Thursday, January 1, 2009

CHE, A Revolutionary Life


Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Other
Icon yang Tak Pernah Mati


Banyak yang tau, tapi sedikit yang mengenal, siapa Che Guevara?

Film yang berkisah perjuangan revolusioner Ernesto Guevara berdasarkan buku "Reminiscences of the Cuban Revolutionary by Ernesto 'Che' Guevara". Buku kenang-kenangan yang ditulisnya saat mendampingi Fidel Castro memimpin revolusi Cuba.

Kisah ini diangkat Steven Soderbergh untuk mengenang tokoh revolusioner legendaris yang bergeser menjadi icon perjuangan tak kenal takut, icon yang kerap diusung demonstran di kalangan mahasiswa saat mengkritisi kebijakan pemerintah, pun melenceng jauh jadi icon di kalangan industri fashion sebagai simbol pemberontakan dan anti kemapanan.

'Che', sebutan yang berarti 'Bung' dalam bahasa Spanyol, dilekatkan pada Ernesto Guevara yang asli Argentina, diceritakan banyak mengalami kesulitan saat memimpin revolusi Cuba. Di bulan Juli 1955 saat berada di Mexico City, ia dikenalkan dengan Fidel Castro, yang mengajaknya bergabung untuk menggulingkan diktator Cuba saat itu, Fulgencio Batista. Che bertanya balik, apa Castro punya uang untuk revolusi? Dijawab singkat, 'belum'. Bertanya lagi apakah punya pasukan? Castro menjawab ada beberapa yang siap untuk melakukan revolusi dan beberapa di antaranya ada di Mexico City. Dan, di sinilah awal dari seorang dokter alumni Fakultas Kedokteran, Universitas Buenos Aires, Argentina, memutuskan diri menjadi sosok pejuang revolusioner.


3 Movie Poster yang berbeda-beda namun tetap 1 film

Film yang melompat-lompat, dibuka dengan setting Havana di bulan Mei 1964, kamera yang menggambarkan sosok khas Che (diperankan oleh Benicio Del Toro), mata yang tajam, bibir yang tak lepas dari cerutu dan jenggot yang tak terurus rapi. Adegan lompat ke bulan Maret 1952 saat kerusuhan Cuba menentang diktator Fulgencio Batista. Kemudian setting cerita lompat dan lompat lagi ke tahun-tahun di mana beberapa peristiwa penting yang menandakan sejarah Che memimpin revolusi.

Che memimpin gerakan dengan gayanya yang kharismatik, seperti kata Castro, Che punya kekuatan diplomasi politik yang baik namun tetap slebor dan sembrono. Bisa dilihat saat menangani anak buahnya, Esteban yang mbeling, merasa hebat ikut dengan gerakan revolusioner Che, tapi sering membantah dan tak mau menurut. Sampai akhirnya Esteban sudah keterlaluan, mengaku-ngaku sebagai Komandan Garis Kedua di Pasukan Castro yaitu Almeida, memeras rakyat bahkan memperkosa anak dari Juan Carloz Estevez, warga sipil biasa. Che tak bisa lagi mendiamkan, lalu menghukum mati Esteban dengan hukuman tembak.

Dalam perjuangannya, Che bertemu dengan seorang wanita cantik pejuang revolusioner juga, Aleida March de la Torre (diperankan oleh Catalina Sandino Moreno), yang kelak dinikahi dan jadi istri keduanya.

Che yang sudah menikah dengan gadis Peru, Hilda Gadea dan memiliki seorang putri yang bernama Hildita, tak dikisahkan latar belakang keluarganya di film ini, istri dan anak Che. Film yang hanya mengisahkan sisi heroik Che dengan segala idealisme revolusinya. Che yang mengharamkan pasukannya merampas harta dan hak rakyat, Che yang lebih memilih jalan kaki daripada harus merampas mobil warga sipil, dan Che dengan segala kekuatan diplomasinya di PBB.

Che memang icon yang tak pernah mati. Bilamana berharap banyak dari film ini, menonton aksi perang yang dilakukan Rambo pada Vietcong, tak akan ketemu di sini. Peperangan yang ada itu adalah adegan film yang alami dan tak berlebihan seperti tokoh Rambo. Che yang ikut bersama pasukannya di garda depan, menyerang pasukan-pasukan diktator Fulgencio Batista. Sebuah film kontemplatif tentang dilematisnya sebuah gerakan humanisme menentang kediktatoran penguasa dengan senjata. Film dengan dialog bahasa Spanyol, sambil sesekali diselingi wawancara Che dengan bahasa Inggris saat ia berkunjung ke New York.

Ada sebuah pertanyaan bodoh setelah menonton film ini, andaikan saja tokoh pemimpin Palestina punya kekuatan karakter seperti Che, mungkinkah negeri itu aman dari serbuan Israel yang juga sama-sama gerah terus bertikai di jalur Gaza? Andaikata setiap pemimpin punya idealisme menyelamatkan rakyatnya dari para tiran, dari egoisme negara lain, pemimpin yang tak hanya bersembunyi di balik nama "pemimpin negara" namun mampu menemukan jalan lain dari kesejahteraan dan kemakmuran dari kekuatan karakternya, membawa nama baik dan harga diri bangsa di mata negara lain dengan tetap memperkuat basis kekuatan karakter pada seluruh rakyat, tentulah negara itu bisa jadi negara yang kuat meski bukan negara adidaya macam Amerika. Tapi Mahmoud Abbas bukanlah Mohammed Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa al-Husseini atau yang lebih dikenal dengan Yasser Arafat (24 Agustus 1929 – 11 November 2004), sulit menyamakannya dengan tokoh pejuang PLO dengan segala kekuatan karakternya.

Singkatnya tentang film ini, rugi dilewatkan bagi para pecinta film-film alternatif, apalagi bagi yang sudah bosan dan muntah menonton film-film keluaran Hollywood, apalagi Bollywood.

10 comments:

Iman Purnama said...

Adakah sosok pemimpin seperti Che Guevara pada pemilu 2009 ntar??

Hmm..kayanya nggak ya

d . said...

judulnya CHE ya ka lukman, aku bacanya GIE ...
Nonton ah ... :D

♥ annisa ♥ ♥ harikin ♥ said...

Review indah dan berbobot. Suka bgt bacanya :)

Luqman Hakim said...

Jangan Man! Jangan sampe ada tokoh yang kayak Che di Pemilu 2009! Kalo soal keberanian dan diplomasi politiknya boleh diacungkan jempol, tapi kalo soal orientasi mending jangan deh.

Nggak banyak yang bisa memahami motivasi dokter Argentina ini ikut bersama Fidel Castro memimpin revolusi menggulingkan rezim diktatorian Fulgencio Batista.

Informasi tambahan dari buku "Che Guevara, The Motorcycle Diaries", saat jadi 'anak motor' dengan Norton 500-nya keliling Amerika Latin, Che menemui banyak pengalaman dan bertemu banyak orang. Berkenalan dengan Fidel Castro, ikut memerangi diktator Cuba, lantas saat diktator Fulgencio Batista digantikan dengan diktator Fidel Castro, Che sempat jadi Gubernur Bank Nasional, jadi Menteri Perindustrian, kemudian karena karakternya yang anti kemapanan, ia berkeliling dan avonturir lagi. Meski saat Fidel Castro menang, ia menikahi Aleida March de la Torre dan dikaruniai 4 orang anak, di mana sebelumnya ia juga sudah menikah dengan Hilda Galdea dan punya 1 putri, tak juga membuatnya merasa tenang dan tentram dengan keluarga. Che selalu haus akan petualangan revolusioner.

Saat di Cuba mulai tentram, Che meninggalkan negara itu dan ikut perjuangan revolusioner internasional, keliling Afrika dan ikut bertempur di Congo. Saat perang Vietnam Che juga ikut mengorganisasikan kelompok-kelompok gerilyawan. Setelah itu ia pergi ke Bolivia, juga ikut bertempur sampai ditangkap di sana, kemudian dieksekusi ia mati atas perintah Presiden Barrientos.

Pertanyaannya, mau punya pemimpin selalu berjiwa revolusioner?

Pertanyaan tanpa tendensi, pertanyaan yang ditujukan buat para pemimpin yang mau 'bertempur' di Pemilu 2009 nanti, apakah ada pemimpin yang bisa membawa rakyatnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan bersama tanpa mempolakan pada ajaran Marxist, Leninist, atau Liberal sekalipun.

Ah, sedihnya melihat Bung Hatta dengan ekonomi kerakyatannya hanya jadi pemimpin sepi yang memilih mundur saat Bung Karno makin elitis dan jadi simbol kultivasi, pun sampai saat ini...

Luqman Hakim said...

Halah!
Gie yang difilmin itu bikin kecewa!
Sosok Soe Hok Gie-nya nggak keciri jelas, malah jadi anak manis yang belajar berorganisasi, bukannya tokoh demonstran sejati pejuang kebenaran hakiki...

Luqman Hakim said...

Haiyah! Nisa lebay...

Marto Art said...

Kita juga punya tokoh sehebat doi Man. Jangan lupakan Tan Malaka. Polanya sama; Revolusioner, bertualang ke berbagai negara tertindas. ahli perang, jago undercover, pintar berorganisasi, dsb. bedanya Che cukup suka kawin mawin sedang Tan tidak. Tan produktif nulis, dan Che tidak.

Kabar baik, kalo aku gak salah dengar, pemerintah kita sudah mengangkat dia sebagai pahlawan nasional. Hal yang sangat tabu bagi pemerintah masa Orba mengakui orang yg terlibat komunisme sebagai pahlawan.

Luqman Hakim said...

Salah satu sanak-kerabat, Matumona pernah nulis tulisan tentang Tan Malaka dalam novel Pacar Merah Indonesia", bahkan anaknya yang juga tanteku, Rita Matumona yang memang orang Teater Koma, lagi ngumpulin tulisan ayahnya yang tececer di mana-mana buat diterbitkan lagi, sebagaimana Pacar Merah Indonesia itu juga.

Bodohnya, aku malah terlewat mengagumi tokoh Revolusioner Indonesia, Tan Malaka. Lebih ke tokoh luar macam Che.

Trus koreksi dikit tentang Che, dia bukan tukang kawin mahwin, dia menikah 2 kali. Istri pertamanya Hilda Gadea, orang Peru yang dinikahi tahun 1954 dan punya 1 orang putri. Hilda ditinggal Che buat memuaskan dahaga revolusionernya, di Cuba ketemu Aleida March de la Torre, rekan sesama pejuang revolusioner yang akhirnya dinikahi setelah Pemerintahan Diktatorian Fulgencio Batista digulingkan Fidel Castro dan menurunkan 4 orang anak.

Jadi, Ernesto 'Che' Guevara semasa hidupnya cuma kawin 2 kali, bukan beberapa kali.

Fathiyah Madinah Akbar said...

Glodok yuk..!! Berburu film lainnya..?!!
Hehehehe....

Luqman Hakim said...

Nyok... Kalo bareng elo biasanye dapetnye bagus-bagus tuh!
He he he...