kejang yang terus menerus.
- Infeksi pada pembuluh darah.
Penyempitan itu, mengakibatkan berkurangnya oksigen yang masuk ke dalam jantung. Ketidak-seimbangan pasokan dengan kebutuhan oksigen pada tubuh mengakibatkan nyeri dada yang dalam istilah medisnya disebut angina.
Bedakan antara keluhan nyeri pada Sindroma Serangan Jantung Koroner Akut alias Angin Duduk dengan Serangan Jantung Koroner:
Pada Serangan Jantung Koroner (SJK) alias Infark Miokard:
Angina terjadi akibat sumbatan total pembuluh darah jantung karena aktivitas fisik yang berlebihan.
Pada Sindroma Serangan Jantung Koroner Akut (SSJKA) alias Angin Duduk:
Angina terjadi akibat sumbatan tidak total yang dirasakan saat istirahat.
Solusi satu-satunya hanyalah melonggarkan sumbatan yang terjadi, yaitu dengan memberikan obat anti platelet (sel pembeku darah) dan anti koagulan atau obat untuk mengantisipasi ketidak-seimbangan supplai oksigen dan kebutuhan oksigen. Misalnya nitrat, betabloker, dan kalsium antago nis.
Sangat disarankan, bagi penderita yang sudah tahu bahwa dirinya memiliki gangguan jantung sebaiknya membawa tablet antiplatelet ke manapun ia pergi. Obat antiplatelet yang paling murah dan gampang di cari adalah aspirin. Obat ini selain bermanfaat sebagai pertolongan pertama mengatasi nyeri dan melonggarkan kembali pembuluh darah yang tersumbat oleh thrombosit atau platelet (sel pembeku darah).