Wednesday, December 3, 2008

Jual Diri Caleg


Pemilu tinggal beberapa bulan lagi. Para caleg terdaftar berlomba-lomba menarik simpati masyarakat agar memilihnya dalam pesta demokrasi akbar tahun 2009 nanti. Tak perlu dijabarkan berapa dana yang dihamburkan untuk menarik simpati, tak sedikit harta yang diumbar untuk merebut perhatian calon pemilih.

Media yang jadi alat propaganda simpat beragam bentuk. Dari yang berbentuk tradisional seperti poster, spanduk, baliho, billboard, leaflet, selebaran, dlsbg sampai ke bentuk digital seperti membuat account di facebook, myspace, multiply, friendster, blogspot bahkan membuat DNS atas nama sendiri dlsbg serta menyebarkan misi serta visinya agar dibaca khalayak ramai.

Tak ada yang salah, ini teramat sah, toh namanya saja jualan. Sama seperti pedagang kaki lima menjual dagangannya, sama seperti penjaja obat meneriakkan khasiatnya, sama seperti para pedagang-pedagang lain menjual produknya. Caleg menjual program, menjual titipan aspirasi, amanah yang akan dijalankannya saat jadi wakil rakyat.

* * * * *

Membahas alat propaganda tradisional yang agak besar berbentuk spanduk, baliho atau malah billboard, saya sempat terbengong-bengong melihat semua data ditampilkan lengkap dalam satu media singkat yang hanya dilirik orang sekian detik yang dipampang di pinggir jalan. Dalam spanduk, baliho atau billboard itu digambarkan lengkap 'jual diri'-nya dengan menyebutkan program-programnya, saya sampai bingung, caleg ini memaparkan program tapi malah menghina caleg lain meski tak menyebutkan nama orang dan partainya. Belum lagi disebutkan jelas profil serta latar belakang pendidikan, sama persis seperti Curriculum Vitae para pencari kerja.

Saat saya melihat spanduk, baliho atau billboard itu lumayan lama, yang harusnya hanya sekian detik, ini bisa satu menit lebih di tengah motor yang masih saya kendarai. Sampai akhirnya saya menabrak motor yang ada di depan saya persis dan yang mengendarai motor itu marah ke saya!

Kayaknya, para caleg memang harus buka buku teori komunikasi dan alat-alat penyampaian informasi yang jitu. Setidaknya biar saya nggak nabrak lagi motor atau malah mobil orang terbingung-bingung melihat informasi yang serba aneh dipirnggir jalan.

Liat saja salah satu contoh spanduk, baliho atau billboard di bawah ini.

Aneh kan?


38 comments:

the soenan said...

huakakaka.... ane pilih ini..!

permisi... mo ke kamar mandi dolo...

fufufufu.....

Luqman Hakim said...

Sayangnya nomer urut parpol di Indonesia nggak sampe 69 Mas...
Ini contoh partai yang bukan dari Indonesia.

the soenan said...

Pindah warga negara ah....

Marto Art said...

Ayo bareng bareng nyoblos... GANG BANG!
Boleh salah coblos, dari mana ajah. tinggal pilih....

Agam Fatchurrochman said...

Hahaha.... Partai Gang Bang emang pasti laku nanti...

Yusuf Moch. said...

mas... ter_obsesi banget sih sama MO... keseringan nonton kali... hehehe

Yassin Ramdan said...

Hahaha...ati2 bang bajunya jangan sampai dibuka selain tar kena UU Pornstar juga bakal banyak bikin kecelakaan jalan raya.

Luqman Hakim said...

Buset... Tematiknya itu bukan di contoh ini, tapi di materinya. Kok malah banyak yang salah persepsi bukan ngomentarin tematik malah contoh alat propaganda tradisionalnya ya...

Luqman Hakim said...

Ini lagi salah persepsi... Duh!

Luqman Hakim said...

Itu contoh dari partai yang bukan di Indonesia Mas.
Partai imajiner yang bisa saja ada di salah satu kontestan partai politik peserta Pemilu di Indonesia.

Luqman Hakim said...

He he he... ada alasan yang mendasar Mas?
Hujan batu di negeri orang, hujan emas di negeri lain, hujan musibah di negeri sendiri...

Luqman Hakim said...

Waduw... another misperception again...

~ siskaris ~ said...

nyoblosnya dimana man?

Maseko Sakazawa said...

urusan caleg, gw dah nggak minat kang :) mo caleg yg haq ataupun yg bathil sekalipun.. terserah~

Luqman Hakim said...

Pertanyaannya salah!
Yang bener, nyoblosnya di daerah bagian sebelah mana?
Ha ha ha...

hendra arbie said...

hahaha.. sippp mas.. salam posternya syuurrr

Taufiq Yuniarto said...

ooh ini toh fotonya maria ozawa alias.....

Marto Art said...

Busyeeeet Man, kamu juga latah ikutan salah persepsi. hahahahaa.....

Fathiyah Madinah Akbar said...

betul ini fotonya maria ozawa, bukan maria hardi (almarhumah)...

Marto Art said...

Pasti maksudnya Marli Hardi kan?

ARDI ANSYAH said...

He he mantap mas, partainya no 69 ya, he he jadi inget sesuatu ???

ARDI ANSYAH said...

Minta ijin copy paste juga mas gambarnya

Luqman Hakim said...

Berarti...

Luqman Hakim said...

He he he...

Luqman Hakim said...

Oalah... yang dicermati malah posternya, bukan tulisannya...

Luqman Hakim said...

Miyaaabbbbiiiiiiiiii......

Luqman Hakim said...

Inget apa? He he he...

Luqman Hakim said...

Silahkan...

Ade Puspitasari said...

ya..diisi sama org berjiwa muda yg ngikutin jaman kayaknya tu media "promosi diri" bisa menarik...

Luqman Hakim said...

Bila satu urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya,
maka tinggal menunggu kehancurannya aja...
Hadist

Ade Puspitasari said...

yo hah..org berjiwa muda, ngikutin jaman, yg melek dan bergelut sama media promosi *jadi inget distro2 bandung euy*

Luqman Hakim said...

Iya, tapi ngapain CV dimasukin segala di baliho, billboard, spanduk gitu?
Emangnya orang cukup waktu dari kendaraan buat ngebaca semua pesannya?
Yang ada kalo orangnya penasaran pengen ngebaca, malah nabrak mobil atau motor yang ada di depannya, kayak aku gitu deh, he he he...
Buku-buku aplikasi dari teori komunikasi emang kudu dibaca lagi

Ade Puspitasari said...

Hehehehe..curhat ceritanya nih :)

Yo`i. ku jadi inget sama baligho2 yang dipasang dan pernah kulihat..fotonya geude banget. Sempet sih mikir...ini calon caleg apa calon artis ya? Untung aja ndak ada tulisan REG SPASI bla bla bla hehehe...

Yup, sepakat..teori komunikasi dan advertising (ya semacam itulah) kudu diaplikasikan lebih nyata...:)

aji prasetyo said...

kalo poster itu yang sampean liat, pantes aja nabrak motor orang.
eh, andaikan aku caleg yang lagi pengen mendesain poster diri, apa saran sampean seputar desain itu?

Luqman Hakim said...

Yaloh... Nggak sampe segitu kali Put...
Ini yang disebut curcol, curhat colongan, ha ha ha...

Luqman Hakim said...

Bujet... Jangan bawa-bawa yang udah nggak ada ah, nggak enak juga...

Luqman Hakim said...

He he he... Wis.. wis... ojo dipanjangno...
mesakno arek sing wis gak ono...

Luqman Hakim said...

Yang pasti belom pernah ada yang pake teori Psikologi Terbalik.

Misalnya begini:
Jangan pilih Saya!
Pasti saya korup kalo jadi wakil rakyat!
Jadi, jangan pilih saya!

Itu kejujuran yang harus dihargai. Tapi yang milih pasti ogah lah ya, mending milih dibo'ongin walau kenyataannya tetep aja begitu, he he he...