Saturday, January 24, 2009

Kekuatan Karakter, Pornstar dan Korelasinya


Sumpah, gw sering kepikiran sama orang-orang besar yang namanya dicatat dalam sejarah. Orang-orang besar yang punya kekuatan merubah dunia dalam format ideal yang berbeda dari kehidupan manusia yang biasa, jauh dari cerita biasa sejarah umat manusia.

Seperti kata Khalil Gibran:

Inilah sejarah manusia, lahir, kawin dan mati
Dari dulu juga begitu, lahir, kawin dan mati
Sampai kemudian datang seorang gila dari negeri yang penduduknya lebih berbudaya
Ia berkata, "sejarah manusia bukan cuma lahir kawin dan mati!"

* * * * *

Sering gw diskusi, sebenernya monolog sih, diskusi antara otak dan perasaan mengenai kekuatan karakter itu sendiri. Paling gampang emang pake contoh orang, Bung Karno itu orang besar, Bung Hatta orang besar, tapi kenapa orang ngeliyatnya selalu sosok Bung Karno ya? Gw milih jalan beda, gw teramat kagum sama Bung Hatta dengan segala kepemikirannya dan kesendiriannya. Pemimpin sunyi, pemimpin yang selalu jadi nomer dua di Indonesia. Ketika ada perselisihan konsep dengan Bung Karno serta tak bisa diselaraskan lagi, Bung Hatta lebih memilih mundur dan jadi pertapa. Tapi sayangnya sosok karakter besar itu belum gw temuin di dua anaknya yang ikut-ikutan bertarung dalam kontekstual politik Indonesia, ikut-ikutan sama seperti anaknya Bung Karno.

Pertanyaan yang sama juga ditujukan pada ambivalensi, Musa itu orang besar, namanya dicatat dalam 4 kitab suci agama samawi (Taurat, Zabur, Injil dan Alqur'an). Fir'aun juga orang besar, membawa peradaban Mesir hingga terkenal akan kekayaan budayaannya. Fir'aun juga dicatat dalam 4 kitab suci agama samawi.

Tapi pertanyaannya kenapa ada dikotomi baik & buruk?

Kenapa Maria Ozawa menurut sebagian orang itu dibilang buruk? Apa karna dia bintang porno? Kenapa juga hal-hal baik itu selalu jadi pembelajaran sedang hal-hal buruk ditinggalkan? Boro-boro mau diketahui, apalagi dipelajari.

Baik tak akan disebut baik kalo nggak ada yang namanya buruk, begitu juga sebaliknya. Gw nggak ngebelain Maria Ozawa dengan segala atribut kepornoannya, gw cuma  berusaha menangkap makna dibalik cerita dia. Lahir 8 Januari 1986 di Hokkaido Jepang dari Ibu Jepang dan Bapak Kanada. Umur 12 tahun udah nggak perawan, nyerahin sukarela ke pacarnya. Umur 16 tahun udah jadi model bugil dan bikin orang tua marah. Sampe pas umur 18 tahun, di tahun 2004 dia maen film porno pertama yang diproduseri S1, Production House khusus untuk film porno di Jepang. Di film pertamanya itu dia masih canggung dan nggak mau natap mata pasangannya sama sekali. Maklum baru pertama, selanjutnya makin meliar dan membinal. sampe yang tergoblog, dia mutusin untuk hidup dengan profesi sebagai bintang porno, di bawa semua film-film yang diperaninnya, diputer di depan orang tua.

Tau apa reaksi orang tuanya?

Jelas marah dan malu punya anak binal begitu. Maria Ozawa diusir dari rumah dan nggak diakui lagi sebagai anak. Dia pergi ke Tokyo, mengundi nasib dan sekarang jadi bintang porno termahal, tinggal di apartemen mewah, hidup sendiri.

Jadi inget juga cerita Savannah, bintang porno asuhan Steve Hirsch di Vivid Entertainment dekade 90-an awal. Saat itu dia muda, terkenal, cantik, botoh, asoy, geboy dan banyak yang mimpi bisa nidurin. Cuma Axl Rose, vokalis Guns N' Roses yang sempet dapetin hatinya (juga kelaminnya lah!). Tapi emang dasar Axl binal, Savannah dicampakkan gitu aja setelah bosen, lantas pacaran sama Stephanie Seymour (liat video klip November Rain, cewek cantik yang sama Axl itulah dia). Putus asa karena dikecewain Axl, Slash datang, pacaranlah sama gitaris gimbal ini. Tapi dasar anak band yang cuma pengen kelaminnya doang, Slash bosen sama Savannah, trus diputusin.

Savannah terkatung-katung nggak jelas. Berbagai masalah kehidupan juga tuntutan profesi di industri pornografi yang makin kreatif membuatnya sering merasa galau. Dalam keputusasaannya di satu hari yang naas, Savannah bunuh diri untuk mengakhiri semuanya...

Hiks! Tragis...

Ada lagi yang lebih mengherankan. Ran Asakawa, bintang bokep kelahiran Kanagawa Jepang, 4 September 1980 ini ogah jadi karyawan kantoran. Dari masih SMA udah mikir gimana caranya kerja yang nggak ada hubungannya sama 9 to 5, nggak harus berpakaian serba rapi, nggak harus pake baju juga celana, pun nggak perlu pulak manut-manut sama bos. Yang ada dia milih profesi jadi bintang porno, bukan sembarang bintang porno, tapi bintang porno yang seporno-pornonya.

Bayangin aja, di tahun 2002, entah nafsu, kebelet, ato doyan seks, Ran Asakawa ngebintangin 212 judul film dalam setahun! Berarti dia sama kayak karyawan yang berangkat ke kantor dan bekerja, si Ran ini juga sama, tapi kerjanya ngebokep, halah! Dari keseringan ini, dia dapet penghargaan Guinness Book of World Records atas rajinnya ngebokep ria.

Hebat kan Jepang, penghargaan bergengsi kelas dunia untuk kategori pornografi ini malah disabet sama negera Sakura, justru bukan dari Amerika ato negara-negara yang terkenal sama industri seks dan pornografinya.

* * * * *

Yang paling sering nih, dari kecil kita punya pengalaman buruk mengenal seks. Dilarang nonton bokep! Kalo yang laki-laki ngerinya nggak bisa nahan birahi lantas ada perempuan lewat diperkosa atau bergaul kelewat batas. Buat yang perempuan takutnya nggak bisa nahan gejolak, lantas lher-lheran sembarangan berhubungan seks sama siapa aja. Tradisi ketimuran kita masih tabu ngeliyat perempuan bispak begitu.

Hal yang diambil dari ketertutupan yang nggak pernah dikasih tau sama orang tua, sama guru-guru, sama lingkungan ya itu tadi, nggak boleh begini, nggak boleh begitu. Bisa jadi yang ngasih tau nggak boleh maen perempuan, justru malah ketangkep polisi susila di lokalisasi, bisa kebayang tuh malunya kayak apa. Ngomong kok ya nggak mau ngeliat dirinya sendiri dulu.

Jauh lebih penting memang menguatkan karakter pribadi kita sendiri, keluarga dan lingkungan. Mudah-mudahan, kalo karakternya udah dibentuk dari dulu dengan diliat-liatin segala fenomena kehidupan, orang akan belajar memilah-milah, bahwa ini baik, ini buruk, bukannya dengan melarang mengetahui segala sesuatu yang memang terlarang padahal ujung-ujungnya nanti si anak malah tau dan belajar sendiri, pun mraktekinnya sendiri.

Kadang, gw jadi kangen sama bokap gw yang gebleg (maap Beh, saye bilang gebleg, ha ha ha). Waktu gw masih kecil, masih 5 tahunan gitu, gw diajak nongkrong sama bokap di Jembatan Jatinegara deket rel kereta, di mana di pinggir-pinggir rel kereta itu berdiri rumah-rumah semi permanen yang berfungsi buat 'ngamar'. Ya, itu daerah lokalisasi. Gw yang nggak ngerti perempuan-perempuan berbaju minim itu lewat sliweran depan mata. Gw bingung dan nanya siapa mereka, kenapa begini, kenapa begitu, dlsbg pertanyaan anak kecil. Bokap cuma bilang, "Udah, duduk aja, liat, perhatiin." Cuma itu jawabannya.

Lucunya, ada salah satu pelacur yang nyela bokap gw, "Mau ngamar kok ngajak anak! Orang yang aneh!" Bokap gw cuek nggak peduli. Kita bapak anak yang gebleg cuma duduk di pinggiran rel kereta, kalo ada kereta lewat gw senengnya minta ampun. Menjelang maghrib pulang ke rumah pake motor.

Tapi pas gw kuliah di Jokja, kesan didikan gebleg itu melekat, bahwa ada kehidupan yang beda dan di luar pikiran normal kita bahwa memang ada dan nyata kehidupan yang seperti ini. Bukannya buat dihina, tapi jadi komparasi, bahwa ada kebaikan dan ada keburukan, kehidupan itu selalu begitu. Jauh lebih penting mengingat semua itu saling melekat bak sisi mata koin.

Saat nemenin temen ke Sarkem, daerah lokalisasi kelas teri di Jokja, malah ada perek yang ngajakin gw ngamar dengan gratis begitu tau gw perjaka ting-ting. Cukup gw tolak dengan kedipan, gw bilang lagi nggak mood dan emang lagi males, gw juga eneg dan nggak terbiasa minum jamu kuat ha ha ha... Swear, ini nyata apa adanya. Alhamdulillah gw masih kejaga nggak kenalan antar kelamin tanpa halang sama lawan jenis (apalagi yang sejenis, jijay abis tau!). Sampe akhirnya gw nikah, berkenalan antar kelamin tanpa halang itu juga cuma sama istri doang, sampe sekarang. Tapi buat urusan ngenalin kelamin gw ke kelamin yang sesama jenis tanpa halang, sampe sekarang dan sampe kapanpun gw nggak akan pernah mau, apalagi berminat!

Hiiiiiiiiiyyyyyyyyy...! Ngeriiiii....!

Jadi, memang ada baiknya membuka semua itu setransparan-transparannya, baik jangan dikatakan baik, buruk jangan dikatakan buruk, kasih aja semua fakta kehidupan dan biar si anak yang menilainya sendiri, memasukkannya ke dalam memori otak tentang beragamnya kehidupan. Bahwa kehidupan itu memang nggak ada yang sempurna, nggak ada yang ideal. Jauh lebih penting menguatkan karakter kita sendiri, menciptakan keidealan juga dimulai dari diri sendiri, keluarga, juga lingkungan, tanpa memaksa... (duile, belagu amat gw sok beragitasi, ha ha ha)

Udah ah, tulisan goblog aja kok pake kepanjangan...

Jangan sampe larut ya? He he he...



Luqman Hakim
   Orang Biasa
   25 Januari 2009


61 comments:

Marto Art said...

inget film yg dibintangi Monica Beluci neeh.

Tanto Dikdik Arisandi said...

hoalaaa mas :)) agitasi yang bagus :D

lananganing jagad * said...

boleh ketawa nga om?

Luqman Hakim said...

Film yang manaaaa...?

Tapi bapakku emang gitu Cak, orang yang aneh, kaku, nggak fleksibel, pun sok garang dan galak. Pekerja Media yang gagal,dulu bareng ibuku ikut Mochtar Loebis di Harian Indonesia Raya, sampe itu koran dibreidel Januari 1974, bapakku sok idealis nggak mau ke media lagi sampe Indonesia Raya diterbitin lagi.

Lucunya sih kalo inget ajaran-ajaran geblegnya tentang kehidupan. Ketauan mabok, aku ditampar, ketauan ngeganja aku digebug, abis maghrib abis-abisan diajarin ngaji gitu, katanya pendidikan agama harus dikuatin dari kecil, biar dengan cara terkeras sekalipun. Tapi pas remaja, aku nyuri-nyuri liat gambar bokep, bapakku tau, malah ngajak nonton bareng. Aku bingung, risih lah, masa nonton bokep sama orang tua? Ha ha ha... Tapi di situ bapakku masukin nilai-nilai yang nggak pernah aku lupain.

Sampe aku ke Jokja, bapakku cuma pesen jangan maen perempuan. Itu aja, mau mabok, mau apa ya terserah, toh orang tua udah nggak bisa ngontrol lagi. Aku jadi diem lho digituin, jadi mikir...

Itu bapakku, orang biasa, nggak cakep, nggak ganteng, nggak bisa dibanggain bapak yang keren dan mentereng. Bapakku yang gebleg dan bukan siapa-siapa, tapi aku bangga banget sama dia... Sebagian cara dia mendidik anak aku terapin juga ke anakku, Zahra.

Hiks... jadi kangen bokap!
Ntar ke Ciputat ah, mau nyela-nyela lagi, ha ha ha...

Luqman Hakim said...

Haiyah... Cerita goblog kaleeee...
Bukan agitasi Mas Tanto, bukan!
Berani sumpah dicium Luna Maya
Tapi bukan yang simpanse itu ya? Ha ha ha...

Oki Keren said...

mungkin orang tuanya maria ozawa tidak menganggap pekerjaan anaknya sebagai pekerjaan yang layak. mungkin kalo dia pilih genre x2, orangtuanya lebih mao menerima.kira2 dia punya adek perempuan gak ya? :D

tentang aku said...

bang luq .. bagi dong kaos radiohead nya .. soalnya saya termasuk orang biasa saja yg uang jajannya sehari 3 rebu krn kalau lebih dari 3 rebu takut dijajanin mie instant yg nantinya saya gak jadi orang besar :D

*msh berfikir keras mengenai korelasi antara jajan mie instant dgn orang besar*

Luqman Hakim said...

Gidah...

Luqman Hakim said...

Halah... tetep ngarep!

Mending cari kelamin yang segelnya belom dibuka Mas Oki, itu juga dengan catatan, kelaminnya Mas Oki segelnya juga belom dibuka, biar sama-sama enak bergoblog ria saling ngebuka segel di malam pertama. Lain cerita kalo Mas Oki segelnya udah dibuka, apalagi kalo yang sesama jenis, halah! Serem! Ha ha ha...

Piss Mas Oki, Piiiiiiiisssssssss.....

Luqman Hakim said...

Halah ngarep!

Mending nyari yang masih disegel aja Mas Oki, tapi itu dengan catatan segelnya Mas Oki juga belom dibuka. Asiknya ntar pas saling ngebuka segel di malam pertama, pasti bergoblog ria, ha ha ha...

Tapi ini dengan catatan segelnya Mas Oki belom ada yang buka ya, kalo udah kebuka, apalagi yang buka segel itu sesama jenis, wah, berabe Massss.. ha ha ha...

Piss Mas Oki, Piiiiiisssssssss...
* Maapkanlah atas kelebayan bercanda yang parah ini...

Luqman Hakim said...

c

The Kambing Kampret said...

Trs akhirnya loe main laki laki ya ??

Luqman Hakim said...

Begini lho dik tisu, adeknya selampe kakaknya serbet...

Sayah itu membikin kaos sendiri, mendisain sendiri, mencitak sendiri, meski kaos memang tak perlu dijitak. Nah, di sayah kebetulan kaos radiohead ada beberapa, ada yang bikin sendiri, ada yang beli. Nah, kalo berminat, ada kaos radiohead yang dijadiin lap kompor sama istri. Berminat nggak yang itu? Soale juga udah kekecilan juga sama sayah...

Luqman Hakim said...

Aiiihhh... Bonet lupa ya weice...
Dulu dubur situ pernah bengkak berkat sapa ayooooo...?
Berkat sapaaa...????

Gila lo Boneeeeeeettttttttt...! Gilaaaaaaaa.....!
Ha ha ha...

* Bingung gw, di marih ketemu temen modelnya begini-begini juga. Kapan gw sehat yak! Duh Gusti...

Oki Keren said...

Mwahahahahahahahha!

Mana tau adeknya masih lugu, polos, segelnya masih utuh dan hologramnya ori. Kasian kan kalo sampe terjerumus. :D

Luqman Hakim said...

Nggak tau juga ya, Mas Oki. Coba ntar kita tanya datanya di kelurahan dia, sapa tau bisa membantu. Lah wong dia udah diusir sama ortunya, mana kita tau punya adek apa nggak...

Agam Fatchurrochman said...

Kalau saya jadi ingat film Madagascar, dimana anak diterjunkan ke jurang untuk belajar hidup sendiri. Setelah balik, untuk membuktikan kedewasaan, ditarungkan dengan singa lain.
Jadi fungsi orang tua memang ada yang membina, menberi pelajaran. Juga ada yang mengajari bahwa kalau jatuh itu sakit, ya dengan dibiarkan kalau jatuh. Mau nangis silakan. Ke depan si anak akan belajar tidak jatuh lagi.
Pelajaran buat hidup kadang memang tidak bisa didapatkan di sekolah mahal, nasional plus, kurikulum internasional, guru ekspat.
Duh, pengennya anak saya ikut Kak Seto, homeschool, saja nih. Sayang tidak ada waktu bapak ibunya dan ketelatenan macam Kak Seto

Marto Art said...

Lho Man, elo kerja di Radio pa di Tipi sih?

Nahar Rasjidi said...

He he he, gw baru tahu kalau di Jepang juga ada film bokep, kuper banget ya?

btw, masak ada yang bilang "saya menemukan masyarakat yang Islami pada masyarakat Jepang" he he he.

Posting bagus mas, cuma kurang background musik-nya, kasih lagu Iwan Fals dong, yang jaman baheula

aji prasetyo said...

aha, yang judulnya Malena ya. apik kuwi..

aji prasetyo said...

Bapak yang TOP. salut buat beliau..

elvin hendratha said...

thanks infonya mas, gua gogling nih, siapa ?
oh ya maria osawa dan ran asakawa ....?!
suwon ha ha ha ...!!

aji prasetyo said...

Dunia terlalu cepat berubah, setidaknya itu yang kupikirkan. Dulu waktu masih remaja, mudah sekali bagi kita untuk mengidentifikasi sesosok pelacur dan membedakannya dengan wanita baik2. tapi sekarang sulit. karena saat ini impuls sensualitas tidak didominasi pelacur saja.

Marto Art said...

ha ha...tul aku kathik pernah ketemu balon kudungan!

Ade Puspitasari said...

waktu kecil dilarang dan ditakuti atau ditabui (ada ya kata ini?) tapi pas udah besar jadinya penasaran...emang kaya gimana sih?

congrat, mas luqman...punya ortu kaya beliau. Asyik ya :)
ku udah bayangin aje kalo ku udah punya anak...tu anak bakal dibukain abis pikirannya, tabrak semua ketabuan yg ndak perlu hehehehe....

Luqman Hakim said...

Ini setuju banget. Tapi tetep, sekolah memang penting.
Ada lagi yang kelewat lupa, belajar memang dari konflik, dihadapi ato lari. Kebiasaan menghadapi konflik itulah yang menciptakan karakter tersendiri. Kebiasaan dibantu menghadapi konflik bikin orang jadi manja dan nggak berkarakter, jauh lebih berguna si anak menyelesaikan konfliknya sendiri dan kita di rumah menciptakan lingkungan yang ideal, bikin anak betah dan tempat segalanya mencurahkan rasa, "Home Sweet Home" gitu...

Duh, belagu amat ya? Luqman sok tuaaaaaaaa... dehhhh...!
Hiks... Maaf lah kalo begitu

Luqman Hakim said...

Haiyah... KAOS CAK... KAOS!
Lagian pan nggak ada grup band TIPIHEAD, yang ada RADIOHEAD, kalo ada juga pasti saya bikin kaosnya, saya pake sendiri. Bujet dah Cak Marto...

Luqman Hakim said...

Bujet, jadi Mas Nahar kamanah ajah atuh? He he he...

Gini lho Mas, di Iran aja, yang konon mayoritas Muslim Syiah, ada film yang agak-agak porno meski itu lebih ke film humanis, judulnya "Scream of the Ants", cerita tentang pemuda atheis ketemu sama gadis religius, trus dua-duanya mengalami pergulatan batin saat berkunjung ke India. Ada adegan di mana si gadis telanjang, dibuat jadi patung lempung sama si pemuda. Dibuat artistik nggak kelewat porno, meski bagian-bagian auratnya keliatan, tapi ketutup lempung. Filosofis banget memang, tapi saya larut banget nontonnya tanpa birahi, bener-bener bikin mikir. Saya ada tuh filmnya. Minat?

Mengenai masyarakat Islami sendiri, saya inget omongannya Cat Steven yang sekarang jadi Yusuf Islam, "Jauh lebih baik menciptakan masyarakat ideal dari yang kecil, negara biarkan aja jadi sekuler, tapi menciptakan lingkungan tetap yang Islami".

Berangkat dari pemikiran ini Cat Steven bikin madrasah, bikin pesantren di Inggris. Komunitas muslimnya makin membesar tanpa bikin khawatir komunitas lain yang juga udah ada dan lebih besar sebelumnya. Dia juga tetep bergaul dengan komunitas lain di Inggris, cuma tatanannya itu yang selalu diperkuat dari dalam, dari keluarga, dari lingkungan.

Masalah label mah nggak perlu dibahas atuh. Mau masyarakat islami, mau masyarakat sekuleris, halah, itu mah cuma label, yang penting strukturalnya. Begitu lho, intinya...

Luqman Hakim said...

Malena ya? Ntar hunting ah! Thanx Cak Aji...

Luqman Hakim said...

Ha ha ha... jangan ditop-topin Cak!
Bapakku badannya kecil, ntar kalo ditop-topin, kepalanya kebesaran dan nggak mampu lagi ditopang sama badannya, ha ha ha...

Luqman Hakim said...

Haiyah... kalo aja itu hardisk nggak rusak, ada semua di situ Mas, hiks!

Luqman Hakim said...

Nggak usah jauh-jauh Cak Aji, liyat Miyabi, muka polos, innocent ternyata bujet... Bungkus emang perlu, tapi nggak perlu ketipu bungkus juga barangkali...

Luqman Hakim said...

Balon kudungan? Ha ha ha... Istilahmu itu lho Cak, ha ha ha..

Luqman Hakim said...

Percaya ato nggak, keidealan itu ternyata beda di aplikasi. Dulu waktu aku belom punya Zahra, niatnya mau aku bukain semua hal yang ditutup-tutupi, ternyata nggak semua anak bisa terima. Zahra trauma kalo aku ajak nongkrong di tempat-tempat yang aneh, nggak lazim buat anak kecil.

Waktu sih yang bicara, biar dia yang minta, tugas orang tua juga yang nyediain, bukannya nutupin ato nyodorin...

Ade Puspitasari said...

sip juga neh...karakter si anak juga perlu diperhatiin ya ternyata :)

Luqman Hakim said...

Iyalah... Masa anak masih 6 taon, belom menstruasi, udah diajarin cara make tampoon, nggak bener juga itu.

Ade Puspitasari said...

hehehe...yuk mari

Luqman Hakim said...

Ha ha ha... Dasar!

Ade Puspitasari said...

disudahi ya komenku :)

Luqman Hakim said...

Sip...

Fendi Kurniawan said...

waduh .. makasih bang tulisannya.

Bee Wee said...

semua ini dipelopori pertama kali oleh negara Barat...Jepang kan sangat mengagumi negara BARAT, apalagi Sex lifenya,,,terus dikembangin deh sampe sekarang, akibatnya Hardisk gw penuh samaa yg begituan...ada yg mau??

ARDI ANSYAH said...

" There is always two sides of a story " Mau yang buruk atau yangbaik, kehidupan jet set atau kehidupan melarat, dua2nya harus kita ketahui agar hidup jadi lebih dewasa dan memahami nggak semuanya itu hitam dan putih, kebanyakan abu-abu. Betul nggak mas ?

Luqman Hakim said...

Iya deh, sama-sama Kaang Pendi...
Padahal tulisan goblog, ha ha ha...

Luqman Hakim said...

Ogah... Kalo dibandingin pasti banyakan gw, lengkapan gw, kumplitan gw, he he he...
Sayang aja hardisk 500GB tuh rusak, hiks!

Luqman Hakim said...

Apa adanya nggak kebanyakan pura-pura. Itu sih (mungkin) kuncinya.
Yang bikin sakit di hidup orang kebanyakan pura-puranya...
Duile, Gw jawabnya seriyus.... deeeeeeeeeee.... Ha ha ha...

carrot soup said...

tinggal siapa mengagitasi siapa kan? itu intinya kan kan kan?? ; p

rasheed redha said...

Saya nggak sepakat banget kalo anak dibiarkan aja bebas memilih, memasuki realitas hidup yang warna-warni tanpa diberi bekal filter yang kuat tentang moralitas. Belajar dari Iwan Fals, kebebasan yang diberikan utuh kepada Galang Rambu Anarkhi, ternyata berbuah petaka. Sang anak mati overdosis! Pembentukan karakter anak juga harus melibatkan campur tangan sebagai bentuk kewajiban orang tua untuk mendidiknya.

Luqman Hakim said...

Like you said...

Luqman Hakim said...

No offense, tanpa menyebut karakter kayaknya jauh lebih elegan deh..,.

denmas doank said...

waduh jadi inget jaman masih suka diskusi tentang nikki dial, asia carrera :)) jhon stagliano................ama sapa yah diskusinya...........

Luqman Hakim said...

Itu... di rumah Irul, inget lo?
Dari jam 8 malem sampe jam 8 pagi ngebahas goblog doang? Inget nggak?
Kadang kangen juga sama temen-temen lama, sekarang Ferizal udah di Jerman, jadi dosen di sana sekalian di Frankfurt Bank, Irul udah jadi Sekjen Golkar Bangka Belitung, elo masih bego, gw apalagi, ha ha ha...

denmas doank said...

yup jaman dulu.....bahkan rekor 12 jam nonton bokep secara nonstop tidak bakal terpecahkan lagi....8 film sekualitas Laser Disc...dibabat dalam 1 hari...hanya karena VHS playernya mau dibalikin ama yang punya... :)).....bayangkan kalo 1 kaset berdurasi 1,5 - 2 jam....apa kagak pegel dan kemeng itu..perabotan kita

sekarang nggak la....malu sama masa lalu...

Luqman Hakim said...

Emang gebleg lo, ha ha ha...

Valuthy Uchiha said...

Kang akang hebat .... !

Gw tiba2 surf d gugel dg keyword "pembentukan karakter yg keren"
eh tba2 k nimbrung baca ne art

nangis ku baca ny
hahaha

candaH

andai ak bsa muter wktu maw jd anak kecil lagiH

pdhal bru palak 2 blum sampe


akang hbat bgung ak ngmg ap cm bsa d rasa




dah ga ngrti lg

Luqman Hakim said...

Sama, saya juga nggak ngerti situ nulis apa, ha ha ha...

Jack Vodca said...

bang ijin sedot boleh ga?buat share ke tmen2 yg lain?

Luqman Hakim said...

Ambil... Jangan lupa nyantumin sumber yak

Dani Freaks said...

-- bingung mau komen apa saking terpukau ngebacanya --

salut sama bapaknya mas Luqman...
mbaca tulisan di atas bikin gw ngerasa bahwa gw ini orangnya munafik, terutama kalo dibilang gw orang (yang terdidik dengan) baik

-- beneran mellow nih..duh.. --

Luqman Hakim said...

Nggak lah Dan... Nggak ada yang munafik plus hipokrit di sini. Cuma kondisinya gimana jadi diri sendiri yang apa adanya, ini yang susah. Banyak hal yang susah buat digamblangkan dalam kata-kata saat ngeliat kondisi itu nggak sesuai sama alam berpikir kita, apalagi alam berpikir yang kelewat sempit sampe-sampe nggak pernah mau ngeliat ada dunia lain di luar dunia kita...

Tapi kalo aku keterusan ngomongin ini, nanti malah sok nyeramahin pula. Intinya memang masalah religi itu masalah hubungan vertikal, nah, kita pedulinya sama masalah hubungan horizontalnya aja, asal temen itu asik, nyambung plus solider, mau predikatnya apapun ya sebodo amat.

Cuma orang bodoh yang bergaul aja pake pilah-pilih harus dari yang segolongan...

febbie cyntia said...

Gue siy kaga pilih2 orang kl gaul, buktinya ama loe aja mau temenan :P
Tapi knapa masih ngerasa bodo ya?
*kudu banyak belajar lagi soalnya T_T