Sunday, May 25, 2008

Pornografi & Hipokritas Masyarakat



Dalam sejarah, bisa dikatakan profesi yang paling tua di dunia adalah pelacuran. Di kota Korintius, pada masa Yunani kuno beberapa abad sebelum masehi, pelacuran adalah industri utama kota itu. Lebih dari 1.000 wanita bekerja sebagai pelacur di kuil Aphrodite yang terletak di kota Porne. Tidak heran kota itu menjadi tujuan utama tempat hiburan para pelaut di masa itu. Di kemudian hari, kata Porne itu sendiri berarti pelacur dalam bahasa Yunani, dan dari kata inilah kita mengenal istilah Pornografi, yang berarti "gambar/tulisan pelacur".

Hugh Marston Heffner, anak muda kelahiran Chicago Illinois 9 April 1926 memutar otak untuk memaparkan fenomena life style pada masanya. 'Hef', begitu nama panggilan akrabnya sejak belia, berpikir perang telah merampas segalanya, dari peradaban hingga nilai-nilai dalam masyarakat itu sendiri. Selepas menjalani wajib militer pada Perang Dunia I, Hef bergonta-ganti kerja, sampai kemudian ia mengolah otak dan berpikir keras meracik sebuah majalah yang diisi dengan menu tulisan-tulisan bermutu dibumbui dengan foto-foto bugil. Majalah Playboy, terbit pertama kali bulan Desember 1953 dengan artikel-artikel menarik, salah satunya adalah dari Sir Arthur Conan Doyle (Sherlock Holmes) dan foto-foto bugil Marylin Monroe sebagai 'Sweetheart of the Month'. Namun, Hef tidak mencantumkan tanggal penerbitan di majalahnya yaitu Desember 1953. Kala itu Hef tidak begitu yakin ia dapat memproduksi lagi penerbitan selanjutnya karena ia berspekulasi bahwa apakah dengan foto bugil di majalahnya dapat membuat Playboy laku di pasaran.

Di luar dugaan, pada pemunculan edisi perdana Playboy justru mendapatkan keterkejutan banyak kalangan. Materi foto bugil Playboy mengundang kontroversi karena dinilai berbeda dengan majalah-majalah yang pernah ada sebelumnya. Dengan cepat, kontroversi ini justru menjadikan Playboy makin terkenal dan membuat orang penasaran ingin mendapatkannya.

Beberapa tahun berselang, tahun 1972 muncul film biru pertama, Deep Throat. Film yang dibintangi oleh Linda Lovelace ini laris bak kacang goreng. Film porno pertama ini menginspirasikan film-film serupa bertumbuhan dan bintang-bintang baru bermunculan. Sebut macam Marilyn Chambers (Behind the Green Door), Gloria Leonard (The Opening of Misty Beethoven), Georgina Spelvin (The Devil in Miss Jones), dan Bambi Woods (Debbie Does Dallas).

Di era keemasan pornografi tahun 80-an, di tahun 1984 Steve Hirsch, Yahudi asal Van Nuys, California mendirikan Vivid Entertainment dengan modal awal 20.000 Dolar AS. Kini dari Vivid Entertainment Hirsch menangguk untung besar. Tak kurang dari 100 juta Dolar AS pendapatan dari industri pornografi terbesar di dunia ini. Selain menjadi CEO dari Vivid Entertainment, Hirsch juga menjadi dosen ilmu-ilmu bisnis di USC Business School, California.

Bagaimana dengan bintang-bintang Vivid lainnya?

Beberapa di antaranya adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi.
  • John Stagliano, aktor gaek kelahiran Chicago, 29 November 1951 ini lulusan Ekonomi dari UCLA. Awalnya berniat menjadi ekonom, namun malah menggeluti industri film porno hingga dinyatakan terjangkit HIV tahun 1997.
  • Nina Hartley, aktris gaek kelahiran Berkley, California, 11 Maret 1959 mempunyai gelar doktor di bidang ilmu-ilmu Humaniora dengan thesisnya "Porn can Change the World" dari San Francisco State University.
  • Asia Carrera, aktris campuran Jepang-Amerika kelahiran New York, 6 Agustus 1973 ini mendapat beasiswa dari Rutgers University untuk 2 bidang, Bisnis dan sastra Jepang.

Luqman Hakim
November 1999

Tulisan lama yang nggak pernah selesai, pornografi berkembang terus dan hipokritas masyarakat terus bertambah hingga sulit mencari benang merah yang tak pernah ada untuk menyelesaikan tulisan ini.

16 comments:

dita ku said...

ini masih belum selesai?

Luqman Hakim said...

Nggak pernah selesai. Nggak tau gimana cara mengakhirkan tulisannya. Akhirnya alurnya memang ngambang. Ending nggak jelas. Point of View nggak tau ngarah ke mana. Bicara sejarah, fenomena budaya atau kajian jurnalistik? Halah! Lucunya waktu nulis nggak kepikir ke sana.

Materi ini sempet di-upload di FS 25 Juli 2006 dengan (sok keminternya) nyoba mengkaji sampe ke agama. Meski kajian yang sangat dangkal, cuma sekedar nempelin ayat-ayat dan jadilah tulisan murahan atau tulisan provokatif mahasiswa demonstran saat kuliah dulu. [KLIK YANG INI]

Kalo yang di MP ini yang dipersingkat aja lah...
Gw lagi belajar nulis yang efektif dan langsung kena.

Reddy Septiady said...

mbok di selesain mas :P

Luqman Hakim said...

He he he...
Males ah! Gw aja nggak tau diakhiri sampe mana...

kakatya tya said...

ada aja sih caranya ngebahas selangkangan jadi tulisan resmi...
bfffft!!!!

d . said...

hayahh.. akhirnya ditulis diblog juga si kota Porne :p
dulu cuma di room aja ya ka lukman hehehe

Luqman Hakim said...

Selangkangan...
Selalu jadi hal nikmat untuk diresapi, juga dibincangkan, ha ha ha...

Luqman Hakim said...

Halah Dini... Dini...
Bisa aja...

kucing badung said...

mas di akhirin aja dengan sadakaulah ulazimm..hehhehehehe....keren mas blog2 ente..LIAR...

Leonardes Kurniawan said...

Wah Lukman kayak pakar pornografi nih *kaboooooor*

Luqman Hakim said...

He he he...
Makasih lho

Luqman Hakim said...

* Dezikkkkk...!!! *

Nahar Rasjidi said...

tulisannya keren mas, ulasannya mantap

kayanya kalau jadi buku, kalah deh Jakarta Undercover .... :D

Luqman Hakim said...

Padahal ini tulisan yang nggak kelar lho Mas...

Nahar Rasjidi said...

apalagi kalau kelar ......... :D

Luqman Hakim said...

Dulu banget, tulisan ini mau dipake sama koran tempatku kerja, cuma kata redakturku, tulisan ini nggak ngasih penjelasan kondisi hipokritas masyarakatnya ada di mana. Oke sih untuk paparan datanya, cuma ngomongin soal hipokritas masyarakat, itu penjelasannya banyak dan nggak bisa asal sebut, nanti malah menjurus ke fitnah. Tabu buat jurnalistik beneran ngabarin berita fitnah.

Akhirnya tulisan ini cuma ngendon di file tulisan-tulisanku bertumpuk-tumpuk. Saat ngumpulin koleksi tulisan lama, kok nemu tulisan ini, ya udah, di-upload aja di MP ketimbang nggak ada yang baca.