Thursday, November 20, 2008

Emas, Loyang atau Kaleng?


Bersikap bodohlah agar hidup enak
di zaman ini akal sehat menjadi musuh
Orang berakal justru tenggelam
dan si bodoh disanjung-sanjung
.
Abu Ja’far Muhammad, Tokoh Sufi

Emas itu logam mulia, simbol dari keabadian dan kekayaan. Terbentuk dari unsur mineral langka yang dilambangkan dalam unsur kimia sebagai atom urutan 79 dengan simbol Au (Bahasa Latinnya 'Aurum'). Di beberapa negara emas digunakan sebagai standar keuangan, nilai ekstrinsiknya jauh berharga ketimbang uang kertas yang menggunakan nilai intrinsik. Jangan tanya harganya, satu gram saja bila dikonversikan ke dalam nilai uang kertas, mahalnya minta ampun.

Loyang kebanyakan terbuat dari aluminium, dibentuk sedemikian rupa sesuai kegunaan. Ada yang berbentuk panci, wajan, cetakan kue, bahkan pispot untuk buang hajat. Harganya masih bisa dijangkau karena utilitas yang hanya pada satu-dua kegunaan. Semahal-mahal harga loyang hanya pada bentuk yang dirupakan sedemikian ragamnya.

Kaleng adalah lembaran baja yang dilapisi timah, pengembangan dari penemuannya Nicolas François Appert (1749-1841) orang Perancis yang diminta Napoleon Bonaparte untuk mencari metode pengawetkan makanan bagi pasukannya yang akan berperang. Secara umum kaleng dipakai sebagai tempat makanan yang dikeluarkan pabrik. Saat makanan sudah dikeluarkan darinya, benda ini tak lagi terpakai, hanya ada beberapa orang yang membuatnya jadi pot bunga, tempat menyimpan benda dan beberapa lainnya. Kaleng anti bersentuhan dengan air karena dapat menyebabkan karat, apalagi sampai tergenangi, bisa jadi sumber bibit penyakit dengan jentik nyamuknya. Jangan tanya harganya! Murah, malah tak ada harganya sama sekali!

* * * * *

Tiga kategori logam di atas adalah analogi manusia.

Siapa saya?

Emas, loyang atau kaleng?

Kelewat sering terlintas loyang ingin berupaya jadi emas, begitu juga kaleng yang bermimpi menjadi logam mulia. Namun lihat si emas sendiri, diam di satu sudut menunggu ditemukan dan dimanfaatkan. Sedikit orang yang jeli bisa melihat potensinya, apalagi yang ada di kumpulan kotoran, sementara kilaunya makin tertutup oleh kotoran. Beda dengan loyang yang selalu mengkilapkan badan agar makin bersinar, kaleng juga tak mau ketinggalan, ikut mengkilapkan diri supaya bisa ikut berkilau meski karat dan jentik adalah bagian dari dirinya yang siap menyebarkan penyakit.

Singkatnya, siapa diri ini?

Emas, loyang atau kaleng?

Bila emas, tak perlu menunggu orang lain menemukan untuk dimanfaatkan, segera keluar dari kotoran dan menjadi emas yang memang sepantasnya logam mulia yang mahal. Bila loyang, tetap menjadi loyang yang memiliki utilitas, bukan seperti pispot yang berubah kegunaan menjadi panci untuk memasak makanan. Sesialnya menjadi kaleng, jaga diri agar tidak berkarat dan membawa bibit penyakit.

Catatan Pinggir:
Dengan segala keheranan yang dalam, tulisan ini diperuntukkan untuk seseorang (dua, tiga atau malah lebih) yang menjalani kehidupan dengan filosofi kaleng. Orang itu bisa jadi adalah... AKU!


Luqman Hakim
Jumat, 21 November 2008Jam 2:25 WIB, nggak bisa tidur!

34 comments:

Fendi Kurniawan said...

makasih bang luqman ... jadi lebih banyak bercermin ...

>> manusia songong said...

Subhanallah paling seneng kalo baca postingan ultum di hari jumah
bareng ust luqman

Zulfi Ifani said...

Memahami diri sendiri dan kemudian berusaha merubah... gitu ya pak?

Sip...

Yusuf Moch. said...

wowww.... dalem mas.... tapi yo mbok ojo koyo kaleng sih mas..... kenapa juga ga milih ke tiga2nya...., emas saya menemukan dalam diri mas luqman loh, hanya saja mas Luqman mungkin sering menghindar kala seseorang ingin memolesnya. Hayo mas semangat, pertanyaan dengan akhiran tah memang ga perlu jawaban kan... tapi bertanya pada diri sendiri yang memilih kasta paling rendah, tersirat ada rasa frustasi bahkan bisa jadi menistakan diri sendiri, yang ada akhirnya hanya enerji negatif yang selalu kita bawa kemana mana. Wah semakin kangen saya bisa diskusi sama mas Luq nich...

Luqman Hakim said...

You're welcome Mas Fendi.
Sayangnya cermin di rumah saya udah pada pecah...

Luqman Hakim said...

Haiyah!

Luqman Hakim said...

Wovon man nicht sprechen kann, daruber muss man scwheigen

Luqman Hakim said...

He he he, cuma tulisan 'onani' doang kok Mas Yusuf...

neilstha firman said...

*Ngaca di kaleng Khong Guan*

Luqman Hakim said...

Tapi udeh dipotong-potong buat jadi serokan got. Pegimane tuh...

neilstha firman said...

ngaca di comberan aje deh... *poaaaas lu luqwoman*

d . said...

itu loyang sama kaleng berusaha mengkilapkan badan pas lagi ngapain ka lukman ?

eunique * said...

Emas, loyang, kaleng semua ada manfaatnya kan?

Marto Art said...

yah, loyang aja deh.

hareg gerah said...

kaleng rombeng Pemulung pun ogah....

baba link said...

sadar diriku ini sebagai apa...??

Oki Keren said...

super sekali

Fathiyah Madinah Akbar said...

coba diulas behind the sceen nya dunk man, knp "emas, loyang dan kaleng" ini muncul...

Luqman Hakim said...

Dezik buwat Pirman...

Luqman Hakim said...

Pas make brasso...
Kalo kemahalan ya pas make soda api...

Luqman Hakim said...

Ada, jelas.
Sama kayak orang baik dan orang jahat yang ada manfaatnya.
Manfaat, setidaknya dalam konteks komparasi. O ini baik, o ini jahat, o ini emas, o ini loyang, o ini kaleng...

Luqman Hakim said...

Kalo milih jadi aer gimana ya?
Kikikikikikikikkkkk...

Luqman Hakim said...

Apalagi kita...

Luqman Hakim said...

Haiyah... Kagak ke sono kali Mas.

the soenan said...

loyang buat mendulang, kaleng buat nyimpen dan emas hasilnya

(pendulang emas bombana....)

C H A L F I N Z E I N said...

satu lagi bahan renungan dari Ust. Luqman....ditunggu ahh postingan nya yang laen

Luqman Hakim said...

Mario Teguh sekali...

Luqman Hakim said...

Biarin lepas aje dah interpretasinye...

Luqman Hakim said...

He he he... Bagus banget analoginya tuh!

Luqman Hakim said...

Bujet... Dipanggil Ustad, mabok ya Mas? He he he...

Film Jadul said...

Dulu Loyang Sekarang Besi...
Dulu Sayang Sekarang Masturbasi... Looh.?????

wulandari bee said...

hm...hm....hm....

Luqman Hakim said...

Talal! Ha ha ha...

Luqman Hakim said...

Leng geleng geleng geleng geleng...