Monday, December 29, 2008

Advertising (Kelewat) Kreatif


Awal tahun 2008 lalu, Sonntags Zeitung, surat kabar ternama Switzerland mengeluarkan media campaign dengan tematik "The Insight Story". Menampilkan sisi visual print ad tanpa kata, menegaskan koran mereka adalah pengupas berita dari latar belakang terjadinya.

Ada 4 visual campaign-nya, Baby, Soldier, Vladimir Putin dan George Bush. Entah kenapa tampilannya seperti ini nggak perlu nanya, cerna aja, nggak suka tinggalin. Itu cara tergampang mencerna iklan...

Advertising Agency: Advico Young & Rubicam
Creative Directors: Philipp Skrabal, Christian Bobst
Copywriter: Martin Stulz
Art Director: Rob Hartmann
Photographer: Scheffold Vizner

Thursday, December 18, 2008

one heart, one life...



Global warming refers to the increase in the average temperature of the Earth's near-surface air and oceans in recent decades and its projected continuation.

The global average air temperature near the Earth's surface rose 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) during the last 100 years. The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) concludes, "Most of the observed increase in globally averaged temperatures since the mid-20th century is very likely due to the observed increase in anthropogenic greenhouse gas concentrations", via the greenhouse effect.

Natural phenomena such as solar variation combined with volcanoes probably had a small warming effect from pre-industrial times to 1950 and a small cooling effect from 1950 onward. These basic conclusions have been endorsed by at least 30 scientific societies and academies of science, including all of the national academies of science of the major industrialized countries. While individual scientists have voiced disagreement with some of the main conclusions of the IPCC, the overwhelming majority of scientists working on climate change are in agreement with them.

Climate model projections summarized by the IPCC indicate that average global surface temperature will likely rise a further 1.1 to 6.4 °C (2.0 to 11.5 °F) during the 21st century. The range of values results from the use of differing scenarios of future greenhouse gas emissions as well as models with differing climate sensitivity. Although most studies focus on the period up to 2100, warming and sea level rise are expected to continue for more than a millennium even if greenhouse gas levels are stabilized. The delay in reaching equilibrium is a result of the large heat capacity of the oceans.

Increasing global temperatures will cause sea level to rise, and is expected to increase the intensity of extreme weather events and to change the amount and pattern of precipitation. Other effects of global warming include changes in agricultural yields, glacier retreat, species extinctions, and increases in the ranges of disease vectors.

Remaining scientific uncertainties include the amount of warming expected in the future, and how warming and related changes will vary from region to region around the globe. There is ongoing political and public debate worldwide regarding what, if any, action should be taken to reduce or reverse future warming or to adapt to its expected consequences. Most national governments have signed and ratified the Kyoto Protocol, aimed at reducing greenhouse gas emissions.

one heart, one life, save the earth!


Note: Picture is my courtesy, taken by Canon 300D in a year ago. Made by Greenpeace volunteer form that was folded to create origami birds to symbolize desolated life in this century.

Tuesday, December 16, 2008

Bakat


Bakat itu cuma 10% dari awal mula penentu kehidupan seseorang, selebihnya yang 90% adalah bentukan faktor lingkungan. Setidaknya dalam sudut pandang ilmu yang mempelajari karakteristik manusia, hal itu yang sering digaung-gaungkan. Sering terjadi di kehidupan, orang yang sepertinya berbakat, dalam perjalanannya malah melenceng jauh, tidak menjadi seperti apa yang seharusnya mereka jadi.

Berawal dari cerita anak saya Annisa Zahra Hakim yang hobi menyanyi. Saat masih di kandungan, istri saya sering mendengarkan lagu-lagu kontemplatif, lagu-lagu klasik di perutnya meski terkadang saya rusak suasana itu dengan memutarkan lagu-lagu Sepultura, Metallica, Megadeth yang membuatnya sebal. Ketika lahir, besar dan kini beranjak 6 tahun, Zahra jauh lebih cepat menghafal sesuatu yang berasal dari nyanyian atau lagu. Saya dan istri sering kelimpungan mengajarkan pelajaran sekolah dalam bahasa nyanyian, karena itu cara tercepatnya memahami sesuatu.

Pun setiap mendengar lagu, Zahra cenderung mengikuti lirik, bait dan nada serta melantunkan dalam suara anak-anaknya. Suara saya yang fals, jauh dari mendingan, lebih baik mendengar bunyi kaleng dipukul-pukul ketimbang mendengar saya bernyanyi, begitu kata istri. Sebaliknya, cengkok yang hancur ketika menyanyi, lagu pop yang berubah jadi dangdut yang saya dengar dari setiap lagu yang dinyanyikan istri. Intinya kami berdua tak ada yang punya kebisaan di seni musik, dalam hal ini seni suara.

Dari situ istri berpikir menyalurkan keinginan anak kami ke sekolah musik. Mendaftarlah ke Elfa's Music Studio, tak cocok untuk ukuran idealisme istri, tak jadilah masuk. Mendaftar di Farabi Dwiki Dharmawan Music School, ketika merasa cocok, melihat biaya yang tak masuk kocek anggaran, Rp 600 ribu sebulan dan sebulan ada 4 pertemuan, sekali pertemuan 30 menit, saya dan istri berpikir panjang untuk memasukkannya. Kelewat mahal dan masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk jadi pengeluaran keluarga.

"Tugas Ayah tuh buat nyari uang yang 'berkah' dan lebih lagi, biar Zahra bisa sekolah musik di Farabi." Begitu kata istri yang sampai sekarang mengganjali pikiran saya. Bukannya apa-apa, saya penganut faham otodidak, semua bisa dipelajari asal kita mau. Tapi apa bisa pola pemikiran begini diterapkan ke anak-anak?

Farabi. Itu jadi kata kunci dan tergiang-ngiang di pikiran saya. Cerita ini distop dulu di sini, nanti disambungkan dengan cerita lainnya.

* * * * *

Saya punya tetangga, namanya Muhammad Yasin. orang tergeblek yang saya kenal, hidupnya melulu berisi bercandaan, ketawaan dan kelucuan. Lucunya, dia satu kantor pula, dulu sempat satu departemen, namun saat saya pindah divisi, kami tak satu bagian lagi. Dari jaman masih tinggal di Depok II, kami tetanggaan, pun saat saya pindah ke Studio Alam Depok, tanpa pernah mau janjian bakal tetanggaan lagi, nyata-nyatanya kami malah tetanggaan lagi. Duh...

Yasin, begitu orang mengenalnya. Namun suka mengenalkan dengan nama yang 'sok' kebarat-baratan, 'Robert'. Ada kisahnya kenapa ia suka nama 'Robert', ia suka permen Trebor, dalam bahasanya, bila dibalik kata 'Trebor' itu jadi 'Robert'. Itu juga yang membuatnya dipanggil dengan sebutan nama itu. Diplesetkan jadi Aa' Obet dan ia juga yang 'menyeret' saya ke arus Komunitas 80-an. Di sini teman-teman mengenalnya dengan sebutan itu, Aa' Obet, tanpa mengenal nama aslinya. (Maaf Aa' Obet, saya bongkar sedikit biodatamu di sini, he he he...)

Cerita ini juga distop sampai di sini, dikorelasikan di bawah.

* * * * *

Kepusingan saya mencari uang untuk bisa menyekolahkan anak di sekolah musik, agar bila Zahra berbakat, ia punya komunitas yang bisa mengarahkan bakatnya tanpa harus membentuknya menjadi penyanyi-penyanyi seperti sekarang. Saya tak rela bila ia nanti jadi seperti itu, seperti mereka yang ada di tayangan infotainment. Na'udzu billah min zallik!

Satu waktu, saya cerita kepusingan pikiran tentang Farabi itu pada Aa' Obet.

"Kacau Mas, gimana nyari duit segitu buat sekolah musiknya Zahra ya? Kemaren gw daftarin di
Farabi, gw ame bini udeh cocok, giliran cocok, duitnye yang nggak cocok. Pusing gw..."


"Ngapain lo pusing? Gitu aje pake pusing. Kalo di Farabi mahal, mending Zahra masukin ke Forkabi aje. Keren tau..."

Siiiaaaaaaaalllllaaaaaaaaaaaaaaaaannnnn...!!!

* * * * *

Dan selesailah cerita ini, cerita bodoh yang sampai sekarang saya masih tertawa-tawa mengingatnya. Sulit mencari korelasi antara Farabi dengan Forkabi (Forum Komunikasi Anak Betawi), salah satu organisasi massa yang relatif besar di Jakarta.Dapat dari mana pula pikiran aneh itu, mengkorelasikan kata Farabi dengan Forkabi.

Ide yang orisinil! Wajib dikabarkan di blog ini, he he he...



Tertawa punya resiko, kelihatan bodoh
Menangis punya resiko, kelihatan sentimentil
Mengulurkan tangan punya resiko, terlibat
Meluapkan perasaan punya resiko, mengungkapkan diri sejenak
Meletakkan ide dan impian di hadapan orang punya resiko, disambar orang
Mencintai punya resiko, tidak dicintai lagi
Hidup punya resiko, mati
Berharap punya resiko, kecewa
Mencoba punya resiko, gagal
. [Anonymous]


Sunday, December 14, 2008

Tokoh-Tokoh Ternama di Bidang Matematika dan Ilmu Alam

Rating:★★★★★
Category:Other

Thales
Yunani, 624-546 SM

Thales adalah seorang ahli filsafat. Pada zamannya seorang ahli filsafat mempelajari matematika, astronomi, fisika dan ilmu pengetahuan alam. Thales lahir di Yunani kemudian pergi ke Mesir untuk belajar. Ia mengukur tinggi piramida dengan menggunakan pengertian kesebangunan dan meramalkan waktu peredaran matahari. Tak heran jika ia disebut sebagai Bapak Awal Ilmu Matematika dan Astronomi.

Dalam sebuah cerita, di suatu malam ia berjalan sambil menatap bintang di langit. Tiba-tiba ia terperosok masuk selokan. Seorang wanita budak yang sudah tua melihat kejadian itu berkata kepadanya, "Tuanku, bila anda tidak dapat melihat jalan bagaimana anda dapat menceritakan sesuatu tentang bintang-bintang?"


Phytagoras
Yunani, 582-493 SM

Meskipun Phytagoras adalah seorang ahli filsafat namun ia juga mempelajari musik dan ilmu-ilmu lain. Ia lahir di Yunani dan kemudian ke Mesir dan Babylonia untuk belajar.

Phytagoras terkenal dengan dalilnya yang menerangkan bahwa dalam suatu segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya. Segitiga siku-siku yang sisi-sisinya berbanding 3 : 4 : 5 merupakan dasar dari dalil matematika untuk perhitungan sudut-sudut dalam segitiga a2 + b2 = c2 dan pertama kali digunakan oleh para perentang tali di Mesir untuk tanah dengan tali-tali bersimpul. Menurut hikayat, ia menemukan dalil itu ketika ia sedang mengamati susunan lantai bersegitiga di rumah salah seorang temannya.

Di lain cerita, ketika ia sedang melewati bengkel pandai besi ia mendapat ide dari berbagai jenis suara yang dihasilkan oleh pukulan martil. Bahwa semakin pendek pegangan martil semakin tinggi frekuensi nada yang dihasilkan. Dengan menggunakan ide ini ia menciptakan jenis-jenis kecapi dan seruling.


Euclides
Yunani, Kira-kira 300 SM

Euclides menulis 13 jilid buku tentang geometri. Dalam buku-bukunya ia menyatakan aksioma (pernyataan-pernyataan sederhana) dan membangun semua dalil tentang geometri berdasarkan aksioma-aksioma tersebut. Contoh dari aksioma Euclides adalah, "Ada satu dan hanya satu garis lurus garis lurus, di mana garis lurus tersebut melewati dua titik". Buku-buku karangannya menjadi hasil karya yang sangat penting dan menjadi acuan dalam pembelajaran Ilmu Geometri.

Bagi Euclides, matematika itu penting sebagai bahan studi dan bukan sekedar alat untuk mencari nafkah. Ketika ia memberi kuliah geometri pada raja, baginda bertanya, "Tak adakah cara yang lebih mudah bagi saya untuk mengerti dalam mempelajari geometri?". Euclides menjawab, "Bagi raja tak ada jalan yang mudah untuk mengerti geometri. Setiap orang harus berpikir ke depan tentang dirinya apabila ia sedang belajar".


Archimedes
Yunani, 287-212 SM

Archimedes mempelajar matematika, fisika dan membuat banyak penemuan. Ia menemukan prinsip tuas yang dapat menggerakkan benda berat hanya dengan sedikit usaha. Ia memperagakan prinsip ini dengan menggerakkan kapal dengan memakai tuas. Eucildes pun berkata, "Bila saya diberi sebuah tuas yang cukup panjang dan titik penumpu, saya dapat menggerakkan bumi".

Euclides menggunakan pengetahuan tentang kepadatan untuk menemukan bahwa mahkota yang dibuat untuk raja tak dibuat dengan emas murni. Ia juga mempelajari lingkaran dan menemukan rumus untuk keliling lingkaran (2πr) dan luas lingkaran (πr2).

Dalam hikayat ketika Archimedes sudah tua, Yunani dikalahkan oleh Romawi. Sewaktu serdadu musuh masuk ke dalam rumahnya dan di kamar ia sedang mempelajari sebuah lingkaran yang digambarnya di lantai, ia berteriak, "Jangan injak lingkaran saya!" Tapi serdadu itu tak memperdulikan teriakan Archimedes malah menikammya sampai mati.


Ali bin Abi Thalib
Arab Saudi, 658-695 Masehi

Sejak kecil Ali bin Abi Thalib menyukai berbagai ilmu dan ikut dengan Nabi Muhammad SAW. Kelak Ali dinikahkan dengan putri Rasul, Fatimah R.A. dan hidup dalam kesederhanaan yang teramat sangat. Meskipun hidup dalam kesederhanaan Ali tidak surut dalam mencari ilmu pengetahuan, tak heran bila Rasul pernah bersabda, "Apabila aku kota ilmu maka Ali adalah gerbangnya".

Ketika awal lambang bilangan dalam matematika menggunakan huruf-huruf seperti yang pernah diajarkan oleh bangsa Romawi tergolong rumit, Ali mempopulerkan lambang bilangan dalam huruf Arab dengan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 0. Ali juga yang menyederhanakan penulisan lambang bilangan Romawi di mana sepuluh dengan "X", seratus dengan "C", seribu dengan "M" dan seterusnya dipermudah dengan menambahkan angka nol di belakang angka puluhan, ribuan dan satuan dengan bilangan 10, 100, 1000 dan seterusnya, di mana angka "0" dalam bilangan Arab diwakili dengan titik.


Leonardi Da Vinci
Italia, 1452-1519

Sejak kecil Leonardi Da Vinci telah memperlihatkan kemampuan khusus dalam bidang matematika, musik, seni lukis dan bidang-bidang lain. Secara khusus ia mencintai lukisan dan mengikuti pelajaran tentang seni. Sebagai pelukis dan pemahat ia banyak menghasilkan karya agung, salah satunya yang terkenal adalah lukisan Monalisa. Sebagai sebagai arsitek terkemuka ia juga banyak meninggalkan karya-karya besar dan monumental.

Leonardo Da Vinci juga mempelajari geometri dan menggunakan metode membuat bagian-bagian pokok suatu lukisan jatuh di atas segitiga khayal. Metode ini disebut komposisi piramida. Untuk melukis gambar ruang pada kanvas datar ia menggunakan metode semua garis sejajar yang horizontal kelihatan menuju titik tertentu. Metode ini dikenal dengan nama perspektif. Contoh lukisannya yang menggunakan metode ini adalah lukisan Perjamuan Malam Terakhir.


Copernicus
Polandia, 1473-1543

Copernicus mempelajari astronomi, matematika, fisika, ilmu hukum dan kedokteran. Pada zamannya secara umum orang percaya bahwa matahari, bulan dan bintang bergerak mengelilingi bumi karena saat itu bumi dianggap sebgai pusat tata surya. Akan tetapi Copernicus yakin bahwa pusat alam semesta bukanlah bumi, melainkan matahari di mana seluruh benda-benda langit berputar mengelilingi matahari. Pikiran Copernicus ini menentang filsafat tradisional dan agama.

Teorinya yang terkenal dikemukakan dalam bukunya yang berjudul "Perputaran Benda-Benda Langit". Di mana pada waktu itu ia takut menerbitkan bukunya karena adanya ancaman hukuman mati dari pihak gereja terhadap doktrin keilmuan yang menentang dogma-dogma yang dikeluarkan pihak gereja. Hanya karena desakan rekan-rekannya Copernicus setuju untuk menerbitkan buku itu sepenuhnya. Tetapi sayang, buku itu baru dicetak setelah pengarangnya meninggal dunia.


Galileo Galilei
Italia, 1564-1642

Galileo mempelajari matematika, fisika dan astronomi. Dulu orang percaya bahwa kecepatan benda jatuh tergantung pada bobot benda yang dijatuhkan tersebut. Dalam teori tersebut disebutkan bahwa jatuhnya benda yang lebih berat akan lebih cepat daripada benda yang lebih ringan. Galileo membantah teori tersebut dengan dasar keyakinan bahwa kecepatan jatuhnya sebuah benda tidak tergantung pada bobotnya. Ia membuktikannya dengan menjatuhkan dua buah logam yang satu lebih berat dari yang lain dari atas Menara Pisa yang miring. Biarpun pada saat ini setiap orang menyetujui teorinya adalah benar, namun pada zamannya teori dengan pembuktiannya itu diterima orang dengan keheranan yang besar.

Sewaktu-waktu ketika ia sedang mengamati tempat lilin yang berayun-ayun di gereja, ia mencatat bahwa berapapun jauhnya benda itu berayun ke samping, waktu yang diperlukan untuk setiap 1 gerakan bolak-balik (1 getaran) adalah sama. Di kemudian hari ia menemukan bahwa hukum ini adalah suatu hal yang umum yang akhirnya hukum ini disebut dengan hukum isokhronisme suatu bandul.

Di akhir hidupnya Galileo Galilei dijatuhi hukuman mati oleh gereja karena mendukung ide Copernicus yakni bumi berputar mengelilingi matahari.


Rene Descartes
Perancis, 1596-1650

Descartes mempelajari Matematika, Fisika, Politik dan Filsafat. Ia adalah orang yang pertama kali menggunakan sistem dua atau tiga bilangan seperti (A, B) atau (A, B, C) sebagai koordinat untuk menggambarkan titik-titik pada suatu bidang atau dalam ruang. Dengan cara ini pernyataan-pernyataan mengenai gambar-gambar dalam geometri tentang titik yang dijabarkan oleh Euclides dapat diterjemahkan menjadi pernyataan-pernyataan yang menyangkut bilangan.

Menurut hikayat, Descartes mendapat ide itu ketika sedang terbaring sakit di tempat tidur. Ia mengamati laba-laba yang berjalan di langit-langit dan kemudian turun dengan benangnya. Hal ini memberikan ide kepadanya untuk menyatakan titik-titik dalam ruangan dengan (A, B, C).

Ia juga orang pertama kali yang menggunakan huruf-huruf abjad seperti a, b, c, ... , x, y, z untuk mewakili bilangan-bilangan. Ia pula orang pertama kali yang mengemukakan ide tentang bilangan negatif.


Blaise Pascal
Perancis, 1623-1662

Blaise Pascal adalah seorang ahli matematika, fisika, teologi sekaligus pujangga. Pascal menjadi sangat tertarik pada matematika khususnya geometri ketika berumur 6 atau 7 tahun. Ketika itu ayahnya menyingkirkan buku-buku matematikanya karena ia percaya bahwa anak kecil seharusnya tidak mempelajari buku yang sedemikian sukar. Namun Pascal tetap saja mempelajarinya secara sembunyi-sembunyi.

Saat berusia 12 tahun tanpa memperoleh bantuan orang lain ia menemukan bahwa jumlah semua sudut-sudut pada suatu segitiga selalu 180º. Ia memperlihatkan hal tersebut kepada ayahnya dan menerangkannya dengan jelas. Ayahnya demikian tertegun sampai akhirnya mengizinkan anaknya terus belajar matematika dengan bebas. Di saat berusia 19 tahun Pascal sudah menemukan suatu mesin hitung yang menggunakan roda-roda gigi. Dalam bidang fisika ia menemukan prinsip tentang tekanan dalam zat cair yang kemudian prinsip ini diabadikan sesuai dengan namanya. Ia juga meninggalkan suatu ungkapan yang terkenal, "Manusia adalah lalang yang lemah, akan tetapi ia adalah lalang yang berpikir".


Seki Takakazu
Jepang, 1642-1708

Pada zaman hidupnya, Jepang menggunakan sistem lambang bilangan Cina yang berbelit-belit daripada sistem angka Arab untuk melambangkan bilangan. Mereka juga menggunakan alat-alat yang terbuat dari kayu (yang disebut Sangi) yang mula-mula dikembangkan di Tiongkok kuno untuk metode pengukuran luas bangunan. Di masa itu Seki menemukan metode mengukur luas suatu bangunan yang dibatasi oleh kurva-kurva atau volume benda-benda ruang yang tak teratur dengan metode yang sekarang dikenal dengan nama "integral".

Matematika bangsa Jepang ini sebut Wasan. Sampai saat matematika Barat diperkenalkan di Jepang menjelang akhir abad ke-19, Wasan-lah yang lebih dahulu populer di Jepang. Seki Takakazu adalah salah seorang dari pengajar Wasan yang terkenal.


Isaac Newton
Perancis, 1642-1727

Isaac Newton adalah salah seorang di antara ahli matematika besar dan juga mempelajari fisika. Ia menemukan hukum gravitasi dan menyimpulkan teori bahwa gravitasi adalah gaya tarik suatu benda terhadap benda lainnya. Semakin jauh jarak antara dua benda semakin lemahlah gaya gravitasi di antara kedua benda tersebut. Gerak bulan mengelilingi bumi dapat diterangkan dengan hukum gravitasi ini.

Newton juga menemukan hukum gerak yang merupakan dasar dinamika. Ia tertarik dengan astronomi dan menemukan suatu jenis teleskop pemantul yang akhirnya diabadikan dengan namanya.


Gottfried Wilhelm Leibniz
Jerman, 1646-1716

Ayah Gottfried Wilhelm Leibniz adalah seorang guru besar di sebuah universitas tetapi meninggal ketika Leibniz menginjak usia 6 tahun. Sejak saat itu Leibniz muda belajar sendiri dan dibantu dengan bimbingan ibunya. Belajar sendiri membuat Leibniz bebas dari cara berpikir tradisional.

Ia dan Newton merumuskan pengertian dasar tentang "kalkulus differensial". Masing-masing menyatakan bahwa dirinyalah yang mula-mula memikirkan hal tersebut. Untuk memutuskan siapa sebenarnya yang pertama merumuskannya mereka saling mengajukan soal-soal kalkulus. Hal ini dikenal sebagai perang matematika antara Leibniz dengan Newton. Akhirnya mereka menyadari bahwa mereka masing-masing menggunakan pikiran mereka sendiri-sendiri, dan perumusan dasar tentang "kalkulus differensial" tersebut adalah kebetulan sama. Leibniz juga menemukan suatu jenis mesin hitung.


Ino Tadataka
Jepang, 1745-1818

Ino Tadataka adalah anak seorang petani dari golongan kelas sosial yang rendah. Ia tidak mendapat pendidikan formal tetapi belajar sendiri. Ketika berusia 18 tahun ia diangkat menjadi seorang anak oleh seorang saudagar dan harus berhenti belajar demi untuk bekerja. Ketika berusia 45 tahun saudagar tersebut membiarkan Ino mengurus urusan rumah tangganya sehingga Ino mempunyai waktu untuk menyelesaikan pelajarannya di bawah bimbingan seorang pembimbing.

Pada waktu itu ia mempelajari astronomi, matematika, sejarah dan pengukuran tanah. Ketika berusia 55 tahun ia mendapat izin dari pemerintahan Jepang untuk mengukur bagian Utara Jepang. Ia tak henti-hentinya mengumpulkan informasi untuk membuat peta-peta seluruh negara sampai saat meninggalnya. Sampai akhir abad ke-19 peta-peta yang dibuat oleh Ino digunakan sebagai dasar peta-peta administrasi pemerintah Jepang.


Johan Gauss
Jerman, 1777-1885

Menurut hikayat, Johann Gauss adalah seorang jenius dalam aritmetika. Ketika ia berusia 9 tahun seorang guru menyuruh murid-murid di kelasnya untuk menjumlahkan deretan bilangan 1 + 2 + 3 + ... + 40. Gauss hanya memerlukan waktu beberapa saat saja tanpa menuliskan sesuatu apapun untuk memperoleh jawabannya yaitu 820. Ia mendapat jawaban dalam otaknya dengan menyadari bahwa jumlah itu dapat dipikirkan penyelesaiannya sebagai berikut: 
(1 = 40) + (2 + 39) + ... + (20 + 21) = 41 + 41 + ... + 41 = 41 X 20 = 820.

Ayah Gaus hanyalah seorang tukan batu dan tak sanggup memberikan pendidikan universitas kepadanya. Tetapi raja tertegun akan kemampuan Gauss muda dan raja bersedia membiayai pendidikannya. Kelak Gauss menjadi salah satu ahli matematika terkemuka di dunia. Ia juga banyak meninggalkan hasil karyanya dalam bidang astronomi, pengukuran tanah dan elektromagnetisme.



Sumber: John Rowan Wilson, Pikiran (terjemahan: The Mind), Alihbahasa Hardoputranto, Tira Pustaka, Jakarta, 1979

Wednesday, December 3, 2008

Di Udara [Lagu untuk Aktivis]


Rating:★★★★
Category:Music
Genre: Indie Music
Artist:Efek Rumah Kaca

Susahnya mencerna musik sekarang (musik Indonesia tentunya. Pasar menciptakan selera musik yang makin nggak jelas korelasi antara asal-muasal lirik, musikalisasi dan popularitas. Nggak usah ngomong intelektualitas bermusik, sulit ditemui di musik-musik sekarang. Masih mending denger lirik-lirik lagunya The Misfits yang isinya ngajak orang ngebunuh bayi atau merkosa ibunya temen ketimbang lagu cengeng dan mendayu-dayu. Toh The Misfits ini band idolanya Metallica. Paling nggak kita tau kalo yang nyanyi itu orang gila, ketimbang waras tapi nyanyiin lagu cengeng...

Beda dengan musik Indonesia yang ini, "Efek Rumah Kaca". Namanya saja aneh, musik yang idealis, musik yang dekonstruktif di tengah serbuan band-band yang dituntut mengikuti selera pasar. Mendengarnya saya malah kepikiran nyari chord gitarnya. Lagu untuk aktivis, sepintas seperti mengenang tokoh HAM, Alm. Munir, tapi sesungguhnya ini ode satir bagi para aktivis.

Sumber foto: Efek Rumah Kaca Flickr

Lagu lama tahun 2007, tapi tetep layak didengarkan. Tengok juga video klipnya yang satir namun tetap berkelas dan digarap dengan sangat artistik...


Di Udara
[Efek Rumah Kaca]


Am    F                       Am     F 
Aku sering diancam, juga teror mencekam,
Am       F                    
  Am        F
Kerap ku disingkirkan, sampai di mana kapan
 
Am                                          
  F                                      Am                           F
Ku bisa tenggelam di lautan, aku bisa diracun di udara, aku bisa terbunuh di trotoar jalan
 
 [chorus]
  F   C      G      Am          
     F    Em    Am
tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti
 
 [intro] Am F 2x
 
 Am      F                   
  Am     F

Aku sering diancam, juga teror mencekam
 Am                                     
F                                                Am                            F

Ku bisa dibuat menderita Aku bisa dibuat tak bernyawa, di kursi-listrikkan ataupun ditikam
 
 F      C     G      Am          
     F    Em    Am
Tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti
 F      C     G      Am           
     F    Em    Am

Tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti
 
 [intro] Am F 2x
 
Am                                      F                                                Am                            F

Aku bisa dibuat menderita Aku bisa dibuat tak bernyawa, di kursi-listrikkan ataupun ditikam

Am                                          
  F                                      Am                           F
Ku bisa tenggelam di lautan, aku bisa diracun di udara, aku bisa terbunuh di trotoar jalan

 [chorus]
 F      C     G      Am         
     F    Em    Am
Tapi aku tak pernah mati  tak akan berhenti








Jual Diri Caleg


Pemilu tinggal beberapa bulan lagi. Para caleg terdaftar berlomba-lomba menarik simpati masyarakat agar memilihnya dalam pesta demokrasi akbar tahun 2009 nanti. Tak perlu dijabarkan berapa dana yang dihamburkan untuk menarik simpati, tak sedikit harta yang diumbar untuk merebut perhatian calon pemilih.

Media yang jadi alat propaganda simpat beragam bentuk. Dari yang berbentuk tradisional seperti poster, spanduk, baliho, billboard, leaflet, selebaran, dlsbg sampai ke bentuk digital seperti membuat account di facebook, myspace, multiply, friendster, blogspot bahkan membuat DNS atas nama sendiri dlsbg serta menyebarkan misi serta visinya agar dibaca khalayak ramai.

Tak ada yang salah, ini teramat sah, toh namanya saja jualan. Sama seperti pedagang kaki lima menjual dagangannya, sama seperti penjaja obat meneriakkan khasiatnya, sama seperti para pedagang-pedagang lain menjual produknya. Caleg menjual program, menjual titipan aspirasi, amanah yang akan dijalankannya saat jadi wakil rakyat.

* * * * *

Membahas alat propaganda tradisional yang agak besar berbentuk spanduk, baliho atau malah billboard, saya sempat terbengong-bengong melihat semua data ditampilkan lengkap dalam satu media singkat yang hanya dilirik orang sekian detik yang dipampang di pinggir jalan. Dalam spanduk, baliho atau billboard itu digambarkan lengkap 'jual diri'-nya dengan menyebutkan program-programnya, saya sampai bingung, caleg ini memaparkan program tapi malah menghina caleg lain meski tak menyebutkan nama orang dan partainya. Belum lagi disebutkan jelas profil serta latar belakang pendidikan, sama persis seperti Curriculum Vitae para pencari kerja.

Saat saya melihat spanduk, baliho atau billboard itu lumayan lama, yang harusnya hanya sekian detik, ini bisa satu menit lebih di tengah motor yang masih saya kendarai. Sampai akhirnya saya menabrak motor yang ada di depan saya persis dan yang mengendarai motor itu marah ke saya!

Kayaknya, para caleg memang harus buka buku teori komunikasi dan alat-alat penyampaian informasi yang jitu. Setidaknya biar saya nggak nabrak lagi motor atau malah mobil orang terbingung-bingung melihat informasi yang serba aneh dipirnggir jalan.

Liat saja salah satu contoh spanduk, baliho atau billboard di bawah ini.

Aneh kan?